Pertanyaan:
>> Ghofur Rohman
Assalamu'alaikum..
Terimakasih sudah diizinkan bergabung.saya mau nanya hukumnya janin yg meninggal sebelum usianya 4 bulan didalam kandungan.apakah wajib dikafani dan dikuburkan?
Jawaban:
>> Si Bolang
Wa,alaikum slm wr wb
Janin yg meninggal sblm usia 4 bln, wajib dikafani & dikuburkan. Klu janin tsb jelas hidupnya dgn sebab menjerit dsb, atau ada tanda2 hidupnya sprt ada gerakan setelah lahir' maka janin tsb dihukumi kayak mayit dewasa. Wlu pun janin tsb kurang 4 bln. Artinya janin tsb wajib dikafani, dimandikan, disholatkan & dikubur
Wallahu a'lam
Ref : Nihayatuz zaen hal : 156
>> Ismidar Abdurrahman As-Sanusi
Wa'alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh
Janin yang meninggal sebelum usia 4 bulan sudah terjadi kesepakatan Ulama (Ijma' dan Ittifaq) bahwa tidak wajib memandikan, Mengkafani dan Menshalatkan karena pada usia tersebut belum diyakini adanya kehidupan, yang menuqil Ijma' dan Ittifaq itu adalah Ibn Mundzir dan Ibn Hubairah, namun demikian, Ulama Syafi'iyah menganjurkan agar dikubur saja bayi keguguran yang tidak ada tanda kehidupan sebagaimana dikemukakan Sayyid Umar (Ba Alawi) Al Hadhrami dalam kitabnya Bughyah Al Mustarsyidiin menuqil dari Imam Syaubari. Oleh karena itu, bila janin keguguran sebelum menginjak usia empat bulan sudah meninggal maka tidak ada kewajiban bagi yang hidup, tapi seharusnya tetap Menguburkan
Untuk melihat lebih detil maka kita akan menguraikan sedikit pendapat dari Ulama empat Madzhab.👇
✡️ Madzhab Hanafi
Dalam hal memandikan Syeikh Abdurrahman Al Jaziri menyebutkan bahwa kalangan Hanafiyyah mengatakan janin yang keguguran dan hidup seperti mendengar suara, atau bergerak ia dimandikan baik sebelum sempurna masa kehamilan atau sesudahnya, adapun bila keluarnya (lahir) ke dunia dalam keadaan meninggal dan ia berwujud manusia artinya bukan darah saja ia dimandikan juga dan bila bentuknya tidak sempurna tetapi sebagian berbentuk ia tidak dimandikan, tetapi diguyur air dan dilap dengan kain. Ini dalam hal memandikan, sedangkan dalam hal selain memandikan ia tidak dishalatkan tapi langsung dikuburkan bila tidak ada tanda kehidupan padanya
Dengan demikian, Madzhab Hanafi mengatakan bahwa bila janin yang keguguran itu meninggal dan ditemukan tanda-tanda kehidupan (sebelum ia meninggal) ia diurus sebagaimana mestinya termasuk Menshalatkan, namun bila tidak ada tanda-tanda kehidupan seperti tidak bergerak ia tidak dishalatkan tapi pengurusan lainnya dilakukan termasuk dikuburkan
✡️ Madzhab Maliki ✡️
Syeikh Abdurrahman Al Jaziri menyebutkan pula pandangan dalam Madzhab Maliki tentang memandikan jenazah Bayi Keguguran, beliau menyebutkan bahwa Madzhab Maliki berpendapat bahwa Bila bayi keguguran yang ditemukan tanda-tanda kehidupan seperti menangis atau berteriak dan menyusu maka wajib dimandikan, bila sebaliknya ia tidak dimandikan, sedangkan pengurusan lainnya mengikuti masalah memandika
Dengan demikian, Madzhab Maliki menetapkan bahwa bayi keguguran yang meninggal dan ditemukan tanda-tanda kehidupan ia diurus sebagaimana mestinya, bila sebaliknya tidak wajib diurus
✡ Madzhab Syafi'i
Bayi yang lahir keguguran terbagi dua
a. Ditemukan tanda-tanda kehidupa
Bila didapatkan tanda-tanda kehidupan seperti menangis, bergerak, menyusu, dan lain sebagainya sebagaimana sifat orang hidup ia diurus sebagaimana mestinya termasuk Menshalatkan
b. Tidak ditemukan tanda-tanda kehidupa
Bila bayi keguguran yang meninggal dan tidak ditemukan tanda-tanda kehidupan seperti pada poin a maka dirinci
⚫ Jika sudah menginjak usia yang ditiupkan ruh (4 bulan keatas) maka ada dua keadaan
🗣️ Menurut pendapat yang paling azhhar ia tidak boleh dishalatkan, tetapi boleh dimandikan menurut pendapat yang dijadikan madzhab
🗣️ Bila ia bergerak maka dishalatkan menurut pendapat yang paling azhhar ia tidak boleh dishalatkan, tetapi boleh dimandikan menurut pendapat yang dijadikan madzhab
⚫ Jika tidak ada tanda-tanda kehidupan seperti bergerak dan sejenisnya dan kegugurannya belum sampai pada batas tertiupnya ruh pada dirinya (dalam kandungan usia 4 bulan keatas) maka ulama sepakat ia tidak dishalati, dan tidak dimandikan menurut pendapat yang dijadikan madzhab dikalangan syafi’iyyah karena hokum memandikan lebih ringan ketimbang menshalatkan karenanya orang mati kafir dzimmi dimandikan tapi tidak boleh dishalatkan. Keterangan ini terdapat dalam kitab Kifaayah Al Akhyaa
Fokus dalam Madzhab Syafi'i untuk lebih memahami kita ambil saja pemahaman dari Sayyid Bakri Syata Ad Dimyathi dalam kitabnya i'aanah at Tholibin, disana beliau menjelaskan bahwa bayi keguguran ada beberapa keadaa
✍️ Diketahui ada kehidupan maka wajib dilakukan empat hal yaitu Memandikan, Mengkafani, Menshalatkan dan Menguburka
✍️ Terlihat bentuknya maka wajib dilakukan kewajiban poin pertama kecuali Menshalatka
✍️ Tidak terlihat bentuknya maka tidak wajib sesuatu apapun, tapi sunah menutupnya dengan kain dan Menguburkan
Dengan penjelasan tersebut maka bila menemukan tanda kehidupan meskipun sebelum berusia empat bulan wajib diurus sebagaimana mestinya, dan kalau tidak ada tanda kehidupan tapi ia sudah berbentuk tetap diurus sebagaimana mestinya kecuali Menshalatkan, sedangkan bila tidak berbentuk sama sekali tidak ada kewajiban apapun, tapi sunah hukumnya menutup dengan kain lalu dikuburkan
Untuk lebih memantapkan penjelasan Sayyid Bakri Syata Ad Dimyathi tersebut kita bisa juga membandingkan keterangan Sa'id Baa'isyan dalam kitabnya Basyrol Kariim, disana beliau menyebutkan bahwa haram hukumnya Menshalatkan Bayi Keguguran kecuali nampak tanda kehidupan. Wajib memandikan, Mengkafani dan Menguburkan Bayi Keguguran bila sudah mencapai usia empat bulan yaitu 120 hari, yaitu batas ditiupkan ruh diharamkan menshalatinya dan bila belum sampai usia empat bulan tidak diwajibkan sesuatu apapun. Sunah menyelimuti dengan kain dan Menguburkan, saat Terlihat bentuknya sebelum empat bulan terjadi khilaf, wajib atasnya melainkan shalat dan bila tidak terlihat bentuknya sesudah empat bulan tidak diwajibkan sesuatu apapun.
Naah, jadi berdasarkan keterangan ini maka bila tidak ada tanda-tanda kehidupan sama sekali, baik sudah berusia empat bulan ataupun kurang haram menshalatinya. Kalau tidak ada tanda-tanda kehidupan tapi sudah berusia empat bulan wajib diurus melainkan shalat, kalau belum berusia empat bulan tidak ada kewajiban apapun. Tapi sunah artinya perbuatan yang paling baik menutup dengan kain lalu dikuburkan. Kalau sebelum berusia empat bulan Terlihat bentuknya wajib diurus melainkan shalat dan bila sebelum empat bulan tidak terlihat bentuknya tidak ada kewajiban apapun.
✡️ Madzhab Hambali ✡️
Bila Bayi Keguguran telah menginjak usia empat bulan atau lebih wajib dimandikan dan dishalatkan, bila sebaliknya tidak wajib. Jadi, Madzhab Hambali mensyaratkan kewajiban pengurusan jenazah Bayi Keguguran ketika berusia empat bulan atau lebih meskipun tidak menangis, bila kurang dari masa itu tidak diwajibkan.
Sebagai ringkasan tentang pengurusan jenazah Bayi Keguguran sebagaimana dikemukakan Prof Dr Wahbah Zuhaili:
والخلاصة: إن الفقهاء اتفقوا على وجوب غسل السقط إن خرج حياً واستهل، ويصلى عليه. فإن لم تظهر عليه أمارات الحياة غسل وكفن ودفن مطلقاً عند الحنفية، وعند الشافعية إن بلغ أربعة أشهر، ولم يصل عليه. ويغسل ويصلى عليه عند الحنابلة إذا ولد لأكثر من أربعة أشهر، فالشافعية والحنابلة متفقون على عدم غسله قبل أربعة أشهر.
Ringkasan: Ulama Fiqih (Empat Madzhab) sepakat wajib memandikan bayi keguguran bila lahir dalam keadaan hidup dan menangis (sebelum meninggal) dan Menshalatkannya. Jika tidak terlihat tanda-tanda kehidupan dimandikan, dikafani dan dikuburkan secara mutlak menurut kalangan Hanafiyyah, menurut kalangan Syafi'iyah ketika mencapai usia empat bulan tidak dishalatkan (tapi boleh selain Menshalatkan). Kalangan Hanabilah menyebutkan bila anak yang lahir meninggal berusia lebih empat bulan dimandikan dan dishalatkan, karenanya kalangan Syafi'iyah dan Hanabilah sepakat bahwa tidak memandikannya sebelum berusia empat bulan. (Al Fiqh Al Islami Wa Adillatuh, Kitab Shalat bab shalat Janaaiz Wa Ahkaam Al Janaaiz)
Oleh karena itu, Bayi Keguguran Yang Meninggal sebelum empat bulan tidak wajib diurus melainkan dikuburkan sebagai perbuatan yang baik seharusnya juga dikapankan atau dibungkus dengan kain bila berbentuk lalu dikuburkan.
Wallahu A'lamu Bis Showaab
Referensi:
1. Al Fiqh Ala Madzaahib Al Arba'ah (Abdurrahman Al Jaziri, Kitab Shalat bab Janaaiz), Juz 1 Halaman 457
الشافعية قالوا: إن السقط النازل قبل عدة تمام الحمل، وهي ستة أشهر ولحظتان، إما أن تعلم حياته فيكون كالكبير في افتراض غسله، وإما أن لا تعلم حياته، وفي هذه الحالة إما أن يكون قد ظهر خلقه فيجب غسله أيضاً دون الصلاة عليه، وإما أن لا يظهر خلقه فلا يفترض غسله، وأما السقط النازل بعد المدة المذكورة، فإنه يفترض غسله وإن نزل ميتاً، وعلى كل حال، فإنه يسن تسميته، بشرط أن يكون قد نفخت فيه الروح. الحنفية قالوا: إن السقط إذا نزل حياً بأن سمع له صوت، أو رئيت له حركة، وإن لم يتم نزوله وجب غسله، سواء كان قبل تمام مدة الحمل أو بعده؛ وأما إذا نزل ميتاً، فإن كان تام الخلق فإنه يغسل كذلك، وإن لم يكن تام الخلق، بل ظهر بعض خلقه، بإنه لا يغسل المعروف، وإنما يصب عليه الماء، ويلف في خرقة، وعلى كل حال، فإنه يسمى، لأنه يحشر يوم القيامة. الحنابلة قالوا: السقط إذا تم في بطن أمه أربعة أشهر كاملة ونزل وجب غسله، وأما إن نزل قبل ذلك فلا يجب غسله. المالكية قالوا: إذا كان السقط محقق الحياة بعد نزوله بعلامة تدل على ذلك كالصراخ والرضاع الكثير الذي يقول أهل المعرفة إنه لا يقع مثله إلا ممن فيه حياة مستقرة وجب تغسيله، وإلا ك
ر:كر
2. Kifaayah Al Akhyaar (Taqiyuddin Al Husni, Kitab Janaaiz bab Apa yang diwajibkan Atas Mayit), Halaman 160-161:
وَاثْنَانِ لَا يغسلان وَلَا يصلى عَلَيْهِمَا الشَّهِيد فِي معركة الْكفَّار والسقط الَّذِي لم يستهل... وَأما السقط حالتان
الأولى أَن يستهل أَي يرفع صَوته بالبكاء أَو لم يستهل وَلَكِن شرب اللَّبن أَو نظر أَو تحرّك حَرَكَة كَبِيرَة تدل على الْحَيَاة ثمَّ مَاتَ فَإِنَّهُ يغسل وَيصلى عَلَيْهِ بِلَا خلاف لأَنا تَيَقنا حَيَاته وَفِي الحَدِيث
(إِذا اسْتهلّ الصَّبِي ورث وَصلى عَلَيْهِ) قَالَ ابْن الْمُنْذر إِن الْإِجْمَاع مُنْعَقد على الصَّلَاة على مثل هَذَا وعَلى تغسيله وَفِي دَعْوَى الْإِجْمَاع شَيْء بِالنِّسْبَةِ إِلَى الصَّلَاة
الْحَالة الثَّانِيَة أَن لَا يتَيَقَّن حَيَاته بِأَن لَا يستهل وَلَا ينظر وَلَا يمتص وَنَحْوه فَينْظر إِن عرى عَن أَمارَة الْحَيَاة كالاختلاج وَنَحْوه فَينْظر أَيْضا إِن لم يبلغ حدا ينْفخ فِيهِ الرّوح وَهُوَ أَرْبَعَة أشهر فَصَاعِدا لم يصل عَلَيْهِ بِلَا خلاف فِي الرَّوْضَة وَلَا يغسل على الْمَذْهَب لِأَن الْغسْل أخف من الصَّلَاة وَلِهَذَا يغسل الذِّمِّيّ وَلَا يصلى عَلَيْهِ وَإِن بلغ أَرْبَعَة أشهر فَقَوْلَانِ الْأَظْهر أَنه أَيْضا لَا يصلى عَلَيْهِ لَكِن يغسل على الْمَذْهَب وَأما إِذا اختلج أَو تحرّك فيصلى عَلَيْهِ على الْأَظْهر وَيغسل على الْمَذْهَب وَاعْلَم أَن مَا لم تظهر فِيهِ خلقَة آدَمِيّ يَكْفِي فِيهِ المواراة كَيفَ كَانَ وَبعد ظُهُور خلقَة الْآدَمِيّ حكم التَّكْفِين حكم الْغسْل وَالله أعلم
3. Busyrol Kariim (Sa'id Baa'isyan, Kitab Janaaiz Pasal Rukun Shalat Atas Mayit) Halaman 469-470:
(ولا) يصلى أيضاً (على السقط) -بتثليث أوله- من السقوط، أي: تحرم عليه (إلا إذا ظهرت أمارات الحياة، كاختلاج) اختياري بعد انفصاله .. فهو كالكبير، وبالأولى ما لو علمت حياته بنحو صياح وإن لم ينفصل كله، وكذا إن بلغ ستة أشهر عند (م ر)، وإن لم تظهر فيه أمارة حياة.
(ويغسل) ويكفن ويدفن وجوباً (إن بلغ أربعة أشهر) أي: مئة وعشرون يوماً، وهي حد نفخ الروح غالباً، وتحرم الصلاة عليه؛ إذ الغسل أوسع باباً منها، إذ الذمي يغسل ولا يصلى عليه، فإن لم يبلغ الأربعة الأشهر .. لم يجب له شيء.
وندب لفه بخرقة ودفنه، فإن ظهر خلقه قبل الأربعة على خلاف الغالب .. وجب له ما عدا الصلاة، ولم يظهر خلقه بعد الأربعة .. لم يجب له شيء.
4. I'aanah at Tholibin (Sayyid Bakri Syata Ad Dimyathi, Kitab Shalat Pasal Shalat Atas Mayit), Juz 2 Halaman 123-124:
وأما السقط فله أحوال: فتارة تعلم حياته فيجب فيه الأربعة: الغسل، والتكفين، والصلاة عليه، والدفن.
وتارة يظهر خلقه: فيجب فيه ما عدا الصلاة.
وتارة لا يظهر خلقه: فلا يجب فيه شئ.
لكن يسن ستره بخرقة ودفنه.
5. Nihaayah az Zain (Nawawi al-Bantani, Pasal tentang Jenazah) Halaman 156:
(و) أما السقط وَهُوَ الْوَلَد النَّازِل قبل تَمام الْأَشْهر فَفِيهِ تَفْصِيل حَاصله أَنه إِن لم تظهر حَيَاته وَلَا أماراتها وَلَا خلقه لَا تجوز الصَّلَاة عَلَيْهِ وَلَا يجب غسله وَيسن ستره بِخرقَة وَدَفنه وَكَذَا غسله كَمَا قَالَ ابْن حجر إِذا سنّ غسله سنّ ستره بِخرقَة وَدَفنه وَإِذا وَجب وجبا وَإِن لم تظهر حَيَاته وَلَا أماراتها لَكِن ظهر خلقه وَجب مَا عدا الصَّلَاة فَحِينَئِذٍ (ووري) أَي ستر بِخرقَة (سقط) مَوْصُوف بِمَا ذكر (وَدفن) أَي وَغسل وجوبا فِي هَذِه الثَّلَاثَة وَحرمت الصَّلَاة عَلَيْهِ
(فَإِن) ظَهرت حَيَاته بصياح أَو غَيره أَو ظَهرت أمارتها كَأَن (اختلج) أَي اضْطربَ أَو تحرّك بعد انْفِصَاله فَهُوَ كالكبير وَلَو دون أَرْبَعَة أشهر إِن فرض كَمَا أَفَادَهُ الشبراملسي وَحِينَئِذٍ كفن وَدفن وَغسل وجوبا قطعا و (صلي عَلَيْهِ) وجوبا على الْأَظْهر فِي مَسْأَلَة عدم ظُهُور الْحَيَاة كالبكاء مَعَ ظُهُور أمارتها كالتحرك لاحْتِمَال حَيَاته بِهَذِهِ الْقَرِينَة الدَّالَّة عَلَيْهَا وللاحت
وَقد نظم بَعضهم هَذِه الْأَحْوَال فَقَالَ والسقط كالكبير فِي الْوَفَاة إِن ظَهرت أَمارَة الْحَيَاة أَو خفيت وخلقه قد ظهرا فامنع صَلَاة وسواها اعتبرا أَو اختفى أَيْضا فَفِيهِ لم يجب شَيْء وَستر ثمَّ دفن قد ندب أما النَّازِل بعد تَمام الْأَشْهر وَهُوَ سِتَّة أشهر فكالكبير مُطلقًا وَإِن نزل مَيتا وَلم يعلم لَهُ سبق حَيَ
وَقَالَ الشبراملسي وَإِن لم يظْهر فِيهِ تخطيط وَلَا غَيره حَيْثُ علم أَنه آدَمِيّ إِذْ هُوَ خَارج من تَعْرِيف الس
وَخرج بِالسقطِ الْعلقَة والمضغة لِأَنَّهُمَا لَا يسميان ولدا فيدفنان ندبا من غير س
ترقطاةياطن غير ستر
Link Diskusi:
https://www.facebook.com/groups/asawaja/permalink/3376692015712093/