1701. HUKUM WANITA HAID DAN NIFAS MEMBACA, MENYENTUH DAN MEMBAWA KITAB TAFSIR AL QUR'AN

Sumber gambar: Facebook



Pertanyaan:
Berhubung lagi bahas tafsir saya mau bertanya ustadz²..🙏

Bagi perempuan yg sedang berhalangan (haid/nifas) apakah boleh membaca/memegang kitab tafsir?
[+62 857-9472-0764]

Jawaban:
Wanita haid, Nifas dan umumnya orang yang berhadats baik kecil maupun besar membawa dan menyentuh Kitab tafsir boleh kalau tulisan Al Qur'an lebih banyak ketimbang tafsir, Tapi bila sama atau diragukan sedikit dan banyaknya maka haram. Sedangkan Dari segi membacanya juga haram kecuali niatnya menjadi tujuannya atau tidak bertujuan membacanya dengan. Adapun tolak ukurnya berbeda dari segi membawa dan menyentuh, kalau membawanya tolak ukurnya jumlah tulisan Kitab Tafsir dan tulisan Al Qur'an, bukan dihitung per kalimat tapi huruf. Sedangkan menyentuhnya tolak ukurnya tempat meletakkan tangan, berapa jumlah tulisan atau huruf dibawah tangan yang memegang itulah menjadi tolak ukurnya.

Dasar Pengambilan Hukum :

( مسألة ى ) يكره حمل التفسير ومسه إن زاد على القرآن وإلا حرم. وتحرم قراءة القرآن على نحو جنب بقصد القراءة ولو مع غيرها لا مع الإطلاق على الراجح ولا بقصد غير القراءة كرد غلط وتعليم وتبرك ودعاء 
“(Masalah Ya') Makruh membawa dan memegang Tafsir yang jumlahnya melebihi tulisan Al Qur'an dan jika tidak (seperti Tulisan Al Qur'an lebih banyak ketimbang tafsir) maka haram dan diharamkan membacanya semisal orang junub dengan bertujuan membacanya walaupun tulisan Al Qur'an beserta tulisan lain tapi tidak haram membacanya bila memutlakkan tujuannya menurut pendapat yang kuat dan tidak (haram) pula tidak bertujuan membacanya seperti membenarkan bacaan yang salah, mengajar, Tabarruk dan berdoa”
[Bughyah Al Mustarsyidiin Halaman 26, Cet. Al Haromain]

(قوله: ولا مع تفسير) أي ولا يحرم حمل المصحف مع تفسيره ولا مسه. —وقوله: زاد أي على المصحف، يقينا.
أما إذا كان التفسير أقل، أو مساويا أو مشكوكا في قلته وكثرته، فلا يحل.
“(Keterangan Pengarang: "Dan tidak pula beserta tafsir") artinya, dan tidak haram membawa Mushaf beserta tafsirnya dan tidak pula menyentuhnya.

Keterangan beliau: "Melebihi" artinya tafsirnya melebihi mushaf secara yakin. Adapun bila tafsirnya lebih sedikit atau sama atau diragukan tentang sedikit dan banyaknya maka tidak dihalalkan” 
[Hasyiyah I'aanah at Thoolibiin I/66-67, Cet. Nurul Ilmi Surabaya]

قوله (وفي تفسير أكثر من القرآن) أي يقينا أما إذا كان التفسير أقل أو مساويا أو مشكوكا في قلته وكثرته فلا يحل. 
“(Keterangan Pengarang: "Dan pada tafsir lebih melebihi Al Qur'an") artinya secara yakin, sedangkan bila tafsirnya lebih sedikit atau sama atau diragukan tentang sedikit dan banyaknya maka tidak dihalalkan”
[Hasyiyah Al Bajuri Ala Ibn Qosim I/117, Cet. Nurul Ilmi Surabaya]

وَظَاهر كَلَام الْأَصْحَاب حَيْثُ كَانَ التَّفْسِير أَكثر لَا يحرم مَسّه مُطلقًا قَالَ فِي الْمَجْمُوع لِأَنَّهُ لَيْسَ بمصحف أَي وَلَا فِي مَعْنَاهُ وَحَيْثُ لم يحرم حمل التَّفْسِير وَلَا مَسّه بِلَا طَهَارَة كرها
“Dzohir perkataan Ashab (Ulama Syafi'iyah) ketika tafsir lebih banyak tidak haram menyentuhnya secara mutlak. Dalam Kitab Al Majmuu' (Imam Nawawi) berkata: 'Karena bukan mushaf")', artinya; bukan pula searti mushaf. Ketika tidak haram membawa tafsir dan tidak pula menyentuhnya tanpa bersuci hanya saja dibenci (Makruh)”
[Al Iqnaa' Li As Syarbini I/87, Cet. Daar Al Ilmi Surabaya]

واعلم أن العبرة في الكثرة والقلة بالخط العثماني في المصحف وبقاعدة الخط في التفسير.
والمنظور إليه جملة القرآن والتفسير في الحمل.
وأما في المس فالمنظور إليه موضع وضع يده، فإن كان فيه التفسير أكثر حل وإلا حرم.
“Adapun pertimbangan banyak dan sedikit dengan Khoth Al 'Utsmani pada Mushaf dan dengan Qoidah Khoth pada Tafsir. Tolak ukur kepada jumlah Al Qur'an pada segi membawa. Adapun pada segi menyentuhnya maka tolak ukurnya kepada tempat meletakkan tangannya, karenanya bila ditempat tersebut tafsir lebih banyak halal dan jika tidak (tulisan Tafsir melebihi tulisan Al Qur'an) haram”.
[Hasyiyah I'aanah at Thoolibiin I/67, Cet. Nurul Ilmi Surabaya]

وَيحل حمله فِي تَفْسِير سَوَاء تميزت حُرُوف الْقُرْآن بلون أم لَا إِذا كَانَ التَّفْسِير أَكثر يَقِينا بِخِلَاف مَا لَو كَانَ الْقُرْآن أَكثر أَو تَسَاويا أَو شكّ فِي ذَلِك فَيحرم
وَلَو وضع يَده على قُرْآن وَتَفْسِير فَهُوَ كالحمل فِي التَّفْصِيل بَين كَون التَّفْسِير الَّذِي تَحت يَده أَكثر أَولا فَالْعِبْرَة بالموضع الَّذِي وضع يَده فِيهِ لَا بجملة التَّفْسِير
وَأما الْحمل فَالْعِبْرَة فِيهِ بجملة التَّفْسِير وَالْعبْرَة أَيْضا بِعَدَد حُرُوف الرَّسْم العثماني فِي الْقُرْآن ورسم الْخط فِي التَّفْسِير لَا بِعَدَد الْكَلِمَات

“Dihalalkan membawanya pada kitab tafsir baik dibedakan Huruf Al Qur'an dengan warna atau tidak, bila tafsir lebih banyak secara yakin dan berbeda halnya bila Al Qur'an lebih banyak atau sama atau diragukan maka diharamkan membawanya beserta hadats. Bila seseorang meletakkan tangannya diatas Qur'an dan tafsir maka seperti layaknya membawanya pada rincian antara keberadaan tafsir yang berada di bawah tangannya lebih banyak atau tidak, karenanya tolak ukurnya dengan tempat yang meletakkan tangannya padanya bukan dengan jumlah tafsir. Adapun dari segi membawanya tolak ukurnya dengan jumlah tafsir dan tolak ukur juga dengan jumlah Huruf Rasm Utsmani pada Al Qur'an dan Rasm Khoth pada Tafsir tidak dengan jumlah kalimat”
[Nihaayah az Zain Halaman 35, Cet. Pustaka As Salaam Surabaya]

Wallahu A'lamu Bis Showaab

(Dijawab oleh: Ismidar Abdurrahman As-Sanusi)

Link Diskusi:


Komentari

Lebih baru Lebih lama