1487. HUKUM JUAL BELI ASI DAN STATUS KEMAHROMANNYA


Pertanyaan:
Assalamu'alaikum
Pertanyaan:
1.apakah jual beli ASI diperbolehkan?
2.jika diperbolehkan apakah menjadi saudara sepersusuan?
Terimakasih
Assalamu'alaikum
[Whydd]

Jawaban:
Wa'alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh

1. HUKUM JUAL BELI ASI (AIR SUSU IBU)
ASI (AIR SUSU IBU) Ulama dari kalangan empat Madzhab berselisih pendapat, hanya saja terdapat nuqilan dari Ulama Syafi'iyah yang menyebutkan selain kalangan Syafi'iyah tidak mengabsahkan jual beli ASI termasuk riwayat dari Imam Ahmad. Namun dalam ensiklopedi fiqih Kuwait disebutkan bahwa Menurut Malikiyyah, Syafi'iyah dan pendapat yang paling shahih dari kalangan Hanabilah membolehkan jual beli ASI kecuali menurut kalangan Hanafiyyah. Khususnya Madzhab Syafi'i jual beli ASI boleh dan sah dengan alasan suci dan bermanfaat.

Dasar Pengambilan Ibarot (hukum) :
وَ) يَصِحُّ (بَيْعُ لَبَنِ الْآدَمِيَّاتِ) لِأَنَّهُ طَاهِرٌ مُنْتَفَعٌ بِهِ فَأَشْبَهَ لَبَنَ الشَّاةِ وَمِثْلُهُ لَبَنُ الْآدَمِيِّينَ بِنَاءً عَلَى طَهَارَتِهِ
“Dan sah jual beli air susu wanita karena suci bisa dimanfaatkan maka mirif susu kambing, sama kebolehannya menjual air susu pria karena memandang kesuciannya”
[Zakariya Al Anshori, Asnaa al Mathoolib Fii Syarh Roudh at Thoolib II/10, Al Khothiib as Syarbini, Mughni al Muhtaaj II/343]

[فرعٌ: لبن الآدمي]
ويجوز بيع لبن الآدميات.
وقال مالك، وأبو حنيفة: (لا يجوز) .
دليلنا: أنّه طاهر منتفع به، فجاز بيعه، كلبن الشاة.
“CABANG : SUSU MANUSIA
Diperbolehkan menjual air susu wanita. Sedangkan Malik dan Abu Hanifah tidak memperbolehkan. Dalil kami bahwa ia suci dan bisa dimanfaatkan makanya boleh menjualnya seperti susu kambing”
[Al 'Umroni, Al Bayaan Fii Madzhab Al Imaam as Syafi'i V/61]

الرابعة: بيع لَبْن الآدَمِيَّات صحيح، خلافاً لأبي حنيفة ومالك، ولأحمد -رضي الله عنه- أيضاً في إحدى الرّوايتين، لنا أنه مال طاهر منتفع به فأشبه لَبَنَ الشَّاة.
“KEEMPAT: Menjual air susu wanita Shahih berbeda menurut Abu Hanifah, Malik dan Ahmad - Semoga Allah meridhoi-nya - juga pada salah satu riwayat dari dua riwayat dari beliau. Sedangkan menurut kami air susu wanita adalah harta yang suci lagi bisa dimanfaatkan makanya mirif susu kambing”
[Rofi'i, Al Aziiz Syarh al Wajiiz IV/31 & Fath al Aziiz Bii Syarh al Wajiiz VIII/121]

ويجوز بيع لبن الآدميات؛ لأنه لبن طاهر؛ كلبن البقر.
وعند أبي حنيفة: لا يجوز. والله أعلم بالصواب.
“Dan diperbolehkan menjual air susu wanita karena air susu adalah suci seperti air susu sapi, sedangkan menurut Abu Hanifah tidak boleh. Allah lebih mengetahui kebenarannya”
[Al Baghowiy, At Tahdziib Fii Fiqh Al Imaam as Syafi'i III/568]

فَرْعٌ:
بَيْعُ لَبَنِ الْآدَمِيَّاتِ صَحِيحٌ.
قُلْتُ: وَلَنَا وَجْهٌ: أَنَّهُ نَجِسٌ، فَلَا يَصِحُّ بَيْعُهُ، حَكَاهُ فِي «الْحَاوِي» عَنِ الْأَنْمَاطِيِّ، وَهُوَ شَاذٌّ مَرْدُودٌ، وَسَبَقَ ذِكْرُهُ فِي كِتَابِ «الطَّهَارَةِ» . وَاللَّهُ أَعْلَمُ.
“CABANG:
Menjual air susu wanita Shahih. Aku katakan: Terdapat satu wajah (pendapat) dari kalangan kami: Air susu wanita najis maka tidak sah menjualnya, (inilah) yang diceritakan pengarang kitab Al Hawi dari Al-Anmaathiy, ini menyimpang lagi tertolak dan sudah terdahulu beliau sebutkan pada kitab Thoharoh"
[An Nawawi, Roudhoh at Thoolibiin III/355]

LINTAS MADZHAB MENJUAL AIR SUSU WANITA DAN ALASANNYA

فَرْعٌ)
بَيْعُ لَبَنِ الْآدَمِيَّاتِ جَائِزٌ عِنْدَنَا لَا كراهة فيه هذا المذهب وقطع به الاصحاب الا الماوردى والساشى وَالرُّويَانِيَّ فَحَكَوْا وَجْهًا شَاذًّا عَنْ أَبِي الْقَاسِمِ الْأَنْمَاطِيِّ مِنْ أَصْحَابِنَا أَنَّهُ نَجِسٌ لَا يَجُوزُ بَيْعُهُ وَإِنَّمَا يُرَبَّى بِهِ الصَّغِيرُ لِلْحَاجَةِ وَهَذَا الْوَجْهُ غَلَطٌ مِنْ قَائِلِهِ وَقَدْ سَبَقَ بَيَانُهُ فِي بَابِ إزَالَةِ النَّجَاسَةِ فَالصَّوَابُ جَوَازُ بَيْعِهِ قَالَ الشَّيْخُ أَبُو حَامِدٍ هَكَذَا قَالَهُ الْأَصْحَابُ قال ولا نص للشافعي في المسألة هذا مذهبنا
* وَقَالَ أَبُو حَنِيفَةَ وَمَالِكٌ لَا يَجُوزُ بَيْعُهُ وعن أحمد روايتان كالمذهبين
* وَاحْتَجَّ الْمَانِعُونَ بِأَنَّهُ لَا يُبَاعُ فِي الْعَادَةِ وَبِأَنَّهُ فَضْلَةُ آدَمِيٍّ فَلَمْ يَجُزْ بَيْعُهُ كَالدَّمْعِ وَالْعَرَقِ وَالْمُخَاطِ وَبِأَنَّ مَا لَا يَجُوزُ بَيْعُهُ مُتَّصِلًا لَا يَجُوزُ بَيْعُهُ مُنْفَصِلًا كَشَعْرِ الْآدَمِيِّ ولانه لا يؤكل لحمها فَلَا يَجُوزُ بَيْعُ لَبَنِهَا كَالْأَتَانِ
* وَاحْتَجَّ أَصْحَابُنَا بأنه لبن طاهر منتفع به فجار بَيْعُهُ كَلَبَنِ الشَّاةِ وَلِأَنَّهُ غِذَاءٌ لِلْآدَمِيِّ فَجَازَ بَيْعُهُ كَالْخُبْزِ -الى أن قال- (وَأَمَّا) الْجَوَابُ عَنْ قَوْلِهِمْ لَا يُبَاعُ فِي الْعَادَةِ فَإِنَّهُ لَا يَلْزَمُ مِنْ عَدَمِ بَيْعِهِ فِي الْعَادَةِ أَنْ لَا يَصِحَّ بَيْعُهُ وَلِهَذَا يَجُوزُ بَيْعُ بَيْضِ الْعَصَافِيرِ وَبَيْعُ الطِّحَالِ وَنَحْوُ ذَلِكَ مِمَّا لَا يُبَاعُ فِي الْعَادَةِ (وَالْجَوَابُ) عَنْ الْقِيَاسِ عَلَى الدَّمْعِ وَالْعَرَقِ وَالْمُخَاطِ أَنَّهُ لَا مَنْفَعَةَ فِيهَا بِخِلَافِ اللَّبَنِ وَعَنْ الْبَيْضِ بِأَنَّهُ لَا يَجُوزُ الِانْتِفَاعُ بِهِ بِخِلَافِ اللَّبَنِ وَعَنْ لَبَنِ الْأَتَانِ بأنه نجس بخلاف لبن الْآدَمِيَّةِ وَاَللَّهُ تَعَالَى أَعْلَمُ
“CABANG:
Menjual air susu wanita boleh menurut kami (Syafi’iyyah) tidak makruh sama sekali dan ini pendapat yang dijadikan madzhab dan menjadi keputusan pengikut-pengikut syafi’iyyah kecuali menurut al-Mawardi, as-Saasyi dan ar-Royyaani yang menurut mereka dengan mengutip pendapat Abu Qasim menyatakan bahwa air susu adalah najis yang tidak dapat diperjual belikan dan diberikan pada bayi kecil karena ada kepentingan, pendapat ini tidak diterima dan sudah terdahulu disebutkan pada bab menghilangkan najis maka pendapat yang benar boleh menjualnya. Syeikh Abu Hamiid berkata, Inilah yang dikemukakan Ashab, beliau melanjutkan: 'Tidak ada nas Imam Syafi'i tentang masalah ini, inilah Madzhab kami. Abu Hanifah dan Imam Malik menyatakan tidak boleh sedang menurut Imam Ahmad terdapat dua pendapat.

Ulama yang melarang menjual air susu wanita berhujjah (beralasan) bahwa air susu wanita sesuai realitanya tidak diperjualbelikan dan bahwa kelebihan manusia tidak boleh dijual seperti air mata, keringat dan ingus dan bahwa tidak boleh menjual dalam keadaan tersambung tidak boleh menjualnya dalam keadaan terpisah seperti rambut manusia dan disebabkan daging manusia tidak dimakan maka tidak boleh menjual air susunya seperti keledai betina.

Para sahabat kami (Ulama Syafi'iyah) berhujjah (beralasan) bahwa air susu adalah suci lagi bisa dimanfaatkan maka boleh menjualnya seperti air susu kambing dan karena air susu merupakan makanan manusia maka boleh menjualnya.

Adapun sanggahan dari pendapat mereka "Secara realitanya tidak diperjualbelikan" karena tidak wajib melakukan dari tidak menjualnya sebab adat bahwa tidak sah menjualnya, karena ini boleh menjual telur burung Pipit, menjual limpa dan semisalnya dari yang tidak diperjualbelikan sesuai realitanya. Sedangkan sanggahan mengqiyaskan terhadap air mata, keringat dan ingus bahwa benda itu tidak ada manfaat berbeda dengan air susu (ada manfaatnya), dan (mengqiyaskan) susu keledai betina bahwa ia najis berbeda dengan air susu wanita, dan Allah lebih mengetahui
[An Nawawi, Al Majmuu' Syarh al Muhadzdzab IX/254]

بَيْعُ لَبَنِ الآْدَمِيِّ :
11 - ذَهَبَ الْمَالِكِيَّةُ وَالشَّافِعِيَّةُ وَهُوَ الأَْصَحُّ عِنْدَ الْحَنَابِلَةِ إِلَى جَوَازِ بَيْعِ لَبَنِ الآْدَمِيَّةِ إِذَا حُلِبَ ، لأَِنَّهُ لَبَنٌ طَاهِرٌ مُنْتَفَعٌ بِهِ ، وَلأَِنَّهُ لَبَنٌ أُبِيحَ شُرْبُهُ ، فَأُبِيحَ بَيْعُهُ قِيَاسًا عَلَى سَائِرِ الأَْنْعَامِ ، وَلأَِنَّهُ يَجُوزُ أَخْذُ الْعِوَضِ عَنْهُ فِي إِجَارَةِ الظِّئْرِ ، فَأَشْبَهَ الْمَنَافِعَ . وَلاَ يَجُوزُ بَيْعُهُ عِنْدَ الْحَنَفِيَّةِ وَهُوَ قَوْل جَمَاعَةٍ مِنَ الْحَنَابِلَةِ ، لأَِنَّ اللَّبَنَ لَيْسَ بِمَالٍ فَلاَ يَجُوزُ بَيْعُهُ ، وَالدَّلِيل عَلَى أَنَّهُ لَيْسَ بِمَالٍ إِجْمَاعُ الصَّحَابَةِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَالْمَعْقُول 
[Al Mausu'ah al Fiqhiyyah al Kuwaitiyyah XXX/199]


2. STATUS KEMAHROMAN
Anak yang menghisap air susu sebab membeli air susu tersebut bisa menjadi mahram Rodho' (susuan) demikian pula saudaranya sepersusuan dan lainnya dari ketentuan Rodho'. Untuk memastikan terdapat hubungan kemahroman harus sesuai dengan syarat persusuan yang menyebabkan mahram yang dibicarakan dalam kitab-kitab fiqih diantaranya anak yang menyusu masih dibawah umur 2 tahun, tapi kalau diatas 2 tahun tidak lagi berstatus mahram. Kemudian selanjutnya anak yang menyusu harus lima kali hisapan. Khusus yang terakhir ini tidak dibedakan menghisap itu langsung dari puting susu (payudara) atau diperah dulu baru kemudian dihisap oleh anak, seperti air susu wanita yang dibeli.

قوله: وصول الخ) سواء كان بمص الثدي أم بغيره، كما إذا حلب منها ثم صب في فم الرضيع.
(Keterangan pengarang "Sampai, dst") Baik dengan menghisap tetek (mungkin terlalu vulgar bahasanya 😁, dirubah payudara) atau selainnya seperti diperah darinya kemudian disodorkan pada mulut sang rodhi' (anak susu)”
[Sayyid Bakri Syata Dimyati, I'aanah at Thoolibiin III/330]

Wallahu A'lamu Bis Showaab

(Dijawab oleh: Ismidar Abdurrahman As-Sanusi)

Link Diskusi:

Komentari

Lebih baru Lebih lama