Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
NIAT SHALAT WITIR DAN TARAWIH HARUSKAH MENYERTAKAN KATA MIN (مِنْ) THOB'IDHIYYAH YANG BERMAKNA SEBAGIAN?
Apa yang beredar di masyarakat ada sebagian orang ketika berniat shalat tarawih dan umumnya shalat witir tanpa menyertakan kata MIN yang mana menurut sebagian orang niat tersebut tidak sah terutama sekali pada niat shalat witir yang mana shalat witir merupakan shalat ganjil jikalau tanpa menyertakan kata MIN berarti genap. Sungguh pun demikian, para Ulama dari kalangan Syafi'iyah berselisih pendapat tentang haruskah atau wajibkah menyertakan kata MIN dalam niat shalat tarawih dan umumnya shalat witir. Sebagian pendapat seperti Syeikh Ibn Hajar Al Haitami dan Syeikh Syibromalisy tidak mewajibkan menambahkan kata MIN dalam niat tarawih dan witir dan umumnya shalat witir, pendapat mereka itu disetujui oleh Syeikh Ba'isyan yang menurut beliau penambahan kata MIN tersebut merupakan perbuatan paling utama bahkan beliau katakan menurut sebagian pendapat hal itu diwajibkan. Pendapat yang mewajibkan menambahkan kata MIN dalam niat tarawih dan umumnya shalat witir adalah pendapat Imam Romli, Syeikh Nawawi al-Bantani bahkan menurut Syeikh Nawawi al-Bantani bila tanp menyertakan kata MIN dalam niat witir tidak sah dengan alasan shalat witir adalah shalat ganjil kalau hanya berniat dua rakaat tanpa menyertakan bagian dari raka'at witir tidak sah karena ditentukan genap. Terlepas dari perbedaan pendapat tersebut maka perbedaan tata cara niat tersebut yang dilakukan masyarakat tetap sah karena ada pendapat yang mengabsahkan. Tetapi kalau sudah tahu maka seharusnya dirubah demi menghindari perbedaan pendapat.
Adapun lafadz niat shalat tarawih dan witir tanpa menyertakan kata MIN sebagai berikut:
• اصلى سنة التراويح ركعتين - اماما/ مأموما لله تعالى
"Aku niat shalat sunah tarawih dua rakaat - sebagian imam/makmum - karena Allah Taala"
• اصلى سنة الوتر ركعتين - اماما/ مأموما - لله تعالى
"Aku niat shalat sunah witir dua rakaat - sebagai imam/makmum - karena Allah Taala"
• اصلى سنة الوتر ركعة - اماما/ مأموما - لله تعالى
"Aku niat shalat sunah witir satu rakaat - sebagai imam/makmum - karena Allah Taala".
Adapun lafadz yang menggunakan kata MIN sebagai berikut:
• اصلى سنة من التراويح ركعتين - اماما/ مأموما - لله تعالى
• اصلى سنة من الوتر ركعتين - اماما/مأموما - لله تعالى
• اصلى سنة من الوتر ركعة - اماما مأموما لله تعالى
Dasar keterangan:
مسألة: ي) لا يلزم الناوي لركعتين من نحو التراويح والوتر استحضار من التبعيضية عند ابن حجر و ع ش، ورجح في شرح المنهج والنهاية وغيرهما لزومها
(Masalah : Ya') Tidak wajib bagi orang yang berniat shalat dua rakaat dari shalat tarawih dan witir mendatangkan من tab'idhiah (bermakna sebagian) menurut Ibnu Hajar dan Imam Syabramalisi. Sedangkan menurut Imam Ramli dalam Syarah al-Minhaj, Al-Nihayah dan lainnya harus menghadirkan min.
[Bughyah al Mustarsyidiin Halaman 65, Darul Fikr]
وَلَا يَصح أَن يَنْوِي بالركعتين وترا لِأَنَّهُمَا شفع لَا وتر وَيجوز فِي الْأَخِيرَة أَن يَقُول رَكْعَة من الْوتر لِأَنَّهَا بعضه أَيْضا
Dan tidak sah berniat witir dengan shalat dua rakaat karena dua rakaat genap tidak ganjil. Dan boleh pada rakaat akhir mengucapkan رَكْعَة من الْوتر karena itu termasuk bagian witir.
[Nihaayah Az Zain Halaman 101]
ويصح نية الوتر، ويحمل على ما يريده عند (حج)، وعلى ركعتين عند (م ر)، والأولى فيما زاد على ركعتين أن يقول: ركعتين من الوتر مثلاً وقيل: يجب.
Dan sah niat witir dan yang bisa diambil pengertian dari perkataan Syekh Ibn Hajar dan dua rakaat menurut Imam Romli. Dan yang lebih utama ketika shalat witir lebih dari dua rakaat mengucapkan dua rakaat bagian dari witir umpamanya dan menurut sebagian pendapat (hal itu) diwajibkan.
[Busyrol Kariim Halaman 197]
Semoga bermanfaat dan bisa dipahami sebagaimana mestinya
Wallahu A'lamu Bis Showaab
(Ismidar Abdurrahman As-Sanusi)
Sumber: