1164. KETIKA MAKAN SAHUR BERKUMANDANG ADZAN SHUBUH?



Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Sesuatu yang sering terjadi, ketika makan sahur adzan shubuh berkumandang apakah sah puasanya gimana solusinya?

Pada dasarnya adzan shubuh merupakan tanda waktu shubuh sudah masuk sedangkan batas diperbolehkan makan dan minum atau khususnya perkara yang membatalkan puasa sampai terbit fajar yaitu masuknya waktu shubuh. Karenanya apabila adzan shubuh sudah berkumandang sedangkan seseorang tengah makan sahur maka dia tidak boleh melanjutkan makan atau minum tetapi apa yang ada pada mulutnya yang berupa makanan atau minuman tidak boleh ditelan tapi dikeluarkan, kalau juga nekat ditelan atau melanjutkan makan sampai adzan shubuh selesai maka batal puasanya, sedangkan apa yang tidak sengaja tertelan tidak membuat batal puasanya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketika seseorang tengah menyantap makan sahur dan ketika itu adzan shubuh berkumandang ia tidak boleh melanjutkan makan tapi apa yang ia makan atau minum yang belum sempat ditelan seperti masih dikunyah langsung dikeluarkan, kalau nekat melanjutkan makan batal puasanya. Itu semua kalau yakin adzan tersebut memang sudah masuk awal waktu shubuh, bila diragukan maka boleh melanjutkan makan, terlebih bagi daerah yang membiasakan adzan dua kali pada shalat shubuh yaitu sebelum fajar dan sesudah fajar.

Dasar keterangan:

يَجُوزُ لَهُ الْأَكْلُ وَالشُّرْبُ وَالْجِمَاعُ إلَى طُلُوعِ
الْفَجْرِ بِلَا خِلَافٍ لِمَا ذَكَرَهُ الْمُصَنِّفُ وَلَوْ شَكَّ فِي طُلُوعِ الْفَجْرِ جَازَ لَهُ الْأَكْلُ وَالشُّرْبُ وَالْجِمَاعُ وَغَيْرُهَا بِلَا خِلَافٍ حَتَّى يَتَحَقَّقَ الْفَجْرُ لِلْآيَةِ الكريمة (حتى يتبين لكم الخيط الابيض ....
قَالَ الْمَاوَرْدِيُّ وَغَيْرُهُ وَالْأَفْضَلُ لِلشَّاكِّ أَنْ لَا يَأْكُلَ وَلَا يَفْعَلَ غَيْرَهُ مِنْ مَمْنُوعَاتِ الصَّوْمِ احْتِيَاطًا (الرَّابِعَةُ) لَوْ أَكَلَ شَاكًّا فِي طُلُوعِ الْفَجْرِ وَدَامَ الشَّكُّ وَلَمْ يَبِنْ الْحَالُ بَعْدَ ذَلِكَ صَحَّ صَوْمُهُ بِلَا خِلَافٍ عِنْدَنَا وَلَا قَضَاءَ عَلَيْهِ

“Diperbolehkan makan, minum dan jima' (berhubungan intim) sampai terbit fajar tanpa ada khilaf sebagaimana dikemukakan pengarang dan bila ragu tentang terbit fajar boleh makan, minum, jima' dan lain sebagainya sampai nampak fajar berdasarkan Ayat Al Qur'an yang mulia "Sampai jelas bagimu benang putih"

Al Mawardi dan selain beliau berkata "Yang afdhol ketika ragu terbit fajar agar tidak lagi makan dan mengerjakan perbuatan yang dilarang saat puasa sebagai tindakan berhati-hati", dan jika makan karena ragu terbit fajar sah puasanya tanpa ada khilaf dalam pandangan kami dan tidak perlu di qodho'”
[Al Majmuu' Syarh al Muhadzdzab VI/306]

السَّادِسَةُ) إذَا طَلَعَ الْفَجْرُ وَفِي فِيهِ طَعَامٌ فَلْيَلْفِظْهُ فَإِنْ لَفَظَهُ صَحَّ صَوْمُهُ فَإِنْ ابْتَلَعَهُ أَفْطَرَ فَلَوْ لفظه في الحال فسبق منه شئ إلَى جَوْفِهِ بِغَيْرِ اخْتِيَارِهِ فَوَجْهَانِ مُخَرَّجَانِ مِنْ سَبْقِ الْمَاءِ فِي الْمَضْمَضَةِ لَكِنَّ الْأَصَحَّ هُنَا أَنَّهُ لَا يُفْطِرُ
“(Ketujuh) Apabila sudah terbit fajar dan padanya (pada mulut) terdapat makanan maka peliharalah (jangan ditelan) bila ia jaga makanan itu sah puasanya dan jika ia telan batal puasanya. Bila ia jaga dan masuk ke rongganya tanpa terkendali maka ada dua pendapat seperti masuk air berkumur tetapi pendapat yang paling shahih puasanya tidak batal”
[Al Majmuu' Syarh al Muhadzdzab VI/308]

من الخطأ الفاحش الواقع فيه كثير من الناس أنهم عندما يسمعون آذان الفجر يتبادر إلى الشرب اعتقادا منهم جواز ذلك ما دام المؤذن يؤذن، وذلك لا يجوز. ومن يفعله فصومه باطل وعليه القضاء إن كان صومه فرضا، لأن المؤذن لا يشرع في الأذان إلا بعد طلوع الفجر. فإذا شرب أثناء الأذان فيكون قد شرب في وقت الفجر وكل ذلك بسبب الجهل ولم يقل بذلك أحد من الأئمة المعتبرين.
“Di antara kesalahan fatal yang sering dialami oleh kebanyakan orang saat ini adalah ketika mereka mendengarkan azan Subuh, mereka bersegera untuk minum karena meyakini bolehnya hal tersebut sampai muazzin selesai dari azannya. Hal itu tidak boleh. Barangsiapa yang melakukannya maka puasanya batal dan ia harus mengqadanya jika puasa tersebut fardu (puasa Ramadan). Alasannya adalah karena seorang muazzin tidak mungkin azan kecuali setelah terbitnya fajar. Dengan demikian, manakala seseorang minum di pertengahan azan, itu artinya dia minum setelah terbitnya fajar. Hal ini disebabkan oleh ketidaktahuan, namun tidak seorang pun dari para ulama yang membolehkan hal tersebut”
[At Taqriidaah as Sadiidah Halaman 458]

Semoga bermanfaat dan kiranya supaya amal ibadah kita terkhusus dibulan Ramadhan diterima disisi Allah Taala. Aamiin ya rabbal 'Aalamiin

(Oleh: Ismidar Abdurrahman As-Sanusi)

Komentari

Lebih baru Lebih lama