Pertanyaan:
Assalamualaikum wr wb ..poro kiyai poro ustadz...mw tanya gimna hukum nya menerima amplop orang yg jadi khotib jumatan...padahal si khotib itu sendiri tinggal di kampung fi mana masjid tempat dia sholat ..mohon ibarot serta refrensinya...
Terima kasih
[Al Kaylani]
Jawaban:
Wa'alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh
Sudah marak terjadi termasuk di daerah saya pengurus masjid menyerahkan amplop yang berisi uang untuk para petugas masjid seperti muadzin, Khotib dan Imam dan saya sendiri pun termasuk diantara orang yang menerima amplop tersebut, gimana mau menolak wong dikasi 😁. Di daerah saya sendiri uang tersebut dikasi dari uang kotak amal atau mengendarkan kotak amal entahlah daerah lain.
Hukum menerima amplop tersebut tergantung dari hukum membagi uang tersebut, artinya kalau membaginya tidak boleh maka sama hukum menerima, tidak sebaliknya.
Hukum memberi dan menerima amplop tersebut dirinci sebagai berikut:
• Apabila uang yang dikasi merupakan uang kas masjid yang didapatkan dari waqaf mutlak atau untuk kemakmuran masjid seperti untuk pembangunan masjid maka uang tersebut tidak boleh dikasi untuk para petugas masjid sebagaimana disebutkan, dengan ini bagi para petugas masjid tidak boleh menerima amplop tersebut.
• Apabila uang yang dikasi merupakan uang yang bukan waqaf mutlak seperti uang dari kotak amal atau bukan waqaf maka boleh memberikan kepada petugas masjid demikian pula menerimanya.
Apa yang diterangkan tersebut adalah menurut pendapat kebanyakan Ulama Syafi'iyah, meskipun demikian, Syeikh Zainuddin Al Malibari mengatakan boleh memberikan uang kas masjid yang merupakan waqaf mutlak berdasarkan pendapat yang lebih kuat.
(مسئلة) الموقوف على المسجد او على مصالحه يصرف منه للمؤذن والامام والدهن ونحوهم على المعتمد فى الفتوى بخلاف الموقوف على عمارته لايصرف منه شيئ لذلك
“(Masalah): Barang yang diwakafkan untuk masjid atau untuk kemaslahatan bisa ditasarufkan untuk mu`adzdzin, imam dan minyak dan sepadannya menurut pendapat yang kuat dalam fatwa, berbeda dengan barang yang diwakafkan untuk imaratul masjid maka tidak boleh ditasarufkan untuk itu semua”
[Talkhish Al Murod Hamisy Bughyah Halaman 302]
(مسئلة ك) قال الخطيب فى المغنى ويصرف الموقوف على المسجد وقفا مطلقا على عمارته فى البناء والتجصيص المحكم والسواري للتظليل بها والمكانس والمساحي لينقل بها الترب وفي ظلة تمنع حطب الباب من نحو المطر إن لم تضر بالمارة وفى أجرة قيّم لا مؤذن وإمام وحصر ودهن لأن القيم يحفظ العمارة بخلاف الباقي، فان كان الوقف لمصالح المسجد صرف من ريعه لمن ذكر لا لتزويقه ونقشه بل لو وقف عليها لم يصح اهـ .
“(Masalah: Kaf): Al-Khathib di dalam Al-Mughni berkata: Wakaf mutlak untuk imaratul masjid ditasarufkan untuk pembangunan, pengapuran tembok agar kokoh, pembuatan tiang-tiang payung, pembelian sapu, pembelian sekop untuk memindahkan tanah, pembuatan payung untuk melindungi kayu dari kelapukan akibat hujan jika tidak mengganggu para pejalan dan untuk upah pengurus masjid, tidak ditasarufkan untuk upah mu`adzdzin, imam, karpet dan minyak, karena pengurus itu memelihara pembangunan masjid berbeda dengan lainnya. Kalau wakaf itu untuk kemaslahatan masjid maka boleh ditasarufkan untuk orang-orang tersebut tetapi tidak boleh untuk dekorasi dan ukir-ukiran, bahkan kalau diwakafkan untuk dekorasi dan ukir-ukiran itu hukumnya tidak sah”
[Bughyah al Mustarsyidiin Halaman 108]
ويصرف ريع الموقوف على المسجد مطلقا أو على عمارته في البناء ولو لمنارته وفي التجصيص المحكم والسلّم وفي أجرة القيّم لا المؤذن والامام والحصر والدهن إلا إن كان الوقف لمصالحه فيصرف في ذلك لا في التزويق والنقش وما ذكرته من أنه لا يصرف للمؤذن والامام في الوقف المطلق هو مقتضى ما نقله النووي في الروضة عن البغوي لكنه نقل بعده عن فتاوي الغزالي أنه يصرف لهما وهو الأوجه كما في الوقف على مصالحه
“Penghasilan dari wakaf masjid yang bersifat mutlak atau wakaf untuk imaratul masjid (kemakmuran masjid) ditasarufkan untuk bangunan walaupun untuk menara, pengapuran dinding agar kokoh, pembuatan tangga dan untuk upah kepada pengurus masjid, bukan mu`adzdzin, imam, karpet dan minyak. Kalau wakaf untuk kemaslahatan masjid maka boleh ditasarufkan untuk itu semua, kecuali untuk dekorasi dan ukir-ukiran. Apa yang saya sebutkan tentang hukum wakaf mutlak tidak boleh ditasarufkan untuk mu`adzdzin dan imam merupakan isi dari apa yang dikutip Imam Nawawi dalam Ar-Raudlah dari Al-Baghawi, tetapi sesudah itu Imam Nawawi mengutip dari Fatawi Al-Ghazali bahwa hal itu bisa ditasarufkan untuk keduanya, dan itu merupakan pendapat yang kuat, sebagaimana wakaf untuk kemaslahatan masjid”
[I'aanah Hamisy Fathul Mu'in III/315]
Wallahu A'lamu Bis Showaab
(Dijawab oleh: Ismidar Abdurrahman As-Sanusi)
Link diskusi: