1068. HUKUM KHUTBAH JUM'AT DENGAN BAHASA SELAIN BAHASA ARAB




Pertanyaan:
Assalamualaikum 
  Saya mau bertanya apakah bleh khutbah jumat pake bhasa azami??
[Ibnu Khalldun]

Jawaban:
>> Ismidar Abdurrahman As-Sanusi
Walaikumsalam

Sebagaimana kita saksikan khususnya di Indonesia bahwa kebanyakan Khothiib berkhutbah dengan bahasa Indonesia, apakah Khutbah yang dilakukan itu tidak sah? Memang! Khutbah disyaratkan harus menggunakan bahasa Arab, namun itu disyaratkan rukun-rukun Khutbah saja, sehingga selain rukun khutbah boleh diterjemahkan dan memakai bahasa masing-masing, baiknya Khutbah bahasa Arab pada semua Khutbah lalu diterjemahkan. Bahkan menurut Syeikh as Syarwani syarat Khutbah harus memakai Bahasa Arab kalau jamaahnya orang Arab, tapi kalau jamaahnya bukan orang Arab tidak disyaratkan Khutbah berbahasa Arab tapi cukup Khutbah dengan bahasa Ajam kecuali ayat Al Qur'an harus berbahasa Arab, kalau tidak bagus bacaan qurbannya diganti dengan dzikir dan doa, kalaupun tidak mampu cukup diam seukuran ayat tersebut.

وَيُشْتَرَطُ كَوْنُهَا) أَيْ الْخُطْبَةِ أَيْ أَرْكَانِهَا، وَالْمُرَادُ بِهَا الْجِنْسُ الشَّامِلُ لِلْخُطْبَتَيْنِ (عَرَبِيَّةً) لِاتِّبَاعِ السَّلَفِ وَالْخَلَفِ، وَلِأَنَّهَا ذِكْرٌ مَفْرُوضٌ فَيُشْتَرَطُ فِيهِ ذَلِكَ كَتَكْبِيرَةِ الْإِحْرَامِ، فَإِنْ أَمْكَنَ تَعَلُّمُهَا وَجَبَ عَلَى الْجَمِيعِ عَلَى سَبِيلِ فَرْضِ الْكِفَايَةِ فَيَكْفِي فِي تَعَلُّمِهَا وَاحِدٌ مِنْهُمْ كَمَا هُوَ شَأْنُ فُرُوضِ الْكِفَايَةِ، فَإِنْ لَمْ يَفْعَلْ وَاحِدٌ مِنْهُمْ عَصَوْا وَلَا جُمُعَةَ لَهُمْ بَلْ يُصَلُّونَ الظُّهْرَ. 
فَإِنْ قِيلَ: مَا فَائِدَةُ الْخُطْبَةِ بِالْعَرَبِيَّةِ إذَا لَمْ يَعْرِفْهَا الْقَوْمُ.

أُجِيبَ بِأَنَّ فَائِدَتَهَا الْعِلْمُ بِالْوَعْظِ مِنْ حَيْثُ الْجُمْلَةُ، فَقَدْ صَرَّحُوا فِيمَا إذَا سَمِعُوا الْخُطْبَةَ وَلَمْ يَفْهَمُوا مَعْنَاهَا أَنَّهَا تَصِحُّ، فَإِنْ لَمْ يُمْكِنْ تَعَلُّمُهَا خَطَبَ بِلُغَتِهِ وَإِنْ لَمْ يَفْهَمْهَا الْقَوْمُ، فَإِنْ لَمْ يُحْسِنْ لُغَةً فَلَا جُمُعَةَ لَهُمْ لِانْتِفَاءِ شَرْطِهَا
Disyaratkan keberadaan Khutbah harus berbahasa Arab, artinya rukun-rukun dua khutbah karena Mengikuti Ulama Salaf dan Khalaf, sebab dzikir yang fardhu (wajib) disyaratkan berbahasa Arab seperti Takbiratul ihram, maka jika memungkinkan belajar wajib semuanya belajar sebagai memperoleh jalan fardhu kifayah, tapi jika sudah ada salah seorang diantara mereka belajar sudah dianggap cukup sebagaimana dalam fardhu kifayah, namun, jika tidak ada satu orang pun yang belajar maka semuanya bermaksiat (berdosa), tidak ada Jum'at bagi mereka dan lakukanlah shalat Dzuhur.

Apabila ditanyakan: "Apa Faidah berkhutbah dengan bahasa Arab apabila suatu kaum tidak memahaminya?
Jawab: Faidah berkhutbah dengan bahasa Arab mengetahui akan nasehat yang disampaikan dari segi jumlah, bahkan para Ulama sudah menjelaskan bahwa apabila jamaah Jum'at mendengar khutbah dan tidak memahaminya sudah dianggap sah, maka jika tidak memungkinkan belajar Khutbah dengan bahasa Khothiib meskipun kaum muslimin tidak memahaminya maka jika tidak bagus bahasanya maka tidak ada Jum'at bagi mereka karena ketiadaan syaratnya.
[Mughni al Muhtaaj I/552]

وَمَحَلُّ اشْتِرَاطِ الْعَرَبِيَّةِ إنْ كَانَ فِي الْقَوْمِ عَرَبِيٌّ وَإِلَّا كَفَى كَوْنُهَا بِالْعَجَمِيَّةِ إلَّا فِي الْآيَةِ فَلَوْ لَمْ يُحْسِنْ شَيْئًا مِنْ الْقُرْآنِ أَتَى بِبَدَلِ الْآيَةِ مِنْ ذِكْرٍ أَوْ دُعَاءٍ، فَإِنْ عَجَزَ وَقَفَ بِقَدْرِهَا شَيْخُنَا
Letak disyaratkannya Khutbah berbahasa Arab jika suatu kaum orang Arab, tapi bila tidak cukup berbahasa Ajam kecuali beberapa ayat, maka jikalau dia tidak bagus bacaan Qur'annya ayat itu diganti dengan dzikir atau doa, kalaupun tidak mampu berhenti seukuran ayat tersebut, Syaikhona.
[Hasyiyah as Syarwani Ala At Tuhfah II/450]

قَوْلُهُ: كَمَا أَنَّ الْمُرَادَ بِهِمَا أَرْكَانُهُمَا) يُفِيدُ أَنَّهُ لَوْ كَانَ مَا بَيْنَ أَرْكَانِهِمَا بِغَيْرِ الْعَرَبِيَّةِ لَمْ يَضُرَّ، وَيَجِبُ وِفَاقًا لِ م ر أَنَّ مَحَلَّهُ إذَا لَمْ يَطُلْ الْفَصْلُ بِغَيْرِ الْعَرَبِيِّ وَإِلَّا ضَرَّ لِإِخْلَالِهِ بِالْمُوَالَاةِ كَالسُّكُوتِ بَيْنَ الْأَرْكَانِ
Keterangan Pengarang "Sebagaimana dimaksud itu rukun dua khutbah) faidahnya jika antara dua rukun khutbah tanpa bahasa Arab tidak membahayakan, letak (tidak mengapa selain rukun dua khutbah tidak berbahasa Arab) apabila tidak lama pemisah dengan tanpa bahasa Arab jika tidak maka membahayakan karena meninggalkan muwalah Seperti diam diantara rukun khutbah.
[Hasyiyah as Syibromalisy Ala An Nihaayah II/317]

Walllahu A'lamu Bis Showaab

>> Kamal Mansor
Mengikut pendapat yg kuat dalam kitab Mahalli... Rukun khutbah wajib dalam bahasa Arab.. Tidak boleh di selangi bahasa Ajam... Jalan penyelesaiannya Sebelum membaca Rukun Khutbah... Sampaikan Apa2 yg hendak di sampai kan dlm bahasa Ajam... Lepas tu baca Rukun khutbah tanpa ada bahasa Ajam antara rukun tersebut

>> Ismidar Abdurrahman As-Sanusi
Berikut ibarot dalam kitab Al Mahalli Ala Syarh al Manhaj sebagaimana dikatakan Kamal Mansor :

وَيُشْتَرَطُ كَوْنُهَا) كُلِّهَا (عَرَبِيَّةً) كَمَا جَرَى عَلَيْهِ النَّاسُ. وَقِيلَ لَا يُشْتَرَطُ ذَلِكَ اعْتِبَارًا بِالْمَعْنَى
Disyaratkan keberadaan Khutbah seluruhnya berbahasa Arab sebagaimana yang terjadi pada manusia dan menurut satu pendapat tidak disyaratkan sebab i'tibar dengan makna.

Berikut komentar Syeikh Qulyubi:

قَوْلُهُ: (كُلُّهَا) أَيْ الْخُطْبَةُ أَيْ كُلُّ أَرْكَانِهَا فِي الْخُطْبَتَيْنِ، وَلَا يَضُرُّ غَيْرُ الْعَرَبِيَّةِ فِي غَيْرِ الْأَرْكَانِ وَإِنْ عَرَفَهَا. قَوْلُهُ: (عَرَبِيَّةً) وَإِنْ كَانَ الْقَوْمُ لَا يَعْرِفُونَهَا وَجَوَابُهَا مَا سَيَأْتِي عَنْ الْقَاضِي، وَلَا يَكْفِي غَيْرُ الْعَرَبِيَّةِ وَفِي الْقَوْمِ عَرَبِيٌّ. 
Keterangan Pengarang "Seluruhnya" artinya Khutbah, artinya rukun-rukun dua khutbah dan tidak membahayakan selain Arab pada selain rukunnya meskipun diketahui. Keterangan Pengarang "Arabiyyah (berbahasa Arab)" meskipun kaum muslimin tidak memahaminya dan tidak cukup selain Arab dan kaum orang Arab.
[Al Mahalli Wa Hasyiita I/322]

Jadi, berdasarkan keterangan diatas Khutbah Jum'at memang harus berbahasa Arab tapi itu khusus pada rukunnya saja, sedangkan perkataan dalam kitab Al Mahalli yang mensyaratkan Khutbah harus berbahasa Arab di semua bagiannya dikomentari oleh Sheikh Qulyubi adalah rukun khutbah sebagaimana pernyataan Ulama Syafi'iyah yang lain.

Walllahu A'lamu Bis Showaab

>> Nur Fuad As-Syaiban
(و) ثامنها (أن تكون بالعربية) أي أن تكون أركان الخطبتين بكلام العرب وإن كان
القوم عجماً لا يفهمو ا لأ م يعرفون أنه يعظهم في الجملة أي في غير هذه الصورة
فالمدار على معرفتهم بقرينة أنه واعظ وإن لم يعرفوا ما يعظهم به ويجب أن يتعلم واحد
منهم العربية فإن لم يتعلم أحد منهم أثموا كلهم ولا تصح خطبتهم قبل التعلم فيصلون
ظهراً هذا كله مع إمكان التعلم
Syarat khutbah Jumat yang kesembilan adalah bahwa dua
khutbah Jumat disampaikan khotib dengan menggunakan Bahasa
Arab meskipun peserta Jumatan bukan kaum yang berbahasa Arab
yang tidak memahami khutbah yang disampaikan. Ini dikarenakan
oleh keadaan bahwa mereka tahu kalau khotib sedang menasehati
mereka secara global, maksudnya selain dalam contoh ini. Jadi,
patokan hukum disini terbatas pada rasa tahu dari para peserta
Jumatan yang berdasarkan qorinah atau indikator bahwa khotib
sedang menasehati mereka meskipun mereka tidak mengetahui
nasehat apa yang disampaikan kepada mereka.
Salah satu dari mereka diwajibkan belajar Bahasa Arab.
Apabila tidak ada seorang pun dari mereka mempelajarinya maka
mereka semua berdosa dan khutbah Jumat yang mereka lakukan
dihukumi tidak sah sebelum belajar terlebih dahulu sehingga mereka
wajib sholat Dzuhur, bukan sholat Jumat. Semua ini, maksudnya
hukum dosa karena tidak ada seorang pun dari mereka yang belajar
Bahasa Arab, hukum khutbah mereka tidak sah, dan hukum wajib mendirikan sholat Dzuhur, terbatas pada keadaan masih adanya
kesempatan dan kemungkinan untuk belajar Bahasa Arab.
قال الشرقاوي فإن لم يمكن خطب واحد منهم بأي لغة شاء بشرط أن يفهم الحاضرون
تلك اللغة على المعتمد بخلاف العربية لا يشترط فهمهم إياها لأ ا أصل وغيرها بدل
Syarqowi mengatakan bahwa apabila tidak memungkinkan
belajar Bahasa Arab maka salah satu dari mereka berkhutbah dengan
bahasa yang ia kehendaki, tetapi dengan syarat bahwa bahasa yang ia
gunakan tersebut benar-benar dimengerti dan dipahami oleh para
peserta Jumatan, sebagaimana yang dinyatakan oleh pendapat
muktamad. Berbeda dengan Bahasa Arab, artinya, para peserta
Jumatan tidak disyaratkan paham khutbah yang berbahasa Arab
karena Bahasa Arab disini adalah hukum asal kewajiban sedangkan
bahasa selainnya hanya sebagai ganti darinya.
وقال السويفي فإن لم يمكن أي التعلم خطب واحد منهم بلسانه وإن لم يفهمه
الحاضرون بأن اختلفت لغا م وظاهره وإن أحسن ما أحسنه القوم فلا يتعين أن يخطب
به فإن لم يحسن أحد منهم الترجمة فلا جمعة لهم لانتفاء شرطها
Suwaifi mengatakan bahwa apabila tidak ada kesempatan
atau tidak memungkinkan belajar Bahasa Arab maka salah satu dari
mereka berkhutbah dengan bahasanya sendiri meskipun para peserta
Jumatan tidak memahami bahasanya itu dikarenakan semisal bahasa
mereka tidak sama dengan bahasanya, sekalipun ia mampu
menggunakan bahasa mereka secara baik. Jadi, ia tidak diwajibkan
berkhutbah dengan menggunakan bahasa para peserta Jumatan.
Apabila tidak ada seorang pun dari mereka pandai
menerjemahkan khutbah berbahasa Arab ke bahasa yang ia
kehendaki maka mereka semua tidak diwajibkan mendirikan sholat
Jumat karena tidak terpenuhinya syarat Jumat.وقال أيضاً نقلاً عن البرماوي ومحل اشتراط كون أركان الخطبة بالعربية إن كان في القوم
عربي وإلا كفى كو ما بالعجمية إلا في الآية فهي كالفاتحة أي فلا بد فيها من العربية
Suwaifi juga berkata dengan mengutip dari Barmawi bahwa
disyaratkannya berbahasa Arab dalam rukun-rukun khutbah adalah
ketika ada seorang ‘arabi (yang berbahasa Arab) di antara mereka.
Jika tidak ada satu ‘arabi pun maka dua khutbah Jumat cukup
dilakukan dengan menggunakan bahasa lain, kecuali dalam rukun
membaca ayat al-Quran, maka diwajibkan menggunakan Bahasa
Arab, sebagaimana diwajibkan menggunakan Bahasa Arab dalam
membaca al-Fatihah di dalam sholat dan tidak boleh menerjemahkannya ke bahasa lain.

KESIMPULAN:
Khutbah Jum'at wajib berbahasa Arab, tetapi selain rukun khutbah boleh selain bahasa Arab sebagaimana berlaku di kebanyakan daerah.

Wallahu A'lam

Link Diskusi:

Komentari

Lebih baru Lebih lama