ISMIDAR ABDURRAHMAN AS-SANUSI·14 OKTOBER 2016
PERTANYAAN
>>Abdullah Al-Jamal
Assalamu'alaikum Didaerah saya ada seorang ibu melahirkan anak tapi keguguran tapi katanya ada suara tangisan. Lalu dinyatakan kepada ustadz, maka ustadz memerintahkan memandikan, mengakafani, menguburkan dan memberi nama. Dengan kisah diatas apakah memang ada syariatnya bila bayi yang lahir keguguran diperlakukan sebagaimana muslim yang meninggal lainnya yakni dimandikan sampai dikuburkan?
Mohon pencerahannya.
Wassalam
JAWABAN
>> Ismidar Abdurrahman As-Sanusi
Wa'alaikumussalam
SEPUTAR PENGURUSAN BAYI YANG MENINGGAL KARENA KEGUGURAN
A. MEMANDIKAN DAN MENSHALATKAN
واثنان لا يغسلان ولا يصلى عليهما الشهيد في معركة الكفار والسقط الذي لم يستهل..
وأما السقط حالتان
الأولى أن يستهل أي يرفع صوته بالبكاء أو لم يستهل ولكن شرب اللبن أو نظر أو تحرك حركة كبيرة تدل على الحياة ثم مات فإنه يغسل ويصلى عليه بلا خلاف لأنا تيقنا حياته وفي الحديث ( إذا استهل الصبي ورث وصلي عليه ) …
الحالة الثانية أن لا يتيقن حياته بأن لا يستهل ولا ينظر ولا يمتص ونحوه فينظر إن عرى عن إمارة الحياة كالاختلاج ونحوه فينظر أيضا إن لم يبلغ حدا ينفخ فيه الروح وهو أربعة أشهر فصاعدا لم يصل عليه بلا خلاف في الروضة ولا يغسل على المذهب لأن الغسل أخف من الصلاة ولهذا يغسل الذمي ولا يصلى عليه وإن بلغ أربعة أشهر فقولان الأظهر أنه أيضا لا يصلى عليه لكن يغسل على المذهب وأما إذا اختلج أو تحرك فيصلى عليه على الأظهر ويغسل على المذهب.
Dua orang yang matinya tidak dimandikan dan dishalati : Orang mati syahid dan bayi lahir keguguran yang tidak bersuara (menjerit)….
Bayi yang lahir keguguran terbagi atas :
• Saat ia lahir dengan mengeluarkan suara, menangis, atau tidak mengeluarkan suara tetapi ia minum air susu atau melihat, atau bergerak-gerak layaknya pergerakan orang dewasa yang menunujukkan adanya kehidupan pada dirinya, kemudian ia meninggal dunia maka ia dimandikan dan dishalatkan hal ini sesuai kesepakatan ulama karena diyakini adanya kehidupan pada dirinya dan dalam sebuah hadits “Bayi yang lahir mengeluarkan suara maka berhak harta warisan dan dishalatkan”
• Tidak diyakini adanya kehidupan pada dirinya seperti saat kelahiran tidak bersuara, tidak melihat, tidak menetek, maka perihalnya ditinjau terlebih dahulu sebagai berikut :
~ Bila tidak ada tanda-tanda kehidupan seperti bergerak dan sejenisnya dan kegugurannya belum sampai pada batas tertiupnya ruh pada dirinya (dalam kandungan usia 4 bulan keatas) maka ulama sepakat ia tidak dishalati, dan tidak dimandikan menurut pendapat yang dijadikan madzhab dikalangan syafi’iyyah karena hokum memandikan lebih ringan ketimbang menshalatkan karenanya orang mati kafir dzimmi dimandikan tapi tidak boleh dishalatkan.
~ Bila ia telah berusia 4 bulan keatas maka :
a. Menurut pendapat yang paling azhhar ia tidak boleh dishalatkan, tetapi boleh dimandikan menurut pendapat yang dijadikan madzhab.
b. Bila ia bergerak maka dishalatkan menurut pendapat yang paling azhhar ia tidak boleh dishalatkan, tetapi boleh dimandikan menurut pendapat yang dijadikan madzhab
Kifaayah al-Akhyaar I/160-161
B. MEMBERI NAMA
قال أصحابنا لو مات المولود قبل تسميته استحب تسميته قال البغوي وغيره يستحب تسمية السقط
Berkata pengikut-pengikut as-Syafi’i “Bila bayi lahir sebelum diberi nama maka sunah memberinya nama”
Berkata al-Baghawi dan lainnya “Disunahkan memberi nama pada bayi yang lahir keguguran”
Al-Majmuu’ alaa Syarh al-Muhadzdzab VIII/435
قد ذكرنا أن مذهب أصحابنا استحباب تسمية السقط وبه قال ابن سيرين وقتادة والاوزاعي
* وقال مالك لا يسمى ما لم يستهل صارخا والله أعلم
Telah kami sebutkan bahwa pengikut-pengikut Imam Syafi’i cenderung memilih kesunahan memberi nama pada bayi yang lahir keguguran, semacam ini yang dipilih oleh Ibn Siriin, Qataadah dan al-Auzaa’i
Al-Majmuu’ alaa Syarh al-Muhadzdzab VIII/448
عِبَارَةُ الْمُغْنِي وَلَوْ مَاتَ قَبْلَ التَّسْمِيَةِ اُسْتُحِبَّ تَسْمِيَتُهُ بَلْ يُسَنُّ تَسْمِيَةُ السِّقْطِ ا هـ
Redaksi dalam kitab al-Mughni “Bila bayi lahir sebelum diberi nama maka sunah memberinya nama bahkan disunahkan memberi nama pada bayi yang lahir keguguran”
Tuhfah al-Muhtaaj 41/193
ولو مات قبل التسمية استحب تسميته بل يسن تسمية السقط فإن لم يعلم أذكر هو أم أنثى سمي اسم يصلح لهما كخارجة وطلحة وهند
“Bila bayi lahir sebelum diberi nama maka sunah memberinya nama bahkan disunahkan memberi nama pada bayi yang lahir keguguran, bila tidak diketahui jenis kelaminnya apakah ia lelaki atai pria maka diberi nama yang pantas untuk keduanya seperti nama Kharijah, Thalhah dan Hindun”
Mughni al-Muhtaaj IV/294
Wallahu A'lamu Bis Showaab
LINK ASAL:
https://www.facebook.com/groups/asawaja/permalink/1121792267868757/
Dokumen FB:
https://www.facebook.com/notes/diskusi-hukum-fiqih-berdasarkan-empat-madzhab/0112-seputar-pengurusan-bayi-yang-meninggal-karena-keguguran/1122783974436253/
PERTANYAAN
>>Abdullah Al-Jamal
Assalamu'alaikum Didaerah saya ada seorang ibu melahirkan anak tapi keguguran tapi katanya ada suara tangisan. Lalu dinyatakan kepada ustadz, maka ustadz memerintahkan memandikan, mengakafani, menguburkan dan memberi nama. Dengan kisah diatas apakah memang ada syariatnya bila bayi yang lahir keguguran diperlakukan sebagaimana muslim yang meninggal lainnya yakni dimandikan sampai dikuburkan?
Mohon pencerahannya.
Wassalam
JAWABAN
>> Ismidar Abdurrahman As-Sanusi
Wa'alaikumussalam
SEPUTAR PENGURUSAN BAYI YANG MENINGGAL KARENA KEGUGURAN
A. MEMANDIKAN DAN MENSHALATKAN
واثنان لا يغسلان ولا يصلى عليهما الشهيد في معركة الكفار والسقط الذي لم يستهل..
وأما السقط حالتان
الأولى أن يستهل أي يرفع صوته بالبكاء أو لم يستهل ولكن شرب اللبن أو نظر أو تحرك حركة كبيرة تدل على الحياة ثم مات فإنه يغسل ويصلى عليه بلا خلاف لأنا تيقنا حياته وفي الحديث ( إذا استهل الصبي ورث وصلي عليه ) …
الحالة الثانية أن لا يتيقن حياته بأن لا يستهل ولا ينظر ولا يمتص ونحوه فينظر إن عرى عن إمارة الحياة كالاختلاج ونحوه فينظر أيضا إن لم يبلغ حدا ينفخ فيه الروح وهو أربعة أشهر فصاعدا لم يصل عليه بلا خلاف في الروضة ولا يغسل على المذهب لأن الغسل أخف من الصلاة ولهذا يغسل الذمي ولا يصلى عليه وإن بلغ أربعة أشهر فقولان الأظهر أنه أيضا لا يصلى عليه لكن يغسل على المذهب وأما إذا اختلج أو تحرك فيصلى عليه على الأظهر ويغسل على المذهب.
Dua orang yang matinya tidak dimandikan dan dishalati : Orang mati syahid dan bayi lahir keguguran yang tidak bersuara (menjerit)….
Bayi yang lahir keguguran terbagi atas :
• Saat ia lahir dengan mengeluarkan suara, menangis, atau tidak mengeluarkan suara tetapi ia minum air susu atau melihat, atau bergerak-gerak layaknya pergerakan orang dewasa yang menunujukkan adanya kehidupan pada dirinya, kemudian ia meninggal dunia maka ia dimandikan dan dishalatkan hal ini sesuai kesepakatan ulama karena diyakini adanya kehidupan pada dirinya dan dalam sebuah hadits “Bayi yang lahir mengeluarkan suara maka berhak harta warisan dan dishalatkan”
• Tidak diyakini adanya kehidupan pada dirinya seperti saat kelahiran tidak bersuara, tidak melihat, tidak menetek, maka perihalnya ditinjau terlebih dahulu sebagai berikut :
~ Bila tidak ada tanda-tanda kehidupan seperti bergerak dan sejenisnya dan kegugurannya belum sampai pada batas tertiupnya ruh pada dirinya (dalam kandungan usia 4 bulan keatas) maka ulama sepakat ia tidak dishalati, dan tidak dimandikan menurut pendapat yang dijadikan madzhab dikalangan syafi’iyyah karena hokum memandikan lebih ringan ketimbang menshalatkan karenanya orang mati kafir dzimmi dimandikan tapi tidak boleh dishalatkan.
~ Bila ia telah berusia 4 bulan keatas maka :
a. Menurut pendapat yang paling azhhar ia tidak boleh dishalatkan, tetapi boleh dimandikan menurut pendapat yang dijadikan madzhab.
b. Bila ia bergerak maka dishalatkan menurut pendapat yang paling azhhar ia tidak boleh dishalatkan, tetapi boleh dimandikan menurut pendapat yang dijadikan madzhab
Kifaayah al-Akhyaar I/160-161
B. MEMBERI NAMA
قال أصحابنا لو مات المولود قبل تسميته استحب تسميته قال البغوي وغيره يستحب تسمية السقط
Berkata pengikut-pengikut as-Syafi’i “Bila bayi lahir sebelum diberi nama maka sunah memberinya nama”
Berkata al-Baghawi dan lainnya “Disunahkan memberi nama pada bayi yang lahir keguguran”
Al-Majmuu’ alaa Syarh al-Muhadzdzab VIII/435
قد ذكرنا أن مذهب أصحابنا استحباب تسمية السقط وبه قال ابن سيرين وقتادة والاوزاعي
* وقال مالك لا يسمى ما لم يستهل صارخا والله أعلم
Telah kami sebutkan bahwa pengikut-pengikut Imam Syafi’i cenderung memilih kesunahan memberi nama pada bayi yang lahir keguguran, semacam ini yang dipilih oleh Ibn Siriin, Qataadah dan al-Auzaa’i
Al-Majmuu’ alaa Syarh al-Muhadzdzab VIII/448
عِبَارَةُ الْمُغْنِي وَلَوْ مَاتَ قَبْلَ التَّسْمِيَةِ اُسْتُحِبَّ تَسْمِيَتُهُ بَلْ يُسَنُّ تَسْمِيَةُ السِّقْطِ ا هـ
Redaksi dalam kitab al-Mughni “Bila bayi lahir sebelum diberi nama maka sunah memberinya nama bahkan disunahkan memberi nama pada bayi yang lahir keguguran”
Tuhfah al-Muhtaaj 41/193
ولو مات قبل التسمية استحب تسميته بل يسن تسمية السقط فإن لم يعلم أذكر هو أم أنثى سمي اسم يصلح لهما كخارجة وطلحة وهند
“Bila bayi lahir sebelum diberi nama maka sunah memberinya nama bahkan disunahkan memberi nama pada bayi yang lahir keguguran, bila tidak diketahui jenis kelaminnya apakah ia lelaki atai pria maka diberi nama yang pantas untuk keduanya seperti nama Kharijah, Thalhah dan Hindun”
Mughni al-Muhtaaj IV/294
Wallahu A'lamu Bis Showaab
LINK ASAL:
https://www.facebook.com/groups/asawaja/permalink/1121792267868757/
Dokumen FB:
https://www.facebook.com/notes/diskusi-hukum-fiqih-berdasarkan-empat-madzhab/0112-seputar-pengurusan-bayi-yang-meninggal-karena-keguguran/1122783974436253/