Foto: YouTube
Pertanyaan:
Assalamu alaikum. izin bertanya
ketika khutbah khotib membaca doa tolak bala
اللهم ادفع عنا البلاء ..
kita mengamini sambil mengangkat tangan
orang2 sambil membalikkan telapak tangannya..
saya tdk ikut membalikkan telapak tangan krn prnah denger katanya dibalik tangannya itu sunah ketika bala/bencana nya itu sedang terjadi/dialami. jika tdk sedang terjadi tdk perlu membalikkan telapak tangan
mohon penjelasan mana yg lebih tepat
[Rahmatullah]
Jawaban:
Wa'alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh
Sebelum masuk kepada inti, saya takjub kepada anda kang karena apa yang anda dengan dan menjadi keyakinan anda membuat anda beristiqamah dengan keyakinan anda itu meskipun saya tidak tahu anda mendengar dari siapa keterangan tersebut.
Kalau ditanyakan mana yang lebih tepat maka maaf sekali perbuatan anda kurang tepat kalau dari ranah fiqih Syafi'iyah yang saya tahu. Sebab ketika kita berdoa meminta supaya Allah angkatkan/hilangkan Bala' (bencana) telapak tangan kita dibalikkan yakni telapak tangan menghadap ke bumi dan punggung telapak tangan menghadap ke langit, berbeda kalau kita berdoa meminta sesuatu yang menyenangkan maka telapak tangan kita kita hadapkan ke langit. Kemudian, kesunahan yang disebutkan itu baik bala' yang kita minta angkatkan/hilangkan sudah terjadi; Masa lampau, masa sekarang atau bahkan belum terjadi, ini kita tetap sunah melakukan apa yang disebutkan di atas.
Jadi, intinya membalikkan telapak tangan saat kita meminta Allah angkatkan/hilangkan Bala' itu tidak mesti sudah terjadi, belum terjadi pun kita tetap sunah melakukan itu.
Dasar Keterangan :
(رافعا يديه) حذو منكبيه ولو حال الثناء، كسائر الادعية، للاتباع، وحيث دعا لتحصيل شئ، كدفع بلاء عنه في بقية عمره، جعل بطن كفيه إلى السماء.
أو لرفع بلاء وقع به جعل ظهرهما إليها.
وقوله: في بقية عمره أي في المستقبل.
“Mengangkat tangan setentang bahu (ketika qunut) walaupun pas ketika Pujian seperti doa lainnya karena Ittiba' (mengikuti Nabi). Ketika meminta sesuatu yang diinginkan dan meminta menolak bencana di Sisa umurnya (jangka waktu). Ketika meminta sesuatu yang diinginkan menjadikan telapak tangan menghadap ke langit dan ketika meminta menolak bala' menjadikan punggung telapak tangan menghadap ke langit.
(Keterangan Pengarang "Di sisa umurnya") artinya masa akan datang.
[Hasyiyah I'aanah at Thoolibiin I/158-159]
وَيَجْعَلُونَ ظُهُورَ أَكُفِّهِمْ إلَى السَّمَاءِ كَمَا ثَبَتَ فِي مُسْلِمٍ وَكَذَا يُسَنُّ ذَلِكَ لِكُلِّ مَنْ دَعَا لِرَفْعِ بَلَاءٍ وَلَوْ فِي الْمُسْتَقْبَلِ لِيُنَاسِبَ الْمَقْصُودَ وَهُوَ الرَّفْعُ بِخِلَافِ قَاصِدِ تَحْصِيلِ شَيْءٍ، فَإِنَّهُ يَجْعَلُ بَطْنَ كَفِّهِ إلَى السَّمَاءِ؛ لِأَنَّهُ الْمُنَاسِبُ لِحَالِ الْأَخْذِ
“Dan mereka menjadikan punggung telapak tangan mereka menghadap ke langit sebagaimana jelas disebutkan dalam riwayat Muslim, demikian pula disunahkan itu (membalikkan telapak tangan) untuk setiap doa mengangkatkan bala' walaupun pada masa yang akan datang, karena hal itu lebih sesuai maksud yaitu mengangkat, berbeda bertujuan memperoleh sesuatu maka menjadikan perut telapak tangan menghadap ke langit karena lebih sesuai keadaan meminta (mengambil)”
[Tuhfah Al Muhtaaj III/78]
فِي شَرْحِ م ر وَيَجْعَلُ ظَهْرَ كَفَّيْهِ إنْ دَعَا لِرَفْعِ بَلَاءٍ سَوَاءٌ كَانَ ذَلِكَ الْبَلَاءُ وَاقِعًا أَمْ لَا كَمَا أَفْتَى بِهِ الْوَالِدُ - رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى -. اهـ.
“Pada kitab Syarh Imam Romli : Menjadikan punggung telapak tangan (menghadap ke langit) jika meminta mengangkatkan bala' baik bala' tersebut sudah menjadi kenyataan atau belum Sebagaimana difatwakan sang Ayah - Semoga Allah merahmati beliau - Habis”
[Syarh Al Bahjah I/331]
Wallahu A'lamu Bis Shawaab
(Dijawab oleh: Ismidar Abdurrahman As Sanusi)
Link Diskusi: