1200. HUKUM MANDI JUNUB PADA KAMAR MANDI SEATAP DENGAN MASJID

Sumber gambar: bambangirwantoripto.com



Pertanyaan:
Assalamualaikum para alim saya mau bertanya apakah di perbolehkan mandi junub di kamar mandi yang jadi satu dengan masjid.terima kasih. 
Wassalamualaikum
[Cak Mukelis]

Jawaban:
Wa'alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh

Kalau saya teliti betul pertanyaan maka dapat saya berikan jawaban bahwa apabila kamar mandi masjid tersebut diwaqafkan atau dibikin hanya untuk masjid seperti sudah diumumkan pihak masjid maka hanya bisa dipakai untuk keperluan masjid seperti membersihkan masjid dan mandi pengurus, selain orang yang tidak terikat dengan masjid tidak diperbolehkan. Lain halnya kalau ada kejelasan kamar mandi itu memang disediakan untuk umum atau tidak diketahui disediakan untuk umum atau tidak dan manusia bebas menggunakan kamar mandi atau airnya untuk keperluan apapun walaupun untuk keperluan pribadi maka dan masyarakat sekitar atau pihak masjid tidak ada komplen maka diperbolehkan.

Apa yang saya terangkan diatas hanya sebatas masalah hukum penggunaan air masjid atau kamar mandi, keterangan tersebut tidak termasuk larangan berdiam diri di masjid. Sebab, jikalau kamar mandi seatap dengan masjid walhasil haram didiami oleh orang berhadats besar semacam orang junub, kendatipun haram berdiam diri padanya maka mandi junub disitu tetap sah, sebab yang haram berdiam diri, dan tidak ada hubungannya ketidak sah mandi junub padanya.

وَسُئِلَ الْعَلَّامَةُ الطَّنْبَدَاوِيْ عَنِ الْجِوَابِيْ وَالْجِرَارِ الَّتِيْ عِنْدَ الْمَسَاجِدِ فِيْهَا الْمَاءُ إِذَا لَمْ يُعْلَمْ أَنَّهَا مَوْقُوْفَةٌ لِلشُّرْبِ أَوِ الْوُضُوْءِ أَوِ الْغُسْلِ الْوَاجِبِ أَوِ الْمَسْنُوْنِ أَوْ غَسْلِ النَّجَاسَةِ؟ فَأَجَابَ إِنَّهُ إِذَا دَلَّتْ قَرِيْنَةٌ عَلَى أَنَّ الْمَاءَ مَوْضُوْعٌ لِتَعْمِيْمِ الْاِنْتِفَاعِ: جَازَ جَمِيْعُ مَا ذُكِرَ مِنَ الشَّرْبِ وَغَسْلُ النَّجَاسَةِ وَغَسْلُ الْجِنَابَةِ وَغَيْرُهَا وَمِثَالُ الْقَرِيْنَةِ: جِرْيَانُ النَّاسِ عَلَى تَعْمِيْمٍ لِاِنْتِفَاعٍ مِنْ غَيْرِ نَكِيْرٍ مِنْ فَقِيْهٍ وَغَيْرِهِ إِذِ الظَّاهِرُ مِنْ عَدَمِ النَّكِيْرِ: أَنَّهُمْ أَقْدَمُوْا عَلَى تَعْمِيْمِ الْاِنْتِفَاعِ بِالْمَاءِ بِغُسْلٍ وَشُرْبٍ وَوُضُوْءٍ وَغَسْلِ نَجَاسَةٍ فَمِثْلُ هَذَا إِيْقَاعٌ يُقَالُ بِالْجَوَازِ

Al-‘Allamah Syaikh Thambadawi ditanya tentang masalah kamar mandi dan tempat air yang berada di masjid yang berisi air ketika tidak diketahui status pewakafan air tersebut, apakah untuk minum, untuk wudlu, untuk mandi wajib atau sunnah, atau membasuh najis?

Beliau menjawab: Sesungguhnya apabila terdapat tanda-tanda bahwa air tersebut disediakan untuk kemanfaatan umum, maka boleh menggunakannya untuk semua kepentingan di atas, yaitu untuk minum, membasuh najis, mandi junub dan lain sebagainya. Contoh dari tanda-tanda tersebut adalah kebiasaan manusia untuk memanfaatkannya secara umum tanpa ada komplain dari orang yang ahli fikih ataupun yang lainnya. Dan contoh pemanfaatan air sebagaimana contoh di atas adalah boleh.
[Fathul Mu'in Halaman 408]

Wallahu A'lamu Bis Showaab

(Dijawab oleh: Ismidar Abdurrahman As-Sanusi)

Link Diskusi:

Komentari

Lebih baru Lebih lama