1778. HUKUM SHALAT PADA KARPET YANG UJUNGNYA ADA NAJIS




Pertanyaan:
assalamualaikum 

izin bertanya syekh, jika ada satu karpet mesjid yg panjang, di karpet yg ujung kiri misalkan ada najis air kencing anak,,, kemudian ada orang yg solat di karpet tsb, cman solatnya agak jauh dari najis tsb...

pertanyaannya : apakah solat orang tsb di hukumi sah, meskipun solat di atas karpet yg ada najis tsb, ttpi solatnya agak jauh dari najisnya ????
[aldi]

Jawaban:
Wa'alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh

Pada kasus yang di tanyakan ini shalat orang tersebut sah berdasarkan pendapat dari Ulama Madzhab empat. Rinciannya:

Madzhab Hanafi:
Apabila najis terdapat pada salah satu ujung karpet, para ulama (madzhab Hanafi) berbeda pendapat, sebagian berpendapat bahwa apabila karpetnya besar, dimana jika salah satu ujungnya diangkat, maka ujung lain tidak ikut terangkat maka boleh shalat di atasnya, ini pendapat sebagian Ulama Madzhab Hanafi. Namun, pendapat yang dishahihkan Al Kisaani tidak membedakan karpetnya besar atau kecil. Artinya, Madzhab Hanafi menyebutkan bahwa sah shalat pada karpet yang salah satu ujungnya ada najis asal ketika diangkat ujung lainnya tidak ikut terangkat. Bila ikut terangkat ketika diangkat maka tidak sah.

Madzhab Maliki :
Menurut Madzhab Maliki bila dijung karpet terdapat Najis dan dia shalat diujung yang lain maka sah.

Madzhab Syafi'i:
Madzhab Syafi'i juga menerangkan sahnya shalat bila di karpet (alas) terdapat Najis dan dia shalat pada bagian yang tidak ada najisnya, tapi kalau dibagian ada najisnya tidak sah, baik karpetnya bergerak mengikuti gerakannya ataupun tidak; karena dia tidak (dalam posisi) membawa najis maupun menyentuhnya. Begitu pula apabila dia shalat di atas ranjang yang kaki-kaki ranjang tersebut di atas najis, shalatnya sah, walaupun ranjangnya bergerak ketika dia bergerak. Inilah yang diterangkan oleh Imam Nawawi.

Madzhab Hambali:
Apabila dia shalat di atas kain yang ujungnya terdapat najis, atau di bawah kakinya terdapat tali yang terikat (ujungnya) dengan najis, tapi tempat yang dia shalat di atasnya adalah suci, maka shalatnya sah, baik najisnya itu bergerak ketika dia bergerak ataupun tidak; karena dia tidak membawa najis maupun shalat di atas najis, hanya menyambung dengan tempat shalatnya, mirip (hukumnya) dengan ketika dia shalat di atas lantai suci yang bersambung dengan lantai yang najis.

Dengan demikian, secara umum Kalangan Madzhab empat ada terjadi kesepakatan mengenai sahnya shalat pada karpet yang karpet itu ada najisnya tetapi ia jauh dari tempat najisnya, khususnya dalam Madzhab Syafi'i tanpa membedakan baik bagian dari karpet yang suci itu dan najisnya ikut bergerak dengan ia bergerak atau tidak, asal ia shalat pada bagian yang suci.

Wallahu A'lam

Ibarat :

البدائع الصنائع في فقه الحنافي ج ٢ ص ٨٢-٨٣
فَأَمَّا إذَا كَانَ يُصَلِّي عَلَى بِسَاطٍ فَإِنْ كَانَتْ النَّجَاسَةُ فِي مَكَانِ الصَّلَاةِ - وَهِيَ كَثِيرَةٌ - فَحُكْمُهُ حُكْمُ الْأَرْضِ عَلَى مَا مَرَّ، وَإِنْ كَانَتْ عَلَى طَرَفٍ مِنْ أَطْرَافِهِ اخْتَلَفَ الْمَشَايِخُ فِيهِ قَالَ بَعْضُهُمْ: إنْ كَانَ الْبِسَاطُ كَبِيرًا بِحَيْثُ لَوْ رُفِعَ طَرَفٌ مِنْهُ لَا يَتَحَرَّكُ الطَّرَفُ الْآخَرُ يَجُوزُ، وَإِلَّا فَلَا. 
كَمَا إذَا تَعَمَّمَ بِثَوْبٍ، وَأَحَدُ طَرَفَيْهِ مُلْقًى عَلَى الْأَرْضِ، وَهُوَ نَجِسٌ أَنَّهُ إنْ كَانَ بِحَالٍ لَا يَتَحَرَّكُ بِتَحَرُّكِهِ جَاز وَإِنْ كَانَ يَتَحَرَّكُ بِحَرَكَتِهِ لَا يَجُوزُ، وَالصَّحِيحُ أَنَّهُ يَجُوزُ صَغِيرًا كَانَ أَوْ كَبِيرًا بِخِلَافِ الْعِمَامَةِ، (وَالْفَرْقُ) أَنَّ الطَّرَفَ النَّجِسَ مِنْ الْعِمَامَةِ إذَا كَانَ يَتَحَرَّكُ بِتَحَرُّكِهِ، صَارَ حَامِلًا لِلنَّجَاسَةِ مُسْتَعْمِلًا لَهَا، وَهَذَا لَا يَتَحَقَّقُ فِي الْبِسَاطِ

أسهل المدارك في فقه المالكي ج ١ ص ٢٦٨
فإن ستر النجاسة بما لا يحركها صحت كما لو كانت في طرف بساط وصلى على الآخر " 

المجموع شرح المهذب - فقه الشافعي - ج ٣ ص ١٥٢
إذَا كَانَ عَلَى الْبِسَاطِ أَوْ الْحَصِيرِ وَنَحْوِهِمَا نَجَاسَةٌ فَصَلَّى عَلَى الْمَوْضِعِ النَّجِسِ لَمْ تَصِحَّ صَلَاتُهُ وَإِنْ صَلَّى عَلَى مَوْضِعٍ طَاهِرٍ مِنْهُ صَحَّتْ صَلَاتُهُ قَالَ أَصْحَابُنَا سَوَاءٌ تَحَرَّكَ الْبِسَاطُ بِتَحَرُّكِهِ أَمْ لَا لِأَنَّهُ غَيْرُ حَامِلٍ وَلَا مَاسٍّ لِلنَّجَاسَةِ وَهَكَذَا لَوْ صَلَّى عَلَى سَرِيرٍ قَوَائِمُهُ عَلَى نَجَاسَةٍ صَحَّتْ صَلَاتُهُ وَإِنْ تَحَرَّكَ بِحَرَكَتِهِ صَرَّحَ بِهِ صَاحِبُ التَّتِمَّةِ وَغَيْرُهُ وَقَالَ أَبُو حَنِيفَةَ إذَا تَحَرَّكَ الْبِسَاطُ أَوْ السَّرِيرُ بِحَرَكَتِهِ بَطَلَتْ صَلَاتُهُ وَإِلَّا فَلَا وَكَذَا عِنْدَهُ طَرَفُ الْعِمَامَةِ الَّذِي يُلَاقِي النَّجَاسَةَ

المغني لابن قدامة - فقه الحنبلي - ج ٢ ص ٥٠
فَصْلٌ: وَإِذَا صَلَّى عَلَى مِنْدِيلٍ، طَرَفُهُ نَجِسٌ أَوْ كَانَ تَحْتَ قَدَمِهِ حَبْلٌ مَشْدُودٌ فِي نَجَاسَةٍ، وَمَا يُصَلِّي عَلَيْهِ طَاهِرٌ، فَصَلَاتُهُ صَحِيحَةٌ، سَوَاءٌ تَحَرَّكَ النَّجِسُ بِحَرَكَتِهِ، أَوْ لَمْ يَتَحَرَّكْ، لِأَنَّهُ لَيْسَ بِحَامِلٍ لِلنَّجَاسَةِ، وَلَا بِمُصَلٍّ عَلَيْهَا، وَإِنَّمَا اتَّصَلَ مُصَلَّاهُ بِهَا، أَشْبَهَ مَا لَوْ صَلَّى عَلَى أَرْضٍ طَاهِرَةٍ مُتَّصِلَةٍ بِأَرْضٍ نَجِسَةٍ. وَقَالَ بَعْضُ أَصْحَابِنَا: إذَا كَانَ النَّجِسُ يَتَحَرَّكُ بِحَرَكَتِهِ، لَمْ تَصِحَّ صَلَاتُهُ. وَالْمُعَوَّلُ عَلَى مَا ذَكَرْنَا.

(Dijawab oleh: Ismidar Abdurrahman As Sanusi)

Link Diskusi:

Komentari

Lebih baru Lebih lama