0835. HUKUM MEMBERIKAN ZAKAT KEPADA KETURUNAN NABI (HABIB DAN SYARIFAH)

Pertanyaan:
>> Kang Saf
Assalamualaikum.. Apkh seorang habib/ syrarifah boleh di beri zakat fitrah, krn miskin.. 🙏

Jawaban:
Ada 5 orng yg tdk boleh menerima zakat.
1.orng yg kaya (maksud nya orang yg status ekonomi nya diatas fakir dan miskin) baik dngn harta maupun pekerjaan
2.budak
3.bani hasyim
4.bani mutholib,hal ini baik keduanya dicegah dri hak atas mereka atas khumus al khumus atau tdk.begitu pula orng2 yg dimerdekakan oleh kedua nya tdk boleh diberikan zakat,namun mereka boleh mengambil shodaqoh sunah menurut qaol masyhur...
5.orng fakir,dalam sebagian salinan kitab disebutkan"dan tdk sah memberikan zakat kpd orng fakir."
Dan orang yg wajib bagi muzakki(orng yg memberika zakat)untuk memberi nafkah nya itu tdk bleh muzakki memberi nya zakat atas nama orng fakir atau miskin.
Namun boleh memberinya zakat atas nama status pasukan perang(sibilillah)dan ghorim misalnya
Referensi:fathul qorib

>> Ismidar Abdurrahman As-Sanusi
Walaikumussalam

Dalam sebuah hadits disebutkan:

اِنَّ هَذِهِ الصَّدَقَةَ أَوْسَاخُالنَّاسِ وَأِنَّهَالاَتَحِلُّ لِمُهَمَّدٍوَلاَلِآ لِ مُحَمَّدٍ
Artinya: "Sesungguhnya sdekah (zakat) adalah kotoran manusia, tidak halal untuk Muhammad dan keturunan Muhammad” (HR. Muslim)

Larangan memberikan zakat kepada keturunan Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam karena mereka sudah tercukupi dengan diberikan dari harta Baitul mal yang disebut Khumus. Tetapi realita yang terjadi pada zaman sekarang khususnya di Indonesia tidak ada menentukan bagian khusus bagi keturunan Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam tersebut apakah tetap diharamkan mereka menerima zakat atau tidak?

Mayoritas ulama dari kalangan Syafi'iyah sudah sepakat bahwa meskipun keturunan Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam seperti Habib dan Syarifah tidak mendapat bagian Khumus Al Khumus mereka tetap tidak boleh menerima hadiah zakat. Hanya saja sebagian Ulama Syafi'iyah membolehkan kalau memang mereka tidak menerima Khumus Al Khumus tersebut.

مسألة ب } اتفق جمهور الشافعية على منع إعطاء أهل البيت النبوي من الزكاة ككل واجب كنذر وكفارة وإن منعوا من خمس الخمس وكذا مواليهم على الأصح ، واختار كثيرون متقدمون ومتأخرون الجواز حيث انقطع عنهم خمس الخمس منهم الأصطخري والهروي وابن يحيى وابن أبي هريرة وعمل به وأفتى به الفخر الرازي والقاضي حسين وابن شكيل وابن زياد والناشري وابن مطير ، قال الأشخر : فهؤلاء أئمة كبار وفي كلامهم قوة ويجوز تقليدهم تقليدا صحيحا بشرطه للضرورة وتبرأ به الذمة حينئذ لكن في عمل النفس لا الإفتاء والحكم به اهـ ، وخالفه ي فقال : لا يجوز إعطاءهم مطلقا ومن أفتى بجوازها لهم فقد خرج عن المذاهب الأربعة فلا يجوز اعتماده لإجماعهم على منعها لهم .

“[Masalah Ba'] Mayoritas ulama' mutaqoddimun dan mutaakhkhirun memilih terhadap boleh, sekiranya sudah terputus bagian 1/25 bagi mereka, termasuk diantara ulama' yang memilih boleh Al-Ustukhriy, Al-Harowiy, Ibn Yahya, dan Ibn Abi Huroiroh. Al-Fakhru Ar-Roziy, Qodhi Chusain, Ibn Syukail, Ibn Ziyad, An-Nasyiriy, dan Ibn Muthoir mengamalkan dan berfatwa dengan pendapat boleh. Al-Ashkhor berkata : mereka adalah imam-imam besar, dan dalam pendapat mereka terdapat kekuatan, dan boleh taqlid (mengikuti pendapat) mereka dengan taqlid yang shohih dengan syaratnya taqlid karena keadaan dlorurot, dan dengan hal tersebut terbebas dari tanggungan ketika taqlid akan tetapi untuk pelaksanaan amal pribadi bukan difatwakan atau menghukumi. Selesai.

Abdullah bin Umar bin Abi Bakr bin Yahya silang pendapat dengan Al-Asykhor, beliau menyatakan : tidak boleh memberi ahlu bait secara mutlak, dan barang siapa yang berfatwa dengan kebolehan zakat diberikan kepada ahlu bait maka telah keluar dari madzhab 4, maka tidak boleh berpedoman dengan orang tersebut karena kesepakatan ulama' atas terlarangnya zakat diberikan pada ahlu bait.
[Bughyah Al Mustarsyidiin Halaman 175]

Walllahu A'lamu Bis Showaab

Hanya menambahkan saja Kang Saf


أَمَّا) الْأَحْكَامُ فَالزَّكَاةُ حَرَامٌ عَلَى بَنِي هَاشِمٍ وَبَنِي الْمُطَّلِبِ بِلَا خِلَافٍ إلَّا مَا سَبَقَ فِيمَا إذا كَانَ أَحَدُهُمْ عَامِلًا وَالصَّحِيحُ تَحْرِيمُهُ وَفِي مَوَالِيهمْ وَجْهَانِ (أَصَحُّهُمَا) التَّحْرِيمُ وَدَلِيلُ الْجَمِيعِ فِي الْكِتَابِ ولو منعت بنوا هاشم وبنوا الْمُطَّلِبِ حَقَّهُمْ مِنْ خُمْسِ الْخُمْسِ هَلْ تَحِلُّ الزَّكَاةُ فِيهِ الْوَجْهَانِ الْمَذْكُورَانِ فِي الْكِتَابِ (أَصَحُّهُمَا) عِنْدَ الْمُصَنِّفِ وَالْأَصْحَابِ لَا تَحِلُّ (وَالثَّانِي) تَحِلُّ وَبِهِ قَالَ الْإِصْطَخْرِيُّ قَالَ الرَّافِعِيُّ وَكَانَ مُحَمَّدُ ابن يَحْيَى صَاحِبُ الْغَزَالِيِّ يُفْتِي بِهَذَا وَلَكِنَّ الْمَذْهَبَ الْأَوَّلُ وَمَوْضِعُ الْخِلَافِ إذَا انْقَطَعَ حَقُّهُمْ مِنْ خُمْسِ الْخُمْسِ لِخُلُوِّ بَيْتِ الْمَالِ من الفئ وَالْغَنِيمَةِ أَوْ لِاسْتِيلَاءِ الظَّلَمَةِ وَاسْتِبْدَادِهِمْ بِهِمَا وَاَللَّهُ تَعَالَى أَعْلَمُ
“Adapun permasalahan (dalam bab ini) maka zakat haram diberikan kepada Bani Hasyim dan Bani Mutholib tanpa ada khilaf kecuali bila salah satu mereka termasuk Amil dan yang shahih tetap haram, tentang memberikan kepada Wali mereka ada dua pendapat yang paling Shahih tetap haram dan dalil semuanya dalam Al Kitab, jikalau Bani Hasyim dan Bani Mutholib tercegah Mendapatkan hak mereka dari Khumus Al Khumus apakah dihalalkan memberikan zakat pada mereka? Dalam hal ini ada dua pendapat yang dituturkan dalam Al Kitab dan yang paling Shahih menurut pengarang dan pengikut Syafi'i tidak dihalalkan. Kedua: Halaal dan ini juga dikatakan Al Ishtikhry, berkata Rofi'i: Sebab Muhammad Ibn Yahya Shohib Ghazali memfatwakan ini namun pendapat yang dijadikan Madzhab adalah yang pertama. Latarbelakang khilaf tersebut apabila mereka putus Mendapatkan hak mereka dari Khumus Al Khumus Baitul mal dari Fai', rampasan perang menguasai harta gelap”.
[Al Majmuu'Syarh al Muhadzdzab VI/228]

Link Diskusi:

Komentari

Lebih baru Lebih lama