1167. WATHI SYUBHAT DAN HUKUMNYA





Pertanyaan:
Bagaimana hukumnya Wathi syubhat? Dan bagaimana nasab anak hasil wathi syubhat?
[Izul Khaf]

Jawaban:
Budayakan ucapkan salam Sebelum nulis pertanyaan supaya grouf ini seakan ajang diskusi yang nampak seperti duta.

1. Wathi Syubhat dan hukumnya

واعلم) أن الشبهة تنقسم ثلاثة أقسام القسم الأول شبهة الفاعل، وهي كمن وطئ على ظن الزوجية أو الملكية.

والقسم الثاني: شبهة المحل وهي كمن وطئ الأمة المشتركة.

والقسم الثالث: شبهة الطريق وهي التي يقول بها عالم يعتد بخلافه.

والأول لا يتصف بحل ولا حرمة لأن فاعله غافل وهو غير مكلف.

والثاني حرام.

والثالث إن قلد القائل بالحل لا حرمة وإلا حرم 
Wathi Syubhat ada tiga pembagian:
• Syubhat Fa'il yaitu orang yang menyetubuhi seorang wanita yang disangka istrinya atau kepemilikannya (ternyata bukan), hukumnya tidak jelas halal dan haramnya (jadi hukumnya syubhat) sebab pelakunya tidak taklif
• Syubhat Mahal yaitu menyetubuhi budak perserikatan (milik bersama; hukumnya haram.
• Syubhat Thoriq yaitu semacam pernikahan tanpa wali dan hukumnya bila mengikuti pendapat yang menghalalkan maka halal dan jika tidak maka haram.
[I'aanah at Tholibin III/337]

2. Mengenai status anak yang dilahirkan dari persetubuhan Syubhat maka ditafsil dulu:
1. Bila yang syuhbat adalah penyetubuh seperti ia tidak tahu bahwa yang ia setubuhi itu bukan istrinya maka anak yang terlahir dari hubungan itu bernasab kepada sang penyetubuh yakni ayah biologis anak tersebut.
2. Bila yang syuhbat adalah si wanita misalnya wanita itu disetubuhi dalam keadaan pingsan atau mabuk atau ia sadar ia sudah bersuami tapi ia membiarkan sang penyetubuh menyetubuhinya maka anak yang terlahir tidak bernasab kepada penyetubuh melainkan kepada wanita tadi atau ibu si anak.
3. Bila yang syubhat keduanya yakni Peria dan wanita makan anak yang lahir itu bernasab kepada keduanya.

وَالْحَاصِلُ أَنَّ شُبْهَتَهُ وَحْدَهُ تُوجِبُ مَا عَدَا الْمَهْرِ مِنْ نَسَبٍ وَعِدَّةٍ إذْ لَا مَهْرَ لِبَغْيٍ وَشُبْهَتُهَا وَحْدُهَا تُوجِبُ الْمَهْرَ فَقَطْ دُونَ النَّسَبِ وَالْعِدَّةِ وَشُبْهَتُهُمَا تُوجِبَ الْجَمِيعَ وَلَا يَثْبُتُ بِهَا مَحْرَمِيَّةٌ مُطْلَقًا، فَلَا يَحِلُّ لِأَبِي الْوَاطِئِ وَابْنِهِ نَظَرٌ وَلَا مَسٌّ وَلَا خَلْوَةٌ.
[Hasyiyah Bujairimi ala al Khotib III/423]

Walllahu A'lamu Bis Showaab

(Dijawab oleh: Ismidar Abdurrahman As-Sanusi)

Link diskusi:

Komentari

Lebih baru Lebih lama