1011. SIKAP MAKMUM KETIKA IMAM MENAMBAH RAKA'AT SHALAT




Pertanyaan:
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Maaf ada pertanyyan kepada Ustadz/h bagini ataupun siapa saja yang bisa dipertanggung jawabkan di Akhirat. Tadi waktu shalat subuh berjamaah imamnya lupa berqunut lalu ma'mum sebagian insya Allah timbul pertanyaan pasti nanti sujud sahwi, ternyata tidak, imamnya bangun lagi ma'mum sebagian banyak melafadzkan SUBHANALLAH itu di ulang ulang tp imam tetap lanjut seperti biasa tapi dirokaat yang ketiga biasa baca qunut lalu biasa lanjut samapi selesai salam. Tapi tadi ada sebagian yang tidak ikut imam artinya menyelesaikan dirakaat kadua ada sebagian ikut imam sampai tiga rakaat. Ada juga sebagian yang ikut imam yang tiga rakaat yaitu shalat lagi sendirian biasa shalat subuh lagi ada yang tidak. Pertanyaannya adalah bagaimana hukum shalat tersebut? Dan cara mengatasi yang paling bagus menurut agama bagaimana?
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
[Dari : Masudi Kamalah]

Jawaban:
Walaikumussalam

Ikut nimbrung geh 😁

1. 
Sikap yang harus dilakukan makmum ketika mengetahui penambahan jumlah raka'at oleh imam sebagai berikut:
♦ Boleh menanti Imam di Tasyahud akhir sembari menunggu imam
♦ Boleh melakukan mufaraqah dari imam, artinya dengan melakukan salam
♦ Bagi makmum masbuq yang tidak mengetahui penambahan jumlah raka'at oleh imam maka raka'at yang ia jalani bersama imam sudah terhitung baginya.
Dengan demikian bila mengetahui secara pasti baik bagi makmum muwafiq (makmum yang mendapati raka'at pertama bersama imam) atau makmum masbuq imam menambah raka'at shalat maka tidak boleh ia mengikuti imam bila nekat juga mengikuti maka batal shalatnya.

Jadi, tidak diperbolehkan makmum mengikuti penambahan raka'at tersebut kalau dilakukan batal shalatnya.

وَسُئِلَ) فَسَّحَ اللَّهُ فِي مُدَّتِهِ عَمَّا إذَا قَامَ إمَامُهُ لِخَامِسَةٍ هَلْ الْأَوْلَى انْتِظَاره أَوْ فِرَاقُهُ وَفِيمَا إذَا كَانَ مَسْبُوقًا هَلْ هُوَ كَغَيْرِهِ أَوْ لَا حَتَّى تَجُوزَ مُفَارَقَته؟
فَأَجَابَ) بِقَوْلِهِ الْأَوْلَى انْتِظَاره وَسَوَاءٌ الْمَسْبُوقُ وَغَيْرُهُ وَعِبَارَةُ شَرْحِي لِلْعُبَابِ لَوْ قَامَ الْإِمَامُ لِزِيَادَةٍ كَخَامِسَةٍ سَهْوًا لَمْ يَجُزْ لَهُ مُتَابَعَته وَإِنْ كَانَ شَاكًّا فِي فِعْلِ رَكْعَةٍ أَوْ مَسْبُوقًا عَلِمَ ذَلِكَ أَوْ ظَنَّهُ فَإِنْ تَابَعَهُ بَطَلَتْ صَلَاتُهُ إنْ عَلِمَ وَتَعَمَّدَ وَلَا نَظَرَ إلَى احْتِمَالِ أَنَّهُ تَرَكَ رُكْنًا مِنْ رَكْعَةٍ؛ لِأَنَّ الْفَرْضَ أَنَّهُ عَلِمَ الْحَالَ أَوْ ظَنَّهُ وَحِينَئِذٍ فَإِنْ كَانَ الْمَأْمُومُ مُوَافِقًا فَظَاهِرٌ أَنَّهُ أَتَمَّ صَلَاتَهُ يَقِينًا أَوْ غَيْرَ مُوَافِقٍ فَهِيَ غَيْرُ مَحْسُوبَةٍ لِلْإِمَامِ وَهُوَ لَا يَجُوزُ مُتَابَعَته فِي فِعْلِ السَّهْوِ قَالَ الزَّرْكَشِيُّ كَالْإِسْنَوِيِّ نَقْلًا عَنْ الْمَجْمُوع فِي الْجَنَائِزِ وَلَا يَجُوزُ لَهُ انْتِظَاره بَلْ يُسَلِّمُ فَإِنَّهُ فِي انْتِظَاره مُقِيمٌ عَلَى مُتَابَعَته فِيمَا يَعْتَقِدُهُ مُخْطِئًا فِيهِ وَالْمُعْتَمَدُ خِلَافُ مَا قَالَاهُ وَإِنْ جَرَى عَلَيْهِ جَمْعٌ فَفِي الْمَجْمُوع نَفْسِهِ لَوْ سَجَدَ إمَامُهُ الْحَنَفِيُّ مَثَلًا لص جَازَ لَهُ مُفَارَقَته وَانْتِظَاره كَمَا لَوْ قَامَ إمَامُهُ إلَى خَامِسَةٍ وَفِيهِ أَيْضًا لَوْ عَلِمَ الْمَسْبُوقُ بِقِيَامِ إمَامِهِ لِخَامِسَةٍ انْتَظَرَهُ؛ لِأَنَّ التَّشَهُّدَ مَحْسُوبٌ لَهُ وَصَرَّحَ الزَّرْكَشِيُّ كَابْنِ الْعِمَادِ أَنَّ الْإِمَامَ إذَا تَرَكَ فَرْضًا جَازَ لِلْمَأْمُومِ انْتِظَاره حَتَّى يَأْتِيَ بِالْمُنْتَظِمِ وَيُتَابِعهُ فِيهِ فَإِنَّ الْقُدْوَةَ إنَّمَا تَنْقَطِعُ بِخُرُوجِ الْإِمَامِ مِنْ الصَّلَاةِ وَهُوَ لَا يَخْرُجُ مِنْهَا بِفِعْلِ السَّهْوِ فَوَجَبَ أَنْ لَا تَجِبَ مُفَارَقَته اهـ.

وَهَذَا صَرِيحٌ فِي رَدِّ قَوْلِهِ السَّابِقِ فَإِنَّهُ فِي انْتِظَاره مُقِيمٌ عَلَى مُتَابَعَته إلَخْ وَإِنَّمَا حَرَّمُوا عَلَيْهِ الْمُتَابَعَةَ هُنَا وَأَوْجَبُوهَا عَلَيْهِ فِيمَا إذَا سَجَدَ إمَامُهُ لِلسَّهْوِ وَإِنْ لَمْ يَعْرِفْ سَبَبَهُ؛ لِأَنَّ قِيَامَهُ لِخَامِسَةٍ لَمْ يُعْهَدْ بِخِلَافِ سُجُودِهِ لِلسَّهْوِ فَإِنَّهُ مَعْهُودٌ لِسَهْوِ إمَامِهِ وَأَمَّا مُتَابَعَتُهُمْ لَهُ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - فِي قِيَامِهِ لِلْخَامِسَةِ فِي صَلَاةِ الظُّهْرِ فَهُوَ لِكَوْنِهِمْ لَمْ يَتَحَقَّقُوا زِيَادَتَهَا؛ لِأَنَّ الزَّمَنَ كَانَ زَمَنَ الْوَحْيِ وَإِمْكَانِ الزِّيَادَة وَالنَّقْصِ وَلِهَذَا قَالُوا فِي قِصَّةِ ذِي الْيَدَيْنِ: أَزِيدَ فِي الصَّلَاةِ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَخَرَجَ بِتَقْيِيدِي الْمَسْبُوقَ بِمَا مَرَّ مَا لَوْ جَهِلَ ذَلِكَ فَتَابَعَهُ فَإِنَّ الرَّكْعَةَ تُحْسَبُ لَهُ لَكِنْ إنْ قَرَأَ فِيهَا الْفَاتِحَةَ كَمَا فِي الْمَجْمُوع؛ لِأَنَّ الْإِمَامَ لَا يَتَحَمَّلُ فِي هَذِهِ الْحَالَةِ الْمَقْصُودَ مِنْهَا وَاَللَّهُ أَعْلَمُ.
"Imam Romli Rahimahullahu Ta'ala ditanya: Apabila Imam berdiri untuk melakukan rakaat kelima apakah lebih utama menunggunya atau memisahkan diri darinya, Apaakh bagi makmum masbuq seperti yang lainnya atau tidak sehingga boleh baginya melakukan mufaraqah?
Imam Romli Rahimahullahu Ta'ala menjawab: Yang lebih utama dilakukan adalah menunggu imam, baik bagi makmum dan selainnya. Redaksi dalam kitab Syarh 'Ubaab: Jika Imam berdiri untuk menambah raka'at kelima tanpa sadar tidak diperbolehkan bagi makmum mengikutinya meskipun keraguan mengerjakan raka'at tersebut atau makmum masbuq mengetahui itu atau ia menyangkanya, apabila tetap mengikutinya batallah shalatnya jika mengetahui dan sengaja dan tidak melihat pembawaan bahwa ia meninggalkan rukun dari raka'at shalat; karena itu fardhunya saat mengetahui keadaan itu atau menyangkanya dan ketika itu maak bagi makmum muwafiq menyempurnakan shalatnya secara yakin itulah yang dzohir atau selain makmum muwafiq (yaitu makmum masbuq) yang tidak menghitung (raka'at imam) baginya tidak boleh mengikuti imamnya melakukan perbuatan kelengahan. Berkata Az Zarkasyi seperti Halnya Isnnawi menuqil dari kitab Al Majmuu' dalam masalah Jenazah: Tidak boleh bagi makmum menunggu imamnya tetapi melakukan salam dalam kondisi demikian karena sesungguhnya perbuatan menunggu imam adalah berdiam atas mengikuti maka ia beri'tiqad melakukan yang salah dan pendapat yang mu'tamad (yang dapat dijadikan pegangan) menyalahi apa yang keduanya (Zarkasyi dan Isnnawi) katakan, dalam kitab Al Majmuu' diterangkan: Jikalau Imam Hanafi sujud misalnya boleh baginya mufaraqah dan menunggunya sebagaimana kalau imamnya berdiri ke raka'at berikutnya, juga kalau makmum masbuq mengetahui berdirinya imam ke raka'at kelima tetap menunggunya; karena tasyahudnya terhitung baginya. Zarkasyi menjelaskan seperti Ibn'Imaad bahwa boleh bagi makmum menunggu imamnya sampai mendatangi dengan yang sebenarnya dan mengikutinya, dikarenakan mengikuti imam menjadi putus dengan keluar imam dari shalat dan tidak dikatakan keluar (dari mengikuti imam) dengan melakukan perbuatan yang lengah karenanya tetap wajib mengikuti bahkan tidak wajib mufaraqah, selesai... S/d: Dikecualikan makmum masbuq dengan yang sudah disebutkan, jika ia tidak tahu penambahan jumlah raka'at oleh imam itu maka lalu ia mengikutinya maka raka'at yang ia jalani terhitung juga baginya, tapi jika ia membaca Fatihah (itulah terhitung raka'at baginya) karena imam tidak ada maksud membawanya dalam keadaan ini.
[Al Fatawa Al Fiqhiyyah Al Kubra, Syaikh Ibn Hajar Al Haitami, Kitab Shalat, bab Shalat Jamaah, Juz 1 Halaman 214, Al Maktabah Al Islamiyyah (Apk), Cetakan Asli: Al Maktabah Al Islamiyyah]

Wallahu A'lamu Bis Showaab

(Dijawab oleh : Ismidar Abdurrahman As-Sanusi)

Link Diskusi:


Komentari

Lebih baru Lebih lama