0567. CIRI ORANG YANG BISA DIJADIKAN TEMAN ATAU SAHABAT

Oleh: Ismidar Abdurrahman As-Sanusi

ORANG YANG BAGAIMANA LAYAK DIJADIKAN TEMAN (SAHABAT)?


السلام عليكم ورحمة اللوبركاته 

الحمد الله رب العالمينز اللهم صلى على سيدنا محمد وعلى آل محمد

Saudaraku...! Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam merupakan Nabi dan Rosul yang Allah utus kemuka bumi ini selain untuk memurnikan tauhid juga beliau diutus untuk menyempurnakan budi pekerti yang baik. Beliau merupakan sosok yang paling layak dijadikan panutan dalam kehidupan ini. Oleh karena itu, kita sebagai umatnya harus mengikuti teladan beliau dalam segala segi.

Kepada siapun kita boleh berteman, baik dia orang tua, anak-anak bahkan orang yang selalu bermaksiat sekalipun. Namun, bagi kita yang imannya masih dalam tarap rendah hendaknya kita menghindari berteman dengan orang-orang yang selalu berbuat maksiat, hal ini sebagai bentuk kehati-hatian kita supaya tidak terjerumus kedalam maksiat yang dilakukan teman-teman kita. Teman yang baik adalah teman yang bisa menunjukkan kita dalam kebaikan dan sebaliknya teman yang buruk adalah teman yang mengajak kita kepada perbuatan yang tidak terpuji. Oleh sebab itu, kita hendaknya berhati-hati dalam berteman agar karenanya kita tidak terjatuh dalam perbuatan yang tidak terpuji. Namun, bila dirasa kita mampu dan tidak mudah tergoda dengan teman yang selalu berbuat maksiat maka tidak ada salahnya kita berteman dengan mereka. Dalam hal ini Rasulullah bersabda:

حدثنا  أبو هشام الرفاعي محمد بن يزيد عن الوليد بن عبد الله بن جميع عن أبي الطفيل عن حذيفة
قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم لا تكونوا إمعة تقولون إن أحسن الناس أحسنا وإن ظلموا ظلمنا   ولكن وطنوا أنفسكم إن أحسن الناس أن تحسنوا وإن أساءوا فلا تظلموا 

قال أبو عيسى هذا حديث حسن غريب لا نعرفه إلا من هذا الوجه    

”Telah menceritakan kepada kami Abu Hisyaam Ar-Rifaa’i Muhammad bin Yazid, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Fadhil dari Walid bin Abdullah bin Jamii’ dari Abu At-Thufail dari Hudzaifah ia berkata ‘Rasulullah SAW telah bersabda, “ “Janganlah ada diantara kamu menjadi orang yang tidak mempunyai pendirian dengan kamu berkata kalau orang berbuat baik saya juga berbuat baik dan kalau orang berbuat jahat saya juga berbuat jahat. Akan tetapi, teguhlah pendirianmu, apabila orang berbuat baik hendaklah kamu juga berbuat baik dan jika mereka berbuat jahat hendaknya kamu jauhi perbuatan jahat itu”. Abu ‘Isaa (Imam At-Tirmidzi) berkata “Hadits ini hasan Ghorib (asing/aneh) kami tidak mengetahuinya kecuali dari jalur ini”. (HR.At-Tirmidzi No. 2007)

Sumber:
Tuhfah al-Ahwadzi Syarh Sunan At-Tirmidzi

Link Kitab:

Jadi, apabila takut terpengaruh kepada teman yang sering melakukan dosa, maka hindarilah berteman dengan mereka.

Lalu, teman yang bagaimana yang layak dijadikan teman (sahabat)?

Dalam hal ini Imam An-Nawawi menjelaskan dalam kitabnya (Syarh an-Nawawi ala Muslim):

 باب استحباب مجالسة الصالحين ومجانبة قرناء السوء 

2628 حدثنا  أبو بكر بن أبي شيبة  حدثنا  سفيان بن عيينة  عن  بريد بن عبد الله  عن  جده  عن  أبي موسى  عن النبي صلى الله عليه وسلم ح وحدثنا  محمد بن العلاء الهمداني  واللفظ له حدثنا  أبو أسامة  عن  بريد  عن  أبي بردة  عن  أبي موسى  عن النبي صلى الله عليه وسلم قال إنما مثل الجليس الصالح والجليس السوء كحامل المسك ونافخ الكير فحامل المسك إما أن يحذيك وإما أن تبتاع منه وإما أن تجد منه ريحا طيبة ونافخ الكير إما أن يحرق ثيابك وإما أن تجد ريحا خبيثة  
  الحاشية رقم:1فيه تمثيله صلى الله عليه وسلم الجليس الصالح بحامل المسك ، والجليس السوء بنافخ الكير ، وفيه فضيلة مجالسة الصالحين وأهل الخير والمروءة ومكارم الأخلاق والورع والعلم والأدب ، والنهي عن مجالسة أهل الشر وأهل البدع ، ومن يغتاب الناس ، أو يكثر فجره وبطالته . ونحو ذلك من الأنواع المذمومة  

 Bab : Anjuran Untuk Berteman dengan Orang Shalih dan Menjauhi Teman yang Buruk 

“Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah, Telah menceritakan kepada kami Sufyan bin ‘Uyainah dari Barid bin Abdullah dari kakeknya dari Abu Musa dari Nabi Saw, dan telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al-’Alaa’ Al-Hamdani dan lafadznya, Telah menceritakan kepada kami Abu Usamah dari Barid dari Abu Bardah dari Abu Musa dari Nabi Saw bahwa beliau bersabda: “ Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual  minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan  memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya,  dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya.  Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu,  dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR.Bukhari dan Muslim)
Penjelasan:
Dalam  hadits ini terdapat permisalan teman yang shalih dengan seorang penjual  minyak wangi dan teman yang jelek dengan seorang pandai besi. Hadits ini  juga menunjukkan keutamaan bergaul dengan teman shalih dan orang baik  yang memiliki akhlak yang mulia, sikap wara’, ilmu, dan adab. Sekaligus  juga terdapat larangan bergaul dengan orang yang buruk, ahli bid’ah, dan  orang-orang yang mempunyai sikap tercela lainnya.

Sumber:
Syarh an-Nawawi ala Muslim

Link Kitab:

Hal yang serupa dijelaskan Imam Ibn Hajar dalam kitabnya (Fath al-Bari):

 وفي الحديث النهي عن مجالسة من يتأذى بمجالسته في الدين والدنيا ، والترغيب في مجالسة من ينتفع بمجالسته فيهما  

 “Hadits ini menunjukkan larangan berteman dengan orang-orang yang  dapat merusak agama maupun dunia kita. Hadits ini juga mendorong  seseorang agar bergaul dengan orang-orang yang dapat memberikan manfaat  dalam agama dan dunia.” 

Sumber:
Fath al-Bari Li Ibn Hajar Al-Asqolani

Link Kitab:

Ibnu Qudamah Al Maqdisi rahimahullah berkata :

وفى جملة، فينبغى أن يكون فيمن تؤثر صحبته خمس خصال : أن يكون عاقلاً حسن الخلق غير فاسق ولا مبتدع ولا حريص على الدنيا

“Secara umum, hendaknya orang yang engkau pilih menjadi sahabat  memiliki lima sifat berikut : orang yang berakal, memiliki akhlak yang  baik, bukan orang fasik, bukan ahli bid’ah, dan bukan orang yang rakus  dengan dunia” (Mukhtasar Minhajul Qashidin 2/36).

Link Kitab:

KESIMPULAN:
Orang yang paling layak dijadikan teman atau sahabat apalagi sahabat dekat ialah hendaknya orang-orang yang sholih, berilmu, beradab dan bisa memberi manfaat baik dalam agama maupun keduniaan, karena orang demikian bisa menuntun kita kepada keridhoan Allah dan hendaknya kita menghindari bergaul atau menjadikan teman orang-orang yang sering melakukan dosa (maksiat) dan merusak agama dan keduniaan. Namun, boleh saja bergaul dengan orang yang sering melakukan maksiat dengan syarat kita tidak akan terjatuh kedalam maksiat,tapi, sebagai bentuk kehati-hatian hendaknya kita menghindarinya.
Semoga bermanfaat...!

Wallahu Subhanah wa Ta’ala A’lam

Komentari

Lebih baru Lebih lama