0849. HUKUM MENGUBURKAN MAYIT LEBIH DARI SATU PADA SATU LIANG LAHAT

Pertanyaan:
Bolehkah 3 jenazah d kubur dalam satu liang lahat...
Cuma pgen tau aja.
[Muhammad Adib Muzaky]

Jawaban:
Ulama fiqih empat Madzhab sudah sepakat bahwa mengubur Mayit lebih dari satu dalam satu liang lahat tidak boleh kecuali dalam keadaan dharurat*. Dari kalangan Syafi'iyah sendiri berkisar dua pendapat yaitu pendapat yang mengatakan makruh dan haram, tapi pendapat yang Mu'tamad haram; berpijak dengan pendapat yang Mu'tamad ini tidak dibedakan antara dua mayat yang ada hubungan mahram atau sesama jenis sebab larangan tersebut bukan sebab syahwat tapi sebab menyakiti, ini pula pendapat Imam Romli, Syeikh Ziyadi dan As Sarakhsi, sedangkan menurut sebagian yang lain hanya makruh seperti Imam Al Mawardi, Ibn Hajar dan pendapat yang paling Shahih menurut Imam Subki. Pendapat yang memakruhkan ini memandang kalau sesama jenis atau ada hubungan mahram tapi kalau tidak tetap haram.


5 -جمع أكثر من ميت في قبر واحد: اتفقت كلمة الفقهاء على أنه لا يجوز أن يدفن اثنان في قبر واحد إلا لضرورة (1) قال جابر: دفن مع أبي رجل، فلم تطب نفسي حتى أخرجتُه، فجعلته في قبر على حدة (2) ولأن النبي صلّى الله عليه وسلم لم يدفن في كل قبر إلا واحداً.
والضرورة: كأن كثر الأموات وعسر إفراد كل ميت بقبر، أو لضيق المكان أو تعذر الحافر، ولو كانوا ذكوراً وإناثاً أجانب.
____________
(1) مراقي الفلاح: ص102، الشرح الصغير:567/ 1، الشرح الكبير:419/ 1،422، القوانين الفقهية: ص97، مغني المحتاج:354/ 1، المغني:562/ 2 - 563، المجموع:244/ 5 ومابعدها.
(2) رواه البخاري والنسائي (نيل الأوطار:112/ 4)
“5. Mengumpulkan banyak Mayit dalam satu Kubur: Ulama Fiqih telah sepakat tidak boleh menguburkan dua Mayit dalam satu Kubur kecuali karena dharurat. Berkata Jabir: ‘Ayahku dikubur bersama lelaki lain maka aku tidak tenang sampai ku keluarkannya, lalu aku jadikan ia satu Kubur secara sendiri’ (HR. Bukhari dan Nasai) karena Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam tidak dikubur kecuali dengan satu Kubur.

Hal dharurat itu seperti Banyaknya mayit dan sulit dijadikan satu orang dalam satu Kubur, atau sempitnya tempat atau atau udzur menggali banyak kuburan walaupun beberapa orang laki-laki dan beberapa orang wanita non mahram”
[Al Fiqh Al Islami Wa Adillatuh II/1560]


دَفْنُ أَكْثَرَ مِنْ وَاحِدٍ فِي قَبْرٍ وَاحِدٍ:
14 - لاَ خِلاَفَ بَيْنَ الْفُقَهَاءِ فِي أَنَّهُ لاَ يُدْفَنُ أَكْثَرُ مِنْ وَاحِدٍ فِي قَبْرٍ وَاحِدٍ إِلاَّ لِضَرُورَةٍ كَضِيقِ مَكَانٍ، أَوْ تَعَذُّرِ حَافِرٍ، أَوْ تُرْبَةٍ أُخْرَى؛ لأَِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَدْفِنُ كُل مَيِّتٍ فِي قَبْرٍ وَاحِدٍ (3) . وَعَلَى هَذَا فِعْل الصَّحَابَةِ وَمَنْ بَعْدَهُمْ.
___________
(3) خبر: " أن النبي صلى الله عليه وسلم كان يدفن كل ميت في قبر واحد ". قال ابن حجر: " لم أره هكذا، لكنه معروف بالاستقراء ". كذا في التلخيص الحبير (2 / 136 - ط شركة الطباعة الفنية)
“MENGUBUR BANYAK MAYIT DALAM SATU LIANG
Tidak ada perselisihan pendapat dikalangan Ulama Fiqih yaitu tidak diperkenankan mengubur lebih Mayit dalam satu Kubur kecuali karena dharurat seperti sempitnya tempat atau udzur melakukan galian makam yang lain karena Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam mengubur setiap Mayit dalam satu Kubur, dari sini para sahabat dan sesudah mereka melakukannya”
[Al Mausu'ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah XXI/18]

.

يُنْدَبُ أَنْ لَا يُجْمَعَ بَيْنَهُمَا فِيهِ فَيُكْرَهُ إنَّ اتَّحَدَا نَوْعًا أَوْ اخْتَلَفَا وَلَوْ احْتِمَالًا كَخُنْثَيَيْنِ إذَا كَانَ بَيْنَهُمَا مَحْرَمِيَّةٌ أَوْ زَوْجِيَّةٌ أَوْ سَيِّدِيَّةٌ وَإِلَّا حَرُمَ فَالنَّفْيُ فِي كَلَامِهِ لِلْكَرَاهَةِ تَارَةً وَالْحُرْمَةِ أُخْرَى وَمَا فِي الْمَجْمُوعِ مِنْ حُرْمَتِهِ بَيْنَ الْأُمِّ وَوَلَدِهَا ضَعِيفٌ
“Disunahkan tidak mengumpulkan dua Mayit dalam satu Kubur karenanya dimakruhkan baik bermacam jenis atau berbeda atau sama seperti dua orang khuntsa (banci) bila antara keduanya mahram, suami istri, atau majikannya, bila tidak haram, perbincangan kemakruhan itu meniadakan makruh seorang dan haram yang lain dan dalam kitab Al Majmuu' sebagian bentuk keharaman itu antara ibu dan anaknya dho'if”.
[Tuhfah Al Muhtaaj III/173]


قَوْلُهُ فَيُكْرَهُ إلَخْ) وَالْمُعْتَمَدُ التَّحْرِيمُ حَيْثُ لَا ضَرُورَةَ مُطْلَقًا لَا ابْتِدَاءً وَدَوَامًا وَإِنْ كَانَ هُنَاكَ مَحْرَمِيَّةٌ وَاتَّحَدَ الْجِنْسُ لِأَنَّ الْعِلَّةَ فِي مَنْعِ الْجَمْعِ التَّأَذِّي لَا الشَّهْوَةُ شَيْخُنَا وَبُجَيْرِمِيٌّ 
“(Ucapan Mushonnif: Karenanya makruh) dan pendapat yang Mu'tamad haram saat tidak dharurat secara mutlak tidak pada permulaan dan terus-menerus meskipun para mahram dan sesama jenis karena alasan mengumpulkan larangan menyatukan mayit dalam satu Kubur itu sebab menyakiti bukan karena syahwat, demikian Keterangan Guru kita dan Bujairimi”
[Hasyiyah as Syarwani Ala At Tuhfah III/173]


فَلَوْ جُمِعَ اثْنَانِ فِي قَبْرٍ وَاتَّحَدَ الْجِنْسُ كَرَجُلَيْنِ وَامْرَأَتَيْنِ كُرِهَ عِنْدَ الْمَاوَرْدِيُّ، وَحَرُمَ عِنْدَ السَّرَخْسِيِّ، وَنَقَلَهُ الْمُصَنِّفُ عَنْهُ فِي مَجْمُوعِهِ مُقْتَصِرًا عَلَيْهِ وَعَقَّبَهُ بِقَوْلِهِ: وَعِبَارَةُ الْأَكْثَرِينَ وَلَا يُدْفَنُ اثْنَانِ فِي قَبْرٍ.
قَالَ السُّبْكِيُّ: لَكِنَّ الْأَصَحَّ الْكَرَاهَةُ أَوْ نَفْيُ الِاسْتِحْبَابِ. أَمَّا التَّحْرِيمُ فَلَا دَلِيلَ عَلَيْهِ اهـ.
وَسَيَأْتِي مَا يُقَوِّي التَّحْرِيمَ (إلَّا لِضَرُورَةٍ) كَأَنْ كَثُرُوا وَعَسُرَ إفْرَادُ كُلِّ مَيِّتٍ بِقَبْرٍ فَيُجْمَعُ بَيْنَ الِاثْنَيْنِ وَالثَّلَاثَةِ وَالْأَكْثَرِ فِي قَبْرٍ بِحَسَبِ الضَّرُورَةِ

“Bila menyatukan dua mayat dalam satu Kubur dan sesama jenis seperti dua orang laki-laki dan dua orang perempuan makruh Menurut Al Mawardi dan Haram menurut As Sarakhsi dan pengarang menuqil darinya...

Berkata Subki: ‘Tetapi pendapat yang paling Shahih makruh atau meniadakan kesunahan, sedangkan haram tidak ada dalilnya’. Akan datang pendapat yang kuat adalah haram. Kecuali dharurat seperti banyaknya mayit dan sulit dijadikan satu Kubur karenanya mengumpulkan antara dua orang, tiga orang dan lebih dalam satu Kubur karena dharurat”
[Mughni al Muhtaaj II/40]

فَيَكُونُ دَفْنُ اثْنَيْنِ فِيهِ مَكْرُوهًا) وَهُوَ مَا مَشَى عَلَيْهِ شَيْخُ الْإِسْلَامِ وَغَيْرُهُ، وَاعْتَمَدَهُ بَعْضُ مَشَايِخِنَا. وَاعْتَمَدَ شَيْخُنَا الزِّيَادِيُّ وَشَيْخُنَا الرَّمْلِيُّ أَنَّهُ حَرَامٌ وَلَوْ مَعَ اتِّحَادِ الْجِنْسِ، أَوْ الْمَحْرَمِيَّةِ، أَوْ الصِّغَرِ، فَلَوْ دُفِنَ لَمْ يُنْبَشْ.
“(Makruh mengubur dua Mayit) itulah pendapat Syeikh Islam dan selainnya dan mu'tamad menurut sebagian guru kita. Mu'tamad menurut GURU kita Ziyadi dan guru kita Romli haram walaupun sesama jenis, mahram, ataupun masih kecil, jika sudah dikubur kuburnya tidak digali”
[Hasyiyah al Qulyubi I/400]

Ulama yang membolehkan mengumpulkan beberapa Mayit dalam satu Kubur adalah Imam Ibn Hajar Al Asqolani dengan hujjah hadits Nabi. Bahkan Imam Bukhari sendiri dalam kitab Shahihnya membuat bab khusus yaitu : Bab Memakamkan Dua atau Tiga Orang dalam Satu Kubur, dari bab yang dibuat Imam Bukhari berarti beliau termasuk yang berpendapat boleh perbuatan demikian.


وَيُؤْخَذُ مِنْ هَذَا جَوَازُ دَفْنِ الْمَرْأَتَيْنِ فِي قَبْرٍ وَأَمَّا دَفْنُ الرَّجُلِ مَعَ الْمَرْأَةِ فَرَوَى عَبْدُ الرَّزَّاقِ بِإِسْنَادٍ حَسَنٍ عَنْ وَاثِلَةَ بْنِ الْأَسْقَعِ أَنَّهُ كَانَ يَدْفِنُ الرَّجُلَ وَالْمَرْأَةَ فِي الْقَبْرِ الْوَاحِدِ فَيُقَدِّمُ الرَّجُلَ وَيَجْعَلُ الْمَرْأَةَ وَرَاءَهُ وَكَأَنَّهُ كَانَ يَجْعَلُ بَيْنَهُمَا حَائِلًا مِنْ تُرَابٍ وَلَا سِيَّمَا إِنْ كَانَا أَجْنَبِيَّيْنِ وَاللَّهُ أَعْلَمُ
“Pemahaman yang dapat diambil dari sini boleh mengubur dua orang wanita dalam satu Kubur, sedangkan laki-laki dikubur bersama wanita maka Abdurrazaq meriwayatkan dengan Isnad Hasan dari Waatsilah bin Al Asqo' bahwasanya laki-laki dan perempuan dikubur dalam satu Kubur , didahulukan laki-laki dan perempuan dijadikan dibelakang laki-laki dan antara keduanya dikasih penghalang dari tanah terutama sekali bila keduanya non mahram. Wallahu A'lam”
[Fath al Baari Li Ibn Hajar III/211]


وَقَدْ ثَبَتَ عِنْدَ عَبْدِ الرَّزَّاقِ بِلَفْظِ: «وَكَانَ يَدْفِنُ الرَّجُلَيْنِ وَالثَّلَاثَةَ فِي الْقَبْرِ الْوَاحِدِ» وَوَرَدَ ذِكْرُ الثَّلَاثَةِ أَيْضًا فِي هَذِهِ الْقِصَّةِ عِنْدَ التِّرْمِذِيِّ وَغَيْرِهِ.
وَرَوَى أَصْحَابُ السُّنَنِ مِنْ حَدِيثِ هِشَامِ بْنِ عَامِرٍ الْأَنْصَارِيِّ «أَنَّ النَّبِيَّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - أَمَرَ الْأَنْصَارَ أَنْ يَجْعَلُوا الرَّجُلَيْنِ وَالثَّلَاثَةَ فِي الْقَبْرِ» وَصَحَّحَهُ التِّرْمِذِيُّ قَالَ فِي الْفَتْحِ: وَيُؤْخَذُ مِنْ هَذَا جَوَازُ دَفْنِ الْمَرْأَتَيْنِ فِي قَبْرٍ وَاحِدٍ، وَأَمَّا دَفْنُ الرَّجُلِ مَعَ الْمَرْأَةِ فَرَوَى عَبْدُ الرَّزَّاقِ بِإِسْنَادٍ حَسَنٍ عَنْ وَاثِلَةَ بْنِ الْأَسْقَعِ «أَنَّهُ كَانَ يَدْفِنُ الرَّجُلَ وَالْمَرْأَةَ فِي الْقَبْرِ الْوَاحِدِ، فَيُقَدِّمُ الرَّجُلَ وَيَجْعَلُ الْمَرْأَةَ وَرَاءَهُ» وَكَأَنَّهُ كَانَ يَجْعَلُ بَيْنَهُمَا حَاجِزًا لَا سِيَّمَا إذَا كَانَا أَجْنَبِيَّيْنِ.
“Sudah jelas Abdurrazaq meriwayatkan dengan lafadz: ‘Dua orang laki-laki dan tiga orang dikubur dalam satu Kubur’, yang meriwayatkan tiga orang juga dari kisah ini Tirmidzi dan selainnya.
Ashabus Sunan meriwayatkan dari Hadits Hisyam bin 'Aamir Al Anshari ‘Bahwasanya Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam memerintahkan orang Anshar menjadikan dua orang laki-laki dan tiga orang dalam satu Kubur’ dishahihkan Tirmidzi, (Ibn Hajar) dalam Fath Al Baari berkata: ‘Pemahaman yang dapat diambil dari sini boleh mengubur dua orang wanita dalam satu Kubur, sedangkan laki-laki dikubur bersama wanita maka Abdurrazaq meriwayatkan dengan Isnad Hasan dari Waatsilah bin Al Asqo' bahwasanya laki-laki dan perempuan dikubur dalam satu Kubur , didahulukan laki-laki dan perempuan dijadikan dibelakang laki-laki dan antara keduanya dikasih penghalang dari tanah terutama sekali bila keduanya non mahram’”
[Nailul Authar IV/36]

بَابُ دَفْنِ الرَّجُلَيْنِ وَالثَّلاَثَةِ فِي قَبْرٍ وَاحِدٍ
1345 - حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ سُلَيْمَانَ، حَدَّثَنَا اللَّيْثُ، حَدَّثَنَا ابْنُ شِهَابٍ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ كَعْبٍ، أَنَّ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَخْبَرَهُ: «أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَجْمَعُ بَيْنَ الرَّجُلَيْنِ مِنْ قَتْلَى أُحُدٍ»

“BAB MENGUBUR DUA DAN TIGA ORANG DALAM SATU KUBUR
1345 - ‘Telah menceritakan kepada kami Sa'id bin Sulaiman, telah menceritakan kepada kami Al Laits, Telah menceritakan kepada kami Ibn Shihab dari Abdurrahman bin Ka'ab bahwasanya Jabir Radhiallahu Anhuma mengkhabarkan kepadanya bahwasanya Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam mengumpulkan antara dua orang laki-laki yang terbunuh dalam Perang Uhud dalam satu helai kain”
[Shahih Bukhari II/92]


Memang hadits yang dikutip Imam Ibn Hajar Al Asqolani dan Imam Syaukani merupakan hadits yang shahih dan jelas menunjukkan bolehnya mengubur beberapa Mayit dalam satu Kubur, hanya saja Ulama fiqih beralasan karena perbuatan itu terdapat menyakiti mayit sehingga tidak boleh dilakukan. Kemungkinan pula hadits yang menunjukkan kebolehan mengumpulkan antara dua orang atau tiga orang dalam satu Kubur itu karena ada hajat sebagaimana dikatakan Ulama fiqih kalau ada hajat atau dharurat boleh mengubur banyak Mayit dalam satu Kubur.
Walllahu A'lamu Bis Showaab

[Ismidar Abdurrahman As-Sanusi]

Link Diskusi:

Komentari

Lebih baru Lebih lama