Sumber gambar: republika.co.id
Pertanyaan:
Pertanyaan:
Assalamu a'laikum
izin bertanya perkara lantunan adzan.
apakah hukum melantunkan adzan didalam pelaksanaan sholat ied
mohon jawaban beserta keterangannya 🙅
[Dadi Rantang]
Jawaban:
Wa'alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh
Menurut Madzhab Syafi'i dan Mayoritas Ulama shalat Ied tidak disunnahkan melantunkan adzan dan juga iqomah hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan Imam Muslim dalam kitab Shahihnya:
عَنْ جابر ابن سَمُرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ " صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْعِيدَيْنِ غَيْرَ مَرَّةٍ وَلَا مَرَّتَيْنِ بِغَيْرِ أَذَانٍ وَلَا إقَامَةٍ
Dari Jabir bin Samurah Radhiallahu Anhu ia berkata "Aku sudah shalat bersama Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam pada shalat dua Ied tidak sekali Dan tidak pula dua kali tanpa adzan dan Iqamah " (HR. Muslim)
Oleh karena itu, Madzhab Syafi'i menetapkan tidak ada anjuran pada shalat Ied melantunkan adzan dan juga iqomah, baik iedul Fitri maupun iedul Adhha. Memang ada sebagian pendapat yang mengatakan shalat Ied juga disunnahkan adzan, akan tetapi pendapat tersebut kurang kuat dan menyalahi hadits-hadits yang shahih.
Imam Syafi'i merupakan pendiri madzhab Syafi'i dalam kitab Al UMM beliau mengatakan bahwa apabila pada praktek shalat hari raya melantunkan adzan dan Iqamah maka beliau memakruhkan tapi tidak perlu diulangi, tapi boleh hanya mengucapkan:
حي على الصلاة.
Ungkapan yang dianjurkan untuk shalat Ied adalah:
الصلاة جامعة.
Ungkapan tersebut itu diqiyaskan dengan seruan shalat gerhana dan setiap shalat yang tidak dianjurkan adzan dan Iqamah didalamnya yaitu selain shalat fardhu tidak disyariatkan adzan dan Iqamah menurut Madzhab Syafi'i, maka setiap shalat yang tidak disyariatkan adzan maka diganti dengan seruan tersebut, termasuk shalat Ied. Tapi tidak termasuk shalat sunah selain Ied dan gerhana termasuk shalat jenazah.
Demikian demikian dapat disimpulkan bahwa hukum shalat Ied dilantunkan adzan dan Iqamah hukumnya makruh tapi tidak perlu diulangi kalau sudah didahului adzan dan Iqamah.
وأما الْأَحْكَامُ فَقَالَ الشَّافِعِيُّ وَالْأَصْحَابُ لَا يُؤَذَّنُ لِلْعِيدِ وَلَا يُقَامُ وَبِهَذَا قَالَ جُمْهُورُ الْعُلَمَاءِ مِنْ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِينَ وَمَنْ بَعْدَهُمْ وَعَلَيْهِ عَمَلُ النَّاسِ فِي الْأَمْصَارِ لِلْأَحَادِيثِ الصَّحِيحَةِ الَّتِي ذَكَرْنَاهَا قَالَ ابْنُ الْمُنْذِرِ وَرَوَيْنَا عَنْ ابْنِ الزُّبَيْرِ أَنَّهُ أَذَّنَ لَهَا وَأَقَامَ قَالَ وَقَالَ حُصَيْنٌ أَوَّلُ مَنْ أَذَّنَ فِي الْعِيدِ زِيَادٌ وَقِيلَ أَوَّلُ من أذن لها معوية وَقِيلَ غَيْرُهُ قَالَ الشَّافِعِيُّ وَالْأَصْحَابُ وَيُسْتَحَبُّ أَنْ يُقَالَ الصَّلَاةَ جَامِعَةً لِمَا ذَكَرْنَاهُ مِنْ الْقِيَاسِ عَلَى الْكُسُوفِ قَالَ الشَّافِعِيُّ فِي الْأُمِّ وَأُحِبُّ أَنْ يَأْمُرَ الْإِمَامُ الْمُؤَذِّنَ أَنْ يَقُولَ فِي الْأَعْيَادِ وَمَا جَمَعَ النَّاسَ مِنْ الصَّلَاةِ: الصَّلَاةَ جَامِعَةً أَوْ الصَّلَاةَ: قَالَ وَإِنْ قَالَ هَلُمَّ إلَى الصَّلَاةِ لَمْ نَكْرَهْهُ وَإِنْ قَالَ حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ فَلَا بَأْسَ وَإِنْ كُنْت أُحِبُّ أَنْ يَتَوَقَّى ذَلِكَ لِأَنَّهُ مِنْ كَلَامِ الْأَذَانِ وَأُحِبُّ أَنْ يَتَوَقَّى جَمِيعَ كَلَامِ الْأَذَانِ قَالَ وَلَوْ أَذَّنَ أَوْ أَقَامَ لِلْعِيدِ كَرِهْته لَهُ وَلَا إعَادَةَ عَلَيْهِ هَذَا كَلَامُ الشَّافِعِيِّ وَقَالَ صَاحِبُ الْعُدَّةِ لَوْ قَالَ حي على الصلاة جاز بل هو مستحب وقال الدارمي لَوْ قَالَ حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ كُرِهَ لِأَنَّهُ مِنْ أَلْفَاظِ الْأَذَانِ وَالصَّوَابُ مَا نَصَّ عَلَيْهِ
الشَّافِعِيُّ أَنَّهُ لَا يُكْرَهُ وَأَنَّ الْأَوْلَى اجْتِنَابُهُ واجتناب سائر الفاظ الاذان
“Adapun hukum-hukum maka berkata Syafi'i dan pengikutnya: Untuk shalat Ied tidak ada adzan dan Iqamah, dengan ini berkata pula Mayoritas Ulama dari kalangan sahabat, Thobi'in, Ulama sesudah mereka dan diamalkan manusia pada kota-kota berdasarkan hadits-hadits yang yang sudah kami tuturkan. Berkata Ibn Mundzir: Kami meriwayatkan dari Ibn Zubair bahwasanya beliau azan dan iqomah (pada shalat Ied), berkata Hushoin: Orang yang pertama adzan pada shalat Ied adalah Ziyad, menurut satu pendapat Mu'awiyyah, dan menurut satu pendapat selain beliau.
Imam Syafi'i dan pengikutnya berkata: 'Dianjurkan mengucapkan AS-SHOLAATU JAAMI'AH sebagaimana kami tuturkan dengan diqiyaskan dengan shalat gerhana'. Imam Syafi'i dalam kitab Al Umm berkata: 'Aku lebih menyukai imam memerintahkan kepada muadzin pada shalat Ied dan Apa yang manusia berkumpul untuk shalat mengucapkan AS-SHOLAATU JAAMI'AH atau AS-SHOLAATU', beliau berkata: 'Jika dia mengucapkan: 'HALUMMU ILAA AS-SHOLAAH, kami tidak memakruhkannya, jika dia mengucapkan: HAYYA ALAS-SHOLAAH tidak mengapa sedangkan aku menyukai menghentikan itu (jangan mengucapkannya) karena ungkapan itu sebagian dari ungkapan adzan dan aku menyukai menghentikan seluruh perkataan adzan', beliau berkata: 'Seandainya melantunkan adzan dan Iqamah untuk shalat Ied aku memakruhkannya dan tidak perlu diulangi', Inilah perkataan Imam Syafi'i. Pengarang kitab Al 'Uddah berkata: 'Seandainya mengucapkan HAYYA ALAS-SHOLAAH Boleh bahkan dianjurkan', dan Daarimi berkata: 'Seandainya mengucapkan HAYYA ALAS-SHOLAAH dimakruhkan karena sebagian lafadz adzan', pendapat yang benar apa yang di-naskan Imam Syafi'i bahwasanya tidak dimakruhkan dan yang lebih utama menjauhinya dan menjauhi lafadz-lafadz adzan yang lain”
[Al Majmuu' Syarh al Muhadzdzab V/14-15]
قَالَ الشَّافِعِيُّ رَحِمَهُ اللَّهُ فِي أَوَّلِ كِتَابِ الْأَذَانِ مِنْ الْأُمِّ لَا أَذَانَ وَلَا إقَامَةَ لِغَيْرِ الْمَكْتُوبَةِ فَأَمَّا الْأَعْيَادُ وَالْكُسُوفُ وَقِيَامُ شَهْرِ رَمَضَانَ فَأُحِبُّ أَنْ يُقَالَ فِيهِ الصَّلَاةُ جَامِعَةٌ قَالَ وَالصَّلَاةُ عَلَى الْجِنَازَةِ وَكُلُّ نَافِلَةٍ غَيْرِ الْعِيدِ وَالْخُسُوفِ فَلَا أَذَانَ فِيهَا وَلَا قَوْلَ الصَّلَاةَ جَامِعَةً هَذَا نَصُّهُ وَاَللَّهُ أَعْلَمُ -إلى أن قال-
وَنَقَلَ سُلَيْمٌ الرَّازِيّ فِي كِتَابِهِ رؤوس المسائل وغيره عن معاوية ابن أَبِي سُفْيَانَ وَعُمَرَ بْنِ عَبْدِ الْعَزِيزِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ أَنَّهُمَا قَالَا هُمَا سُنَّةٌ فِي صلاة العيدين وهذا إنْ صَحَّ
عَنْهُمَا مَحْمُولٌ عَلَى أَنَّهُ لَمْ يَبْلُغْهُمَا فِيهِ السُّنَّةُ وَكَيْفَ كَانَ هُوَ مَذْهَبٌ مَرْدُودٌ وَقَدْ ثَبَتَ فِي صَحِيحِ مُسْلِمٍ عَنْ جابر ابن سَمُرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ " صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْعِيدَيْنِ غَيْرَ مَرَّةٍ وَلَا مَرَّتَيْنِ بِغَيْرِ أَذَانٍ وَلَا إقَامَةٍ " وفى المسألة أحاديث كثيرة صحيحة
“Imam Syafi'i - Semoga Allah merahmatinya - pada awal Kitab Adzan dari kitab Al Umm berkata: 'Tidak ada adzan dan Iqamah selain shalat fardhu, sedangkan shalat Ied, gerhana dan qiyam bulan Ramadhan maka aku menyukai mengucapkan : AS-SHOLAATU JAAMI'AH, beliau berkata: 'Sedangkan shalat jenazah dan setiap shalat sunah selain shalat Ied dan gerhana maka tidak disyariatkan adzan dan ucapan AS-SHOLAATU JAAMI'AH', inilah nas beliau - Allah lebih mengetahui - ...
Sulaaim Ar-Rozy menuqil dalam kitabnya Ruu-ul Masaail dari Mu'awiyyah Ibn Abi Sufyan dan Umar bin Abdul Aziz - Semoga Allah Meridhoi mereka - keduanya mengatakan: 'Sunah pada shalat Ied (adzan)', Jika ini shahih (benar) dari keduanya pengertiannya mereka berdua belum sampai padanya sunah (hadits) dan itu adalah Madzhab yang tertolak, sungguh sudah jelas pada Shahih Muslim dari Jabir bin Samurah Radhiallahu Anhu ia berkata "Aku sudah shalat Ied bersama Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam tidak sekali Dan tidak pula dua kali tanpa adzan dan Iqamah" pada masalah ini (shalat Ied tanpa adzan) ada hadits-hadits yang banyak lagi shahih (yang menjelaskannya)”
[Al Majmuu' Syarh al Muhadzdzab III/77]
Wallahu A'lamu Bis Showaab
(Mujawib sekaligus Editor: Ismidar Abdurrahman As-Sanusi)
Link Diskusi: