Pertanyaan:
Assalamualaikum...
Bagaimana hukum menjual barang yang makruh? Sperti menjual rokok
[Alvi Akbar]
Jawaban:
Walaikumussalam
Hukum memperjualbelikan rokok tergantung dengan hukum rokok itu sendiri, bila mengikuti pendapat yang mengharamkan rokok maka jual-belinya haram, bila mengikuti pendapat yang memakruhkan rokok maka jual-belinya makruh dan bila mengikuti pendapat yang membolehkan menghisap rokok maka jual belinya boleh dan sah.
Meskipun demikian, Ulama madzhab Syafi'i mensyaratkan kehalalan jual-beli hendaknya apa yang diperjualbelikan barangnya bermanfaat, sehingga sesuatu yang dinilai makruh ketika dikonsumsi asal bermanfaat maka sah diperjualbelikan seperti jual beli Pete (petai), jengkol, bawang dan termasuk rokok sebab alasan rokok itu makruh sebab rokok itu menimbulkan bau tidak sedap, ini yang saya pilih.
Berangkat dari keterangan diatas dengan merujuk pendapat sebagian Ulama Syafi'iyah maka jual-beli rokok sah karena bermanfaat dan sah juga jual-beli setiap barang yang makruh dan menimbulkan bau seperti bawang, sebab barang yang berbau ini sudah menjadi kebiasaan yang diperjualbelikan.
فَائِدَةٌ) وَقَعَ السُّؤَالُ فِي الدَّرْسِ عَنْ الدُّخَانِ الْمَعْرُوفِ فِي زَمَانِنَا هَلْ يَصِحُّ بَيْعُهُ أَمْ لَا وَالْجَوَابُ عَنْهُ الصِّحَّةُ؛ لِأَنَّهُ طَاهِرٌ مُنْتَفَعٌ بِهِ لِتَسْخِينِ الْمَاءِ وَنَحْوِهِ كَالتَّظْلِيلِ بِهِ. اهـ. ع ش وَيَأْتِي عَنْ قَرِيبٍ عَنْ الرَّشِيدِيِّ وَشَيْخِنَا مَا يَتَعَلَّقُ بِالدُّخَانِ
“(Faidah) Ada pertanyaan tentang rokok yang dikenal masa masa ini sah diperjualbelikan atau tidak?
Jawab: Jual-belinya sah karena suci lagi bermanfaat karena rokok bisa dibuat untuk memanaskan air dan semisalnya seperti TAZHLIL , demikian dikutip dari Syekh Ali Syibromalisy, dan keterangan mirif dengannya akan datang dari Syeikh Rasyidi dan Guru kita yang berkaitan dengan rokok.
[Hasyiyah as Syarwani Ala at Tuhfah IV/236, Hasyiyah as Syibromalisy Ala an Nihaayah III/393, Hasyiyah al Jamal ala Syarh al Manhaj III/74, Hasyiyah Bujairomi ala al Khothib II/178]
حُكْمُ بَيْعِ الدُّخَانِ وَزِرَاعَتِهِ:
27 - كَانَ الاِخْتِلاَفُ بَيْنَ الْفُقَهَاءِ بِالنِّسْبَةِ لِلدُّخَانِ هُوَ فِي بَيَانِ حُكْمِ شُرْبِهِ، هَل هُوَ حَرَامٌ أَوْ مُبَاحٌ أَوْ مَكْرُوهٌ؟ ، وَكَانَ التَّعَرُّضُ لِبَيَانِ حُكْمِ بَيْعِهِ أَوْ زِرَاعَتِهِ قَلِيلاً.
عَلَى أَنَّهُ يُمْكِنُ أَنْ يُقَال فِي الْجُمْلَةِ: إِنَّ الَّذِينَ حَرَّمُوهُ يَسْتَتْبِعُ ذَلِكَ عِنْدَهُمْ حُرْمَةَ بَيْعِهِ وَزِرَاعَتِهِ، وَالَّذِينَ أَبَاحُوهُ يُبَاحُ عِنْدَهُمْ بَيْعُهُ وَزِرَاعَتُهُ. يَقُول الشَّيْخُ عُلَيْشٌ مِنَ الْمَالِكِيَّةِ: الْحَاصِل أَنَّ الدُّخَّانَ فِي شُرْبِهِ خِلاَفٌ بِالْحِل وَالْحُرْمَةِ، فَالْوَرَعُ عَدَمُ شُرْبِهِ، وَبَيْعُهُ وَسِيلَةً لِشُرْبِهِ، فَيُعْطَى حُكْمَهُ (2) .
___________
(2) فتح العلي المالك 1 / 190
[Al Mausu'ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah X/109]
Wallahu A'lamu Bis Showaab
[Ismidar Abdurrahman As-Sanusi]
Link Diskusi: