Oleh : Ismidar Abdurrahman As-Sanusi
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
FIQIH WANITA : AWAL MULA WANITA MENGALAMI HAID
Pembahasan ini merujuk pada kitab Fiqih Madzhab Syafi'i dan jikalau ada kekeliruan dalam terjemahan haraf dibetulkan.
وَرَوَى الْحَاكِمُ أَنَّ ابْتِدَاءَ الْحَيْضِ كَانَ عَلَى حَوَّاءَ حِينَ أُهْبِطَتْ مِنْ الْجَنَّةِ لَمَّا عَصَتْ رَبَّهَا وَكَسَرَتْ شَجَرَةَ الْحِنْطَةِ فَدَمِيَتْ أَيْ سَالَ مَاؤُهَا فَقَالَ اللَّهُ تَعَالَى وَعِزَّتِي وَجَلَالِي لَأُدْمِيَنَّكِ كَمَا أَدْمَيْتِهَا وَقَوْلُ بَعْضِهِمْ إنَّ أَوَّلَ وُجُودِهِ كَانَ فِي بَنِي إسْرَائِيلَ مَحْمُولٌ عَلَى أَوَّلِ ظُهُورِهِ وَكَثْرَتِهِ.
“Imam Al Hakim meriwayatkan: Awal pertama yang mengalami haid adalah Ibunda Hawa (istri Nabi Adam Alaihissalam) tatkala dia diturunkan ke bumi ketika ia mendurhakai Tuhannya dan dia mematahkan pohon gandum maka pohon itu berdarah yakni mengalir airnya, lalu Allah Taala berfirman: Keagunganku dan kemulianku bercucuran sebagaimana bercucuran dirimu. Sebagian pendapat mengatakan bahwa haid terjadi pertama kali pada Bani Israil; pengertiannya awal terlihat dan banyaknya terjadi”.
[Syeikh Sulaiman Al Jamal, Hasyiyah al Jamal ala Syarh al Manhaj I/235]
•••••••••••••
SEBAB ULAH IBUNDA HAWA WANITA MENANGGUNG AKIBATNYA
فَائِدَةٌ) قِيلَ: إنَّ حَوَّاءَ لَمَّا عَصَتْ رَبَّهَا فِي الْجَنَّةِ بِأَكْلِهَا مِنْ الشَّجَرَةِ عَاقَبَ اللَّهُ تَعَالَى بَنَاتَهَا النِّسَاءَ بِثَمَانِيَةَ عَشْرَ عُقُوبَةً إحْدَاهَا الْحَيْضُ وَثَانِيهَا الْوِلَادَةُ وَثَالِثُهَا فِرَاقُ أَبِيهَا وَأُمِّهَا وَرَابِعُهَا التَّزَوُّجُ بِأَجْنَبِيٍّ وَخَامِسُهَا النِّفَاسُ وَالتَّلَطُّخُ بِدَمِهِ وَسَادِسُهَا أَنْ لَا تَمْلِكَ نَفْسَهَا وَسَابِعُهَا نَقْصُ مِيرَاثِهَا وَثَامِنُهَا الطَّلَاقُ وَكَوْنُهُ بِيَدِ غَيْرِهَا وَتَاسِعُهَا التَّزَوُّجُ عَلَيْهَا بِثَلَاثٍ غَيْرِهَا وَلَيْسَ لَهَا ذَلِكَ وَعَاشِرُهَا أَنْ لَا تَخْرُجَ مِنْ بَيْتِهَا وَلَوْ لِحَجِّهَا إلَّا بِمَحْرَمٍ وَحَادِي عَشْرَهَا صَلَاةُ الْجُمُعَةِ وَثَانِي عَشْرَهَا صَلَاةُ الْعِيدَيْنِ وَثَالِثُ عَشْرَهَا صَلَاةُ الْجِنَازَةِ وَرَابِعُ عَشْرَهَا الْجِهَادُ وَلَيْسَ لِلنِّسَاءِ ذَلِكَ وَخَامِسُ عَشْرَهَا عَدَمُ صَلَاحِيَّتِهَا لِلْوِلَايَةِ وَالْقَضَاءِ وَسَادِسَ عَشْرَهَا أَنَّ النِّسَاءَ الْفَوَاجِرَ يُعَذَّبْنَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ضِعْفَ عَذَابِ الرِّجَالِ وَسَابِعَ عَشْرَهَا اعْتِدَادُهَا لِمَوْتِ زَوْجِهَا بِأَرْبَعَةِ أَشْهُرٍ وَعَشَرَةِ أَيَّامٍ وَإِحْدَادُهَا مَعَ ذَلِكَ وَثَامِنَ عَشْرَهَا إذَا طَلَّقَهَا زَوْجُهَا، فَإِنَّهَا تَعْتَدُّ لَهُ بِثَلَاثَةِ أَشْهُرٍ أَوْ ثَلَاثِ حَيْضَاتٍ إنْ كَانَتْ مِنْ ذَوَاتِ الْحَيْضِ وَلَيْسَ لَهُ ذَلِكَ فَهَذِهِ عُقُوبَةٌ لِلنِّسَاءِ وَبِئْسَتِ الْعُقُوبَةُ اهـ بِرْمَاوِيٌّ
“Faidah: Menurut satu pendapat: Sesungguhnya Ibu Hawa ketika telah melakukan kesalahan terhadap Tuhannya di dalam surga dengan memakan buah syajarah (konon bernama buah khuldi), Allah memberikan tanggungan terhadap anak cucu perempuan Beliau dengan delapan belas tanggungan.
Pertama, Haidh
Kedua, Melahirkan
Ketiga, Perceraian ayah dan ibunya
Keempat,Menikah dengan lelaki ajnaby, yaitu lelaki yang tidak ada hubungan darah dengannya.
Kelima, Nifas dan terkotori sebab darahnya
Keenam, tidak punya kepemilikan atas dirinya
Ketujuh, Sedikitnya harta warisan yang diberikan kepada dirinya
Kedelapan, Talak yang tiada pada pihaknya
Kesembilan, Dilarang atasnya poliandri
Kesepuluh, Larangan keluar rumah tanpa didampingi Mahramnya
Kesebelas, Tidak diwajibkannya Shalat Jumu’ah
Keduabelas, Tidak dianjurkannya Shalat Idhul Fitri dan Idhul Adha
Ketigabelas, Tidak diutamakannya Shalat Jenazah
Keempatbelas, Jihad, tidak ada anjuran untuknya
Kelimabelas, Tidak adanya kewajiban shalat ketika Haidh dan melahirkan, pun dengan mengqadhanya
Keenambelas, Lebih pedihnya adzab yang diterima terhadap farjinya daripada lelaki
Ketujuhbelas, Masa Iddah karena meninggalnya sang suami selama empat bulan sepuluh hari atau had (denda) ketika meninggalkannya.
Kedelapanbelas, Sedangkan masa Iddah ketika cerai dengan suaminya selama tiga bulan atau semasa tiga kali haidh. inilah tanggungan (hukuman) terhadap kaum wanita yang sejelek-jeleknya tanggungan (hukuman) - (dikutif dari) Birmawi”.
[Hasyiyah al Jamal ala Syarh al Manhaj I/235]
Tanpa dimungkiri hukuman sebagaimana diungkapkan Syaikh Sulaiman Al Jamal diatas memang terjadi sampai masa kini dan itulah yang menjadi tanggungan kaum wanita, Ridha atau tidak mereka harus menerima hukum itu dan selebihnya serahkan kepada Allah Ta'ala.
Itulah sekelumit tentang orang yang pertama mengalami haid dan akibat yang ditanggung kaum wanita sebab suatu kesalahan yang diperbuat Ibunda Hawa. Kepada Allah Ta'ala kita bertawakal.
Semoga bermanfaat untuk kaum muslimin dan kaum wanita pada umumnya.
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Insan yang dho'if:
Ismidar Abdurrahman As-Sanusi, provinsi Riau