Sumber gambar: Yayasan pendidikan
Oleh: Ismidar Abdurrahman As-Sanusi
بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــمِ
HUKUM MENGUCAPKAN TA'AWUDZ KETIKA MENGUTIP AYAT AL QUR'AN (SESUDAH QALAAHU)
Ada pertanyaan digroup WhatsApp yang saya kelola dan pertanyaan ini disebabkan banyak terjadi bila seseorang mengutip ayat Al Qur'an seperti ungkapan sebagian Khothib Jum'at QALAAHU TA'ALA si khothib mengucapkan Ta'awudz dan perbuatan ini tidak hanya dilakukan sang Khothib tetapi kerap dilakukan para penda'i atau orang yang berpidato, seperti "Allah Taala berfirman, Aku berlindung kepada Allah..dst".
Menurut sebagian orang perbuatan seperti diatas tidak boleh dilakukan karena kalau menyebutkan "Allah Taala berfirman" dan sesudahnya menyebutkan redaksi Ta'awudz sama halnya memasukkan ungkapan Ta'awudz sebagai firman Allah, padahal Ungkapan Ta'awudz bukanlah firman Allah. Dahulu saya menyangkal pernyataan ini disebabkan membaca Ta'awudz pada dasarnya disunahkan ketika membaca ayat Al Qur'an, itu sebelum saya menemukan ada pengecualiannya sebagaimana disebutkan diatas yaitu ketika mengutip ayat Al Qur'an kita tidak boleh membaca Ta'awudz Tapi langsung membaca ayat yang dimaksud agar kita tidak memasukkan Ungkapan Ta'awudz sebagai firman Allah, sebab bila ini terjadi kita menjauhkan dari anggapan orang awam mengatakan hal itu. Hukum permasalahan ini diterangkan oleh Imam Suyuthi dalam kitab Al Fatawanya dan juga Syeikh Ibnu Abidin Dari Kalangan Hanafiyah, seyogyanya itulah kita amalkan, ditambah dengan pernyataan imam Suyuthi bahwa itulah diamalkan oleh para sahabat Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam.
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
الْحَمْدُ لِلَّهِ وَسَلَامٌ عَلَى عِبَادِهِ الَّذِينَ اصْطَفَى.
وَقَعَ السُّؤَالُ عَمَّا يَقَعُ مِنَ النَّاسِ كَثِيرًا إِذَا أَرَادُوا إِيرَادَ آيَةٍ قَالُوا: قَالَ اللَّهُ تَعَالَى بَعْدَ أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ وَيَذْكُرُونَ الْآيَةَ هَلْ (بَعْدَ) هَذِهِ جَائِزَةٌ قَبْلَ الِاسْتِعَاذَةِ أَمْ لَا؟ وَهَلْ أَصَابَ الْقَارِئُ فِي ذَلِكَ أَوْ أَخْطَأَ؟
فَأَقُولُ: الَّذِي ظَهَرَ لِي مِنْ حَيْثُ النَّقْلُ وَالِاسْتِدْلَالُ أَنَّ الصَّوَابَ أَنْ يَقُولَ: قَالَ اللَّهُ تَعَالَى، وَيَذْكُرُ الْآيَةَ وَلَا يَذْكُرُ الِاسْتِعَاذَةَ فَهَذَا هُوَ الثَّابِتُ فِي الْأَحَادِيثِ وَالْآثَارِ مِنْ فِعْلِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِينَ فَمَنْ بَعْدَهُمْ - أَخْرَجَ أحمد، وَالْبُخَارِيُّ، وَمُسْلِمٌ، وَالنَّسَائِيُّ عَنْ أَنَسٍ قَالَ: «قَالَ أبو طلحة: " يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَقُولُ: {لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ} [آل عمران: 92] وَإِنَّ أَحَبَّ أَمْوَالِي إِلَيَّ بَيْرُحَاءُ» " الْحَدِيثَ، وَأَخْرَجَ عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ، وَالْبَزَّارُ عَنْ حمزة بن عبد الله بن عمر قَالَ: قَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ: حَضَرَتْنِي هَذِهِ الْآيَةُ: {لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ} [آل عمران: 92] فَذَكَرْتُ مَا أَعْطَانِي اللَّهُ فَلَمْ أَجِدْ أَحَبَّ إِلَيَّ مِنْ جَارِيَةٍ لِي رُومِيَّةٍ فَأَعْتَقْتُهَا، وَأَخْرَجَ ابن المنذر عَنْ نافع قَالَ: كَانَ ابْنُ عُمَرَ يَشْتَرِي السُّكَّرَ فَيَتَصَدَّقُ بِهِ، فَنَقُولُ لَهُ: لَوِ اشْتَرَيْتَ لَهُمْ بِثَمَنِهِ طَعَامًا كَانَ أَنْفَعَ لَهُمْ، فَيَقُولُ: إِنِّي أَعْرِفُ الَّذِي تَقُولُونَ لَكِنْ سَمِعْتُ اللَّهَ يَقُولُ {لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ} [آل عمران: 92] وَإِنَّ ابْنَ عُمَرَ يُحِبُّ السُّكَّرَ.
وَأَخْرَجَ التِّرْمِذِيُّ عَنْ علي قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " «مَنْ مَلَكَ زَادًا وَرَاحِلَةً وَلَمْ يَحُجَّ بَيْتَ اللَّهِ فَلَا يَضُرُّهُ مَاتَ يَهُودِيًّا أَوْ نَصْرَانِيًّا، وَذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَقُولُ {وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ} [آل عمران: 97] » "
-الى أن قال-
وَالْأَحَادِيثُ وَالْآثَارُ فِي ذَلِكَ أَكْثَرُ مِنْ أَنْ تُحْصَرَ فَالصَّوَابُ الِاقْتِصَارُ عَلَى إِيرَادِ الْآيَةِ مِنْ غَيْرِ اسْتِعَاذَةٍ اتِّبَاعًا لِلْوَارِدِ فِي ذَلِكَ، فَإِنَّ الْبَابَ بَابُ اتِّبَاعٍ، وَالِاسْتِعَاذَةُ الْمَأْمُورُ بِهَا فِي قَوْلِهِ تَعَالَى {فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ} [النحل: 98] إِنَّمَا هِيَ عِنْدَ قِرَاءَةِ الْقُرْآنِ لِلتِّلَاوَةِ، أَمَّا إِيرَادُ آيَةٍ مِنْهُ لِلِاحْتِجَاجِ وَالِاسْتِدْلَالِ عَلَى حُكْمٍ فَلَا، وَأَيْضًا فَإِنَّ قَوْلَهُ: " قَالَ اللَّهُ تَعَالَى بَعْدَ أَعُوذُ بِاللَّهِ " تَرْكِيبٌ لَا مَعْنَى لَهُ وَلَيْسَ [فِيهِ] مُتَعَلِّقٌ لِلظَّرْفِ وَإِنْ قُدِّرَ تَعَلُّقُهُ بِقَالَ فَفِيهِ الْفَسَادُ الْآتِي، وَإِنْ قَالَ: قَالَ اللَّهُ: أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ وَذَكَرَ الْآيَةَ فَفِيهِ مِنَ الْفَسَادِ جَعْلُ الِاسْتِعَاذَةِ مَقُولًا لِلَّهِ وَلَيْسَتْ مِنْ قَوْلِهِ، وَإِنْ قَدَّمَ الِاسْتِعَاذَةَ ثُمَّ عَقَّبَهَا بِقَوْلِهِ: قَالَ اللَّهُ وَذَكَرَ الْآيَةَ فَهُوَ أَنْسَبُ مِنَ الصُّورَتَيْنِ، غَيْرَ أَنَّهُ خِلَافُ الْوَارِدِ، وَخِلَافُ الْمَعْهُودِ مِنْ وَصْلِ آخِرِ الِاسْتِعَاذَةِ بِأَوَّلِ الْمَقْرُوءِ مِنْ غَيْرِ تَخَلُّلِ فَاصِلٍ، وَلَا شَكَّ أَنَّ الْفَرْقَ بَيْنَ قِرَاءَةِ الْقُرْآنِ لِلتِّلَاوَةِ، وَبَيْنَ إِيرَادِ آيَةٍ مِنْهُ لِلِاحْتِجَاجِ جَلِيٌّ وَاضِحٌ.
“Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Segala puji bagi Allah dan salam kepada hambanya yaitu orang-orang yang terpilih.
Telah ada pertanyaan yang terjadi dari kebanyakan orang bila mereka mau menyebut ayat. Mereka berkata: "Allah Taala berfirman sesudah Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk, mereka menyebutkan ayat. Apakah sesudah ini boleh dilakukan sebelum Ta'awudz atau tidak? Dan apakah perbuatan yang membaca itu bisa dikatakan benar atau malah salah?
Maka Aku (imam Suyuthi) katakan: Yang Dzohir menurutku ketika mengutip dan membuat dalil bahwa yang benar mengucapkan "Allah Taala berfirman" dan kemudian menyebutkan ayat yang dimaksud dan tidak lagi menyebutkan Ta'awudz, inilah yang ditunjukkan dalam hadits dan Atsar dari perbuatan Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam, para sahabat, Thabi'in dan orang sesudah mereka.
Imam Ahmad, Bukhari, Muslim dan Nasai meriwayatkan hadits dari Anas ia berkata, Abu Thalhah berkata; 'Wahai Rasulullah sesungguhnya Allah berfirman: "Kamu tidak memperoleh kebajikan hingga kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai" (QS. Ali Imran ayat 92)...'
Abdun bin Humaid dan Al Badzar meriwayatkan hadits dari Hamzah bin Abdullah bin Umar Ia berkata: 'Abdullah bin Umar menghadiri ku, inilah ayat ""Kamu tidak memperoleh kebajikan hingga kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai" (QS. Ali Imran ayat 92)...'
Ibnu Mundzir meriwayatkan dari Nafi' ia berkata: 'Adalah Ibnu Umar membeli gula lalu bersedekah dengannya maka kami berkata, 'Jika engkau membeli dengan harga makanan untuk mereka alangkah lebih bermanfaat bagi mereka', lalu ia berkata: 'Sesungguhnya aku lebih tahu yang dikatakan mereka tapi Aku telah mendengar Allah Taala berfirman "Kamu tidak memperoleh kebajikan hingga kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai" (QS. Ali Imran ayat 92)' dan Ibnu Umar menyukai gula
Imam Tirmidzi meriwayatkan hadits dari Ali Ia berkata: ' Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam telah bersabda: Siapa memiliki kelebihan biaya dan kendaraan tapi tidak melakukan haji ke baitullah maka tidak ada yang menghalanginya mati sebagai orang Yahudi dan Nasrani, sebab Allah Taala berfirman "Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. Barang siapa mengingkari (kewajiban) haji, maka ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh alam." (QS. Ali 'Imran: Ayat 97)'.
- Sampai ungkapan beliau -
Hadits-hadits dan Atsar tentang itu sangat banyak maka yang benar ringkasnya ketika ingin menyebut ayat tanpa perlu mengucapkan Ta'awudz sebagai bentuk ITTIBAA' karena ada diriwayatkan tentangnya karena bab ITTIBAA' dan Ta'awudz diperintahkan berdasarkan firman Allah "Apabila kamu membaca Alquran maka mintalah perlindungan" (QS m an Nahl ayat 98) bahwa Ta'awudz diperintahkan saat membaca Alquran untuk tilawah, sedangkan menyebut ayat seumpama untuk berhujjah dan mengambil dalil dari hukum maka tidak perlu membaca Ta'awudz. Dan juga bahwa ungkapan : " Allah Taala berfirman sesudah Aku berlindung kepada Allah " di Tarkiib tidak ada makna dan bukanlah padanya tempat Dzarraf dan jika dibatasi bertempatnya dengan Qalaa maka rusak, dan jika ia berkata: "Allah berfirman: Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk"', lalu menyebutkan ayat maka terjadi rusak menjadikan Ta'awudz firman Allah dan bukanlah ia sebagai firman-nya, dan jika didahulukan menyebut Ta'awudz kemudian setelahnya dengan ungkapan "Allah Taala berfirman", lalu menyebutkan ayat maka dinisbatkan dari dua gambaran yaitu menyalahi yang Warid dan menyalahi yang umum dikenal dari menyambung akhir Ta'awudz dengan awal yang dibaca dari tanpa menyela jeda, dan tidak disangsikan lagi bahwa perbedaan antara membaca Al Qur'an untuk tilawah dan antara menyebut (mengutip) ayat seumpama untuk berhujjah adalah jelas dan terang”
[Al Haawi Lil Fatawi As Suyuthi I/352-353]
مَطْلَبٌ فِي قَوْلِ الْخَطِيبِ قَالَ اللَّهُ تَعَالَى - أَعُوذُ بِاَللَّهِ مِنْ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ -[تَنْبِيهٌ]
جَرَتْ الْعَادَةُ إذَا قَرَأَ الْخَطِيبُ الْآيَةَ أَنْ يَقُولَ قَالَ اللَّهُ تَعَالَى بَعْدَ أَعُوذُ بِاَللَّهِ مِنْ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ {مَنْ عَمِلَ صَالِحًا} [النحل: 97]- إلَخْ وَفِيهِ إيهَامٌ أَنَّ أَعُوذُ بِاَللَّهِ مِنْ مَقُولِ اللَّهِ - تَعَالَى، وَبَعْضُهُمْ يَتَبَاعَدُ عَنْ ذَلِكَ فَيَقُولُ قَالَ اللَّهُ تَعَالَى كَلَامًا أَتْلُوهُ بَعْدَ قَوْلِي أَعُوذُ بِاَللَّهِ إلَخْ وَلَكِنْ فِي حُصُولِ سُنَّةِ الِاسْتِعَاذَةِ بِذَلِكَ نَظَرٌ لِأَنَّ الْمَطْلُوبَ إنْشَاءُ الِاسْتِعَاذَةِ وَلَمْ تَبْقَ كَذَلِكَ بَلْ صَارَتْ مَحْكِيَّةً مَقْصُودًا بِهَا لَفْظُهَا وَذَلِكَ يُنَافِي الْإِنْشَاءَ كَمَا لَا يَخْفَى. أَنْ لَا يَقُولَ قَالَ اللَّهُ تَعَالَى وَلِشَيْخِ مَشَايِخِنَا الْعَلَّامَةِ إسْمَاعِيلَ الْجِرَاحِيِّ شَارِحِ الْبُخَارِيِّ رِسَالَةٌ فِي هَذِهِ الْمَسْأَلَةِ لَا يَحْضُرُنِي الْآنَ مَا قَالَهُ فِيهَا فَرَاجِعْهَا
[Dar Al Mukhtaar Wa Hasyiyah Ibn Abidin Al Hanaafiy II/149]
Wallahu A'lamu Bis Showaab