1777. WUDHU ORANG YANG LUMPUH

Foto: NU Online

Pertanyaan:
assalamu'alaikum orang tua lanjut usia sehat cuma lumpuh gak bisa jalan , apakah tayamum atau tetap wudhuk pdhal tidak bisa jalan,, jazakallahu khair
[Purnawarman]

Jawaban:
Wa'alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh

Orang yang sakit seperti yang disebutkan dalam pertanyaan tetap wajib melakukan wudhu ketika mau melakukan ibadah yang disyaratkan suci dari hadas dan bagi mereka belum boleh melakukan Tayammum bila masih memungkinkan Wudhu. Keadaan yang memungkinkan seperti ada air disekitarnya tapi dia tidak bisa bergerak dan kalau bisa minta tolong maka wajib minta tolong. Akan tetapi, bila air tidak ada dan tidak ada orang yang bisa minta tolong maka baginya diharuskan Tayammum sebagai pengganti wudhu, namun ketika keadaan memungkinkan maka shalat yang dilakukan dengan Tayammum ini wajib diulangi. Demikian pula keadaannya bila ada air tapi tidak mampu berwudhu sendiri maka juga boleh melakukan Tayammum. Ketika orang sakit masih memungkinkan untuk berwudhu meskipun dengan bantuan orang lain maka bagi mereka belum boleh melakukan Tayammum.

Adapun menurut Madzhab Hambali , Siapa yang sakit tidak mampu bergerak, dan tidak mendapatkan orang yang mengantarkan air kepadanya, maka dia bagaikan orang yang tidak mendapatkan air, karena dia tidak mendapatkan jalan untuk mendapatkan air. Maka dia sama dengan orang yang mendapatkan sumur, akan tetapi dia tidak mendapatkan sesuatu yang digunakan untuk mengambil air tersebut. Jika ada orang yang dapat mengantarkan air kepadanya sebelum keluar waktu, maka dia bagaikan orang yang mendapatkannya, karena dia bagaikan orang yang mendapatkan alat untuk mengambil air saat waktunya masih tersedia. Jika dia khawatir waktunya habis sebelum orang itu datang. Dia boleh bertayammum dan tidak perlu diulang.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa orang yang sakit tetapi tidak bisa bergerak maka bila bisa minta bantuan kepada orang lain maka wajib minta bantuan meskipun dengan memberi upah agar dirinya dapat berwudhu, dan jika tidak maka dia boleh Tayammum pada keadaan seperti itu, namun shalatnya wajib diulangi jika keadaan sudah memungkinkan menurut Madzhab Syafi'i, berbeda menurut Madzhab Hambali tidak ada keharusan mengulangi shalatnya yang dilakukan dengan Tayammum tersebut.

Wallahu A'lam

Ibarat :

كاشفة السجا في شرح سفينة النجا ص ١١٠
(والواجبة هي للمريض عند العجز) أي فيجب الإعانة على العاجز ولو بأجرة مثل إن فضلت عما يعتبر في زكاة الفطر والأصلي بالتيمم وأعاد

المجموع شرح المهذب ج ٢ ص ٢٨٧ 

* (فَرْعٌ) 
الْأَقْطَعُ وَالْمَرِيضُ الَّذِي لَا يَخَافُ ضَرَرًا مِنْ اسْتِعْمَالِ الْمَاءِ إذَا وَجَدَ مَاءً وَلَمْ يَقْدِرْ عَلَى 
اسْتِعْمَالِهِ فَقَدْ قَدَّمْنَا فِي بَابِ صِفَةِ الْوُضُوءِ أَنَّهُ يَلْزَمُهُ تَحْصِيلُ مَنْ يُوَضِّئُهُ بِأُجْرَةٍ أَوْ غَيْرِهَا فَإِنْ لَمْ يَجِدْ وَقَدَرَ عَلَى التَّيَمُّمِ وَجَبَ عَلَيْهِ أَنْ يَتَيَمَّمَ وَيُصَلِّيَ ثُمَّ يُعِيدَ كَذَا نَصَّ عَلَيْهِ الشَّافِعِيُّ وَنَقَلَهُ الشَّيْخُ عَنْ نَصِّ الشَّافِعِيِّ وَلَمْ يَذْكُرْ غَيْرَهُ وَكَذَا حَكَاهُ آخَرُونَ عَنْ النَّصِّ وَصَرَّحَ بِهِ أَيْضًا جَمَاعَاتٌ مِنْ الْأَصْحَابِ وَكَذَا قال صاحب التهذيب في الزمن عنده مالا يَجِدُ مَنْ يُنَاوِلُهُ يَتَيَمَّمُ وَيُصَلِّي وَيُعِيدُ الصَّلَاةَ وَشَذَّ صَاحِبُ الْبَيَانِ عَنْ الْأَصْحَابِ فَقَالَ يُصَلِّي عَلَى حَسَبِ حَالِهِ وَيُعِيدُ وَلَا يَتَيَمَّمُ لِأَنَّهُ وَاجِدٌ لِلْمَاءِ وَهَذَا الَّذِي قَالَهُ غَلَطٌ فَاحِشٌ مُخَالِفٌ لِنَصِّ الشَّافِعِيِّ وَالْأَصْحَابِ وَالدَّلِيلِ لِأَنَّهُ عَاجِزٌ عَنْ اسْتِعْمَالِهِ فَهُوَ كَمَا لَوْ حَالَ بَيْنَهُمَا سَبُعٌ وَإِنَّمَا وَجَبَتْ الْإِعَادَةُ لِنُدُورِهِ وَاَللَّهُ أَعْلَمُ 

المغني لابن قدامة الحنبلي ج ض ص ١٧٦

(٣٣٩) فَصْلٌ: وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا لَا يَقْدِرُ عَلَى الْحَرَكَةِ، وَلَا يَجِدُ مَنْ يُنَاوِلُهُ الْمَاءَ، فَهُوَ كَالْعَادِمِ. قَالَهُ ابْنُ أَبِي مُوسَى. وَهُوَ قَوْلُ الْحَسَنِ؛ لِأَنَّهُ لَا سَبِيلَ لَهُ إلَى الْمَاءِ فَأَشْبَهَ مَنْ وَجَدَ بِئْرًا لَيْسَ لَهُ مَا يَسْتَقِي بِهِ مِنْهَا. وَإِنْ كَانَ لَهُ مَنْ يُنَاوِلُهُ الْمَاءَ قَبْلَ خُرُوجِ الْوَقْتِ، فَهُوَ كَالْوَاجِدِ؛ لِأَنَّهُ بِمَنْزِلَةِ مَنْ يَجِدُ مَا يَسْتَقِي بِهِ فِي الْوَقْتِ. وَإِنْ خَافَ خُرُوجَ الْوَقْتِ قَبْلَ مَجِيئِهِ، فَقَالَ ابْنُ أَبِي مُوسَى: لَهُ التَّيَمُّمُ، وَلَا إعَادَةَ عَلَيْهِ. وَهُوَ قَوْلُ الْحَسَنِ؛ لِأَنَّهُ عَادِمٌ فِي الْوَقْتِ، فَأَشْبَهَ الْعَادِمَ مُطْلَقًا، وَيَحْتَمِلُ أَنْ يَنْتَظِرَ مَجِيءَ مَنْ يُنَاوِلُهُ؛ لِأَنَّهُ حَاضِرٌ يَنْتَظِرُ حُصُولَ الْمَاءِ قَرِيبًا، فَأَشْبَهَ الْمُشْتَغِلَ بِاسْتِقَاءِ الْمَاءِ وَتَحْصِيلِهِ.

(Dijawab oleh: Ismidar Abdurrahman As Sanusi)

Link Diskusi:

Komentari

Lebih baru Lebih lama