Sumber gambar: berbagi kisahku
Pertanyaan:
>> Eva Lathifah
Assalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh
Ada bangunn masjid di atas & bawahnya di buat untuk akses jln raya..ap BS jln tersebut di sebut masjid ?🙏🙏
Jawaban:
>> Ismidar Abdurrahman As-Sanusi
Wa'alaikumussalam
Mendirikan bangun dibawah atau diatas masjid apabila masjidnya sudah jadi maka hukum bangunan tersebut berhukum masjid menurut Madzhab Syafi'i, beda halnya bila bangunan yang didirikan sebelum ada masjid maka tidak berhukum masjid. Atas dasar ini, apabila masjid sudah ada lalu diatasnya dibikin jalan, Rumah dan sebagainya maka rumah atau jalan tersebut berhukum masjid dalam arti dilarang orang punya hadats besar berdiam padanya, demikian pula bangunan tersebut dibikin dibawah masjid. Bangun diatas dan dibawah masjid masih berhukum masjid kalau masjidnya sudah ada sampai tujuh tingkat atau langit, setelah tujuh tingkat tidak lagi berhukum masjid.
Berbeda dengan Madzhab Hanafi, menurut mereka bangun yang dibangun di atas atau di bawah masjid tidak berhukum masjid kecuali mewaqofkan untuk masjid, namun bila bangunan itu dibangun untuk kemaslahatan masjid tidak berhukum masjid.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa status bangunan yang didirikan di atas atau bawah masjid berhukum masjid menurut Madzhab Syafi'i bila bangunan itu dibangun setelah ada masjid, tidak sebaliknya. Sedangkan menurut Madzhab Hanafi bangunan yang didirikan di atas atau bawah masjid tidak berhukum masjid, demikian pula bangunan itu dibangun untuk kemaslahatan masjid, namun akan berhukum masjid jikalau diwaqafkan atau masjid.
قَوْلُهُ: (وَلِهَوَاءِ الْمَسْجِدِ) كَأَنْ طَارَ فِيهِ، وَالْمُرَادُ بِهِ مَا فَوْقَهُ إلَى السَّمَاءِ السَّابِعَةِ وَمَا تَحْتَهُ إلَى الْأَرْضِ السَّابِعَةِ، نَعَمْ إنْ كَانَ فَوْقَهُ أَوْ تَحْتَهُ عُلُوٌّ أَوْ سُفْلٌ قَبْلَ وَقْفِيَّتِهِ لَمْ يَتَجَاوَزْهُ أَيْ: لَمْ يَتَجَاوَزْ الْمَسْجِدُ مَحَلَّهُ فَلَا يَشْمَلُ مَا فَوْقَهُ أَوْ مَا تَحْتَهُ إلَّا بَعْدَ زَوَالِهِ، وَإِنْ أُعِيدَ اهـ ق ل.
[Hasyiyah Bujairomi ala al Khothiib I/368]
وَإِذَا جَعَلَ تَحْتَهُ سِرْدَابًا لِمَصَالِحِهِ) أَيْ الْمَسْجِدِ (جَازَ) كَمَسْجِدِ الْقُدْسِ (وَلَوْ جَعَلَ لِغَيْرِهَا أَوْ) جَعَلَ (فَوْقَهُ بَيْتًا وَجَعَلَ بَابَ الْمَسْجِدِ إلَى طَرِيقٍ وَعَزَلَهُ عَنْ مِلْكِهِ لَا) يَكُونُ مَسْجِدًا.
قَوْلُهُ أَوْ جَعَلَ فَوْقَهُ بَيْتًا إلَخْ) ظَاهِرُهُ أَنَّهُ لَا فَرْقَ بَيْنَ أَنْ يَكُونَ الْبَيْتُ لِلْمَسْجِدِ أَوْ لَا إلَّا أَنَّهُ يُؤْخَذُ مِنْ التَّعْلِيلِ أَنَّ مَحَلَّ عَدَمِ كَوْنِهِ مَسْجِدًا فِيمَا إذَا لَمْ يَكُنْ وَقْفًا عَلَى مَصَالِحِ الْمَسْجِدِ وَبِهِ صَرَّحَ فِي الْإِسْعَافِ فَقَالَ: وَإِذَا كَانَ السِّرْدَابُ أَوْ الْعُلُوُّ لِمَصَالِحِ الْمَسْجِدِ أَوْ كَانَا وَقْفًا عَلَيْهِ صَارَ مَسْجِدًا. اهـ. شُرُنْبُلَالِيَّةٌ.
قَالَ فِي الْبَحْرِ: وَحَاصِلُهُ أَنَّ شَرْطَ كَوْنِهِ مَسْجِدًا أَنْ يَكُونَ سِفْلُهُ وَعُلُوُّهُ مَسْجِدًا لِيَنْقَطِعَ حَقُّ الْعَبْدِ عَنْهُ لِقَوْلِهِ تَعَالَى {وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ} [الجن: 18]- بِخِلَافِ مَا إذَا كَانَ السِّرْدَابُ وَالْعُلُوُّ مَوْقُوفًا لِمَصَالِحِ الْمَسْجِدِ، فَهُوَ كَسِرْدَابِ بَيْتِ الْمَقْدِسِ هَذَا هُوَ ظَاهِرُ الرِّوَايَةِ وَهُنَاكَ رِوَايَاتٌ ضَعِيفَةٌ مَذْكُورَةٌ فِي الْهِدَايَةِ. اهـ. .
[Hasyiyah Ibn Aabidiin Al Hanafiy IV/358]
Wallahu A'lamu Bis Showaab
====
Pertanyaan Susulan:
>> Anwar Al Burutuz
Assalamualaikum.Afwan ustadz..seandainya dari awal bangunan memang di disain ,misalkan di lantai bawah pondok pesantren.lantai dua yayasan yatim piatu.lantai 3 pusat perbelanjaan .lantai 4 untuk masjid .dan yg paling Atas adalah tempat tempat ngopi..sembari melihat pemandangan dari atas.dan semua keuntungan untuk menambah biaya pondok pesantren.misalkan KLO kasusnya seperti ini gimana ustadz.sebab di daerah saya ada bangunan yg semacam itu.syukron ustadz.
>> Ismidar Abdurrahman As-Sanusi
Wa'alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh
Pada Kasus yang kakang sebutkan itu yaitu sejak awal bangunan masjid langsung didesain sebagai untuk hal lain seperti kakang sebutkan ada disitu tempat tidur pengurus, atau kantin dan sebagainya, ruangan tersebut disediakan khusus maka status ruangan itu juga berlaku hukum masjid kecuali ada kejelasan ruangan yang disandingkan dengan masjid itu pengurus atau wakilnya memang tujuan pembuatannya bukan dijadikan masjid baru tidak berhukum masjid
وَمِنْهُ الْخَلَاوَى وَالْبُيُوتُ الَّتِي تُوجَدُ فِي بَعْضِ الْمَسَاجِدِ وَهِيَ مَشْرُوطَةٌ لِلْإِمَامِ أَوْ نَحْوِهِ وَيَسْكُنُونَ فِيهَا بِزَوْجَاتِهِمْ فَإِنْ عَلِمَ أَنَّ الْوَاقِفَ وَقَفَ مَا عَدَاهَا مَسْجِدًا جَازَ الْمُكْثُ فِيهَا مَعَ الْحَيْضِ وَالْجَنَابَةِ وَالْجِمَاعِ فِيهَا وَإِلَّا حَرُمَ؛ لِأَنَّ الْأَصْلَ الْمَسْجِدِيَّةُ ع ش
“Sebagian termasuk bagiannya adalah tempat khusus pribadi dan rumah yang ada pada sebagian masjid Yaitu yang digunakan imam (atau pengurus) atau semacamnya (sebagai tempat diam istri (keluarga) mereka maka jika diketahui bahwa pewaqof mewaqofkan (untuk dijadikan) selain masjid boleh berdiam diri padanya beserta orang haid, junub dan melakukan senggama didalamnya, jika tidak (tidak ada tujuan pembuatannya dijadikan selain masjid) haram karena asalnya bangunan itu adalah masjid, demikian keterangan Syibromalisy”
[Hasyiyah as Syarwani Ala at Tuhfah III/465]
ولا يثبت حكم المسجد من صحة الاعتكاف وحرمة المكث للجنب لما أضيف من الارض الموقوفة حوله إذا احتيج إلى توسعته على ما أفتى به شيخنا ابن زياد وغيره.
وقوله: حوله) متعلق بأضيف، أي أضيف حول
المسجد (قوله: إذا احتيج إلى توسعه) أي المسجد، أي ولم يوقف ما أضيف له مسجدا أيضا، وإلا ثبت له حكم المسجد، كما هو ظاهر
“Dan tidak jelas hukum masjid dari sah i'tikaf dan haram berdiam diri bagi orang junub apa yang disandarkan dari tanah waqaf disekitarnya bila dibutuhkan perluasannya berdasarkan apa yang difatwakan Guru Ibn Ziyad dan selain beliau
(Keterangan Pengarang Disekitarnya") artinya yang disandarkan sekitar masjid.
(Keterangan Pengarang "Bila dibutuhkan perluasannya") artinya masjid, artinya dan tidak mewaqofkan apa yang disandarkan padanya masjid juga, jika tidak jelas berhukum masjid Sebagaimana yang nampak”
[I'aanah at Thoolibiin III/191]
Wallahu A'lamu Bis Showaab
Link Diskusi: