Pertanyaan:
Assalamualaikum, maaf, izin bertanya
Bagaimana cara memahami pernyataan Allah dalam Q.S. al-Baqarah ayat 2 ini
ذَٰلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ
Apakah “لَا رَيْبَ فِيهِ” ini bermakna khabar wujudi atau khabar i‘tibary?
Bagaimana tafsiran ayat ini jika dibaca dengan pendekatan tafsir isyari, terutama dalam konteks tazkiyatun nafs?
apakah الريب di sini bermakna logis, emosional, atau spiritual?
Kalau memang al-Qur’an bebas dari keraguan, mengapa Allah tetap menyuruh kita berpikir, merenung, dan bahkan "menguji" isi wahyu-Nya (sp dalam Q.S. Muhammad ayat 24)?
Mohon penjelasannya @Dzulqarnain Nawawi, @~قلب بقلب, @مهدى, @+62 878-8042-8059, @~••إنما العلم بالتعلم••
[+62 852-7449-1438]
Jawaban:
Wa'alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakaatuh
لا رَيْبَ فِيهِ أي لا شك فيه أنه من عند الله وأنه الحق والصدق، وقيل: هو خبر بمعنى النهي أي لا ترتابوا فيه. فإن قلت قد ارتاب به قوم فما معنى لا ريب فيه. قلت معناه أنه في نفسه حق وصدق فمن حقق النظر عرف حقيقة ذلك
“Tidak ada keraguan di dalamnya" berarti tidak ada kesangsian bahwa Al-Qur'an itu berasal dari Allah dan merupakan kebenaran dan kejujuran. Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa ini adalah pernyataan yang bermakna larangan, yaitu "janganlah kalian meragukannya".
Jika kamu bertanya, "Tapi bukankah ada orang-orang yang meragukannya?", maka jawabannya adalah bahwa Al-Qur'an dalam dirinya sendiri adalah kebenaran dan kejujuran. Maka, bagi mereka yang melakukan pengkajian yang mendalam dan teliti, mereka akan memahami hakikat kebenaran itu”
[Tafsir Al Khaazin I/23]
فإن قيل: كيف نفى الريب على سبيل الاستغراق وكم من مرتاب فيه؟ أجيب: بأنّ الله تعالى ما نفى أن أحداً لا يرتاب فيه وإنما المنفي كونه متعلقاً للريب ومظنة له لأنه لوضوحه وسطوع برهانه بحيث لا ينبغي لأحد أن يرتاب فيه ألا ترى إلى قوله تعالى: {وإن كنتم في ريب مما نزلنا على عبدنا فأتوا بسورة من مثله} (البقرة، 23) فإنه لم ينف عنهم الريب بل أرشدهم إلى الطريق المزيح للريب وهو أن يجتهدوا في معارضة سورة من سوره ويبذلوا فيها غاية جهدهم حتى إذا عجزوا عنها تحقق لهم أن ليس فيه مجال للشبهة ولا مدخل للريبة وقيل: هو خبر بمعنى النهي أي: لا ترتابوا فيه كقوله تعالى: {فلا رفث ولا فسوق ولا جدال في الحج} (البقرة، 197) أي: لا ترفثوا ولا تفسقوا ولا تجادلوا.
“Jika dikatakan, 'Bagaimana Allah meniadakan keraguan secara total, padahal banyak orang yang meragukannya?'
Maka jawabannya adalah bahwa Allah tidak meniadakan bahwa tidak ada seorang pun yang meragukan kitab-Nya, tetapi yang diniadakan adalah bahwa kitab itu sendiri merupakan objek keraguan dan tempat keraguan.
Karena kitab itu sangat jelas dan bukti-buktinya sangat terang, sehingga tidak pantas bagi siapa pun untuk meragukannya.
Tidakkah kamu memperhatikan firman Allah, 'Dan jika kamu meragukan apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami, maka buatlah satu surat yang serupa dengannya' (QS. Al-Baqarah: 23)?
Dalam ayat ini, Allah tidak meniadakan keraguan dari mereka, tetapi menunjukkan jalan untuk menghilangkan keraguan, yaitu dengan berusaha keras untuk membuat satu surat yang serupa dengan Al-Qur'an. Jika mereka tidak mampu, maka mereka akan yakin bahwa tidak ada tempat bagi keraguan dan kesangsian dalam Al-Qur'an.
Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa ayat 'Laa raiba fīhi' adalah pernyataan yang bermakna larangan, yaitu 'janganlah kamu meragukannya', seperti firman Allah, 'Maka tidak ada perbuatan keji, kefasikan, dan perdebatan di antara kamu dalam haji' (QS. Al-Baqarah: 197), yang berarti 'janganlah kamu melakukan perbuatan keji, kefasikan, dan perdebatan' ”
[Tafsir Al Khathib As Syarbini = Tafsir Al Muniir I/16]
والمعنى- إن هذا الكتاب لا يعتريه ريب فى كونه من عند الله، ولا فى هدايته وإرشاده، ولا فى أسلوبه وبلاغته، فلا يستطيع أحد أن يأتى بكلام يقرب منه بلاغة وفصاحة- وإلى هذا أشار بقوله: (وَإِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِمَّا نَزَّلْنا عَلى عَبْدِنا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِنْ مِثْلِهِ) .
وارتياب كثير من الناس فيه، إنما نشأ عن جهل بحقيقته، أو عن عمى بصيرتهم، أو عن التعنت عنادا واستكبارا واتباعا للهوى أو تقليدا لسواهم.
“Maksudnya adalah bahwa Al-Qur'an ini tidak dapat dijangkau oleh keraguan dalam hal asal-usulnya dari Allah, petunjuk dan bimbingannya, serta gaya bahasa dan kefasihannya. Tidak ada seorang pun yang dapat membuat kalimat yang serupa dengan Al-Qur'an dalam hal kefasihan dan keindahan bahasa, sebagaimana firman Allah, 'Dan jika kamu meragukan apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami, maka buatlah satu surat yang serupa dengannya.' Dan keraguan banyak orang terhadap Al-Qur'an sebenarnya timbul dari ketidaktahuan mereka tentang hakikatnya, atau karena kebutaan pandangan mereka, atau karena keras kepala dan kesombongan, atau karena mengikuti hawa nafsu, atau karena taklid buta kepada orang lain”
[Tafsir Al Maraaghiy I/40]
Wallahu A'lamu Bis Shawaab
(Dijawab oleh: Ismidar Abdurrahman As Sanusi)
Link Diskusi: