1241. FIQIH HAJI : PENGGUNAAN SABUN BAGI ORANG IHRAM APAKAH TERMASUK WEWANGIAN?

Sumber Gambar: kabarmakkah.com



Pertanyaan:
Assalamualaikum bagi semua kakak kakak anggota grup saya ingin bertanya
APAKAH SABUN TERMASUK WANGI² AN DALAM MASALAH UMROH DAN HAJI🙏🙏
[Al Skany]

Jawaban:
Wa'alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh

Menurut Madzhab Syafi'i dan Kalangan Hanabilah penggunaan sabun saat ihram haji tidak dilarang, maksudnya tidak haram dan tidak ada keharusan membayar fidyah. Alasan diperbolehkan penggunaan sabun sebab meskipun sabun relatifnya wangi sebab larangan penggunaan wewangian memang bendanya memang dari asalnya dijadikan sebagai pewangi, beda halnya dengan sabun sabun itu diibaratkan memasukkan bau harum pada semacam bunga umpamanya lalu bau harum itu dikeluarkan kemudian baru digunakan untuk badan. Atas dasar ini penggunaan sabun bagi orang ihram tidak haram, namun demikian, sebagian Ulama Madzhab yaitu seperti Syeikh Umar As-Syathiriy melarang mandi menggunakan sabun wangi tapi yang lebih utama menggunakan sabun yang tidak wangi, bukan haram melainkan untuk antisipasi karena sabun wangi disediakan untuk mewangikan badan.

يباح للمحرم غسل رأسه وبدنه بالماء لإزالة الأوساخ عنه، بشرط أن لا يغتسل بما يقتل الهوام، فيجوز الاغتسال بالصابون ونحوه من المنظفات التي لا تقتل الهوام؛ ولو كانت له رائحة، عند الشافعية، والحنابلة
“Diperbolehkan bagi orang ihram membasuh kepala dan badannya dengan air untuk menghilangkan kotoran dengan syarat tidak menggunakan dengan apa yang membunuh jintik-jintik (hama), karenanya boleh mandi dengan sabun dan sebagainya dari berbagai macam pembersih yang tidak membunuh jintik-jintik meksipun berbau harum menurut Syafi'iyah dan Hanabilah”
[Al Fiqh Ala Madzaahib al Arba'ah I/588]

ويجوز استعمال الصابون وغيره من كل ما يزيل الاوساخ، كالاشنان والسدر والخطمي.
وعند الشافعية والحنابلة
“Diperbolehkan penggunaan sabun dan selainnya dari setiap penghilang kotoran seperti garam, daun Bidara dan Khitmiy menurut Syafi'iyah dan Hanabilah"
[Fiqh as Sunnah I/666]

وَلَوْ تَطَيَّبَ نَاسِيًّا ِلإِحْرَامِهِ أَوْ جَاهِلاً اَوْ مُكْرَهًا فَلاَ حُرْمَةَ وَلاَ فِدْبَةَ عَلَيْهِ وَلاَ يُكْرَهُ غَسْلُ بَدَنِهِ اَوْ ثَوْبٍ بِنَحْوِ صَابُوْنٍ ٍلإِزَالَةِ اْلأَوْسَاخ
“Apabila memakai wewangian bagi orang ihram karena lupa, tidak tahu atau tanpa kesengajaan tidak haram dan tidak ada keharusan membayar fidyah. Tidak dimakruhkan membasuh badannya atau pakaian dengan semacam sabun untuk menghilangkan kotoran ”
[Tanwiir al Quluub Halaman 273]

وَلاَ يَغْتَسِلُ بَعْدَ اْلإِحْرَامِ بِالصَّابُوْنِ الَّذِيْ لَهُ رَائِحَةٌ ِلأَنَّهَا وُضِعَتْ فِيْهِ بِقَصْدِ الطِّيْبِ أَوْ قُصِدَ بِهَا غَرْضَانِ التَّنَضّيْ وَالتَّطَيُّبُ وَاْلأَوْلَى لِلْمُحْرِمِ أَنْ يَحْتَاطَ وَيَسْتَعْمِلَ الصَّابُوْنَ الَّذِيْ لَيْسَ لَهُ رَائِحَةٌ اهـ
“Tidak (diperkenankan) seorang yang baru selesai dari ihram (sebelum tahallul) melaksanakan mandi dengan memakai sabun yang wangi. Karena tergolong sesuatu yang sengaja untuk mengharumkan atau untuk membersihkan dan mengharumkan. Yang paling utama bagi orang ihram adalah berhati-hati yaitu mandi dengan menggunakan sabun yang tidak terdapat bau wangi”
[Syarh al Yaquut an Nafiis I/518]

وَعُلِمَ مِنْ ذَلِكَ حُرْمَةُ مَا هُوَ طِيبٌ بِنَفْسِهِ بِالْأَوْلَى كَدُهْنِ بَنَفْسَجٍ أَوْ وَرْدٍ أَوْ يَاسَمِينٍ أَوْ آسٍ أَوْ كَاذِيٍّ، وَالْمُرَادُ بِهِ نَحْوُ شَيْرَجٍ يُطْرَحُ فِيهِ ذَلِكَ، أَمَّا لَوْ طُرِحَ نَحْوُ الْبَنَفْسَجِ عَلَى نَحْوِ السِّمْسِمِ أَوْ اللَّوْزِ فَأَخَذَ رَائِحَتَهُ ثُمَّ اُسْتُخْرِجَ دُهْنُهُ فَلَا حُرْمَةَ فِيهِ وَلَا فِدْيَةَ
[Nihaayah al Muhtaaj III/334]

Wallahu A'lamu Bis Showaab

[Dijawab oleh: Ismidar Abdurrahman As-Sanusi]

Link Diskusi:

Komentari

Lebih baru Lebih lama