0694. HUKUM MANDI JANABAH TIDAK BERWUDHU

Pertanyaan:

Roni Ibnu Dewas
Assalamualaikum.
Ustadz/Ustdzah
Al fakir maok bertanya?
Apa hukum nya ketika mandi junub😀 
Tidak ber wudhu
Sekian terimakasih 🙏

Jawaban:
Ismidar Abdurrahman As-Sanusi
Wa'alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh

Wudhu dalam mandi janabah hukumnya sunah, bahkan kesunahan itu berlaku pada setiap mandi wajib maupun sunah, boleh berwudhu sebelum mandi maupun sesudahnya, namun bila meninggalkan wudhu dalam mandi wajib mandinya sah hanya saja makruh hukumnya.

وَلَمْ يُوجِبْ أَيْضًا الْوُضُوءَ فِي غُسْلِ الْجَنَابَةِ إِلَّا دَاوُدَ الظَّاهِرِيَّ وَمَنْ سِوَاهُ يَقُولُونَ هُوَ سُنَّةٌ فَلَوْ أَفَاضَ الْمَاءَ عَلَى جَمِيعِ بَدَنِهِ مِنْ غَيْرِ وُضُوءٍ صَحَّ غُسْلُهُ وَاسْتَبَاحَ بِهِ الصَّلَاةَ وَغَيْرَهَا وَلَكِنَّ الْأَفْضَلَ أَنْ يَتَوَضَّأَ كَمَا ذَكَرْنَا وَتَحْصُلُ الْفَضِيلَةُ بِالْوُضُوءِ قَبْلَ الْغُسْلِ أَوْ بَعْدَهُ وَإِذَا تَوَضَّأَ أَوَّلًا لَا يَأْتِي بِهِ ثَانِيًا فَقَدِ اتَّفَقَ الْعُلَمَاءُ عَلَى أَنَّهُ لَا يُسْتَحَبُّ وُضُوءَانِ وَاللَّهُ أَعْلَمُ
“Tidak wajib juga wudhu dalam mandi janabah kecuali menurut Daud Ad Dzohiri dan selain beliau, Ulama mengatakan wudhu tersebut adalah sunah, jika mengguyurkan air kepada seluruh badan tanpa berwudhu mandinya sah dan memperbolehkan shalat dan selainnya, akan tetapi yang lebih utama (afdhol) berwudhu sebagaimana kami tuturkan, kesunahan Fadhilah berwudhu diperoleh dengan wudhu sebelum mandi atau sesudahnya dan bila berwudhu diawal tidak lagi berwudhu yang kedua karena para Ulama sudah sepakat bahwa tidak disunahkan dua wudhu'”
[Al Minhaaj Syarh Shahih Muslim III/229]

الْخَامِسَةُ) الْوُضُوءُ وَالْمَضْمَضَةُ وَالِاسْتِنْشَاقُ سُنَنٌ فِي الْغُسْلِ فَإِنْ تَرَكَ الثَّلَاثَةَ صَحَّ غُسْلُهُ قَالَ الشَّافِعِيُّ فِي الْمُخْتَصَرِ فَإِنْ تَرَكَ الْوُضُوءَ وَالْمَضْمَضَةَ وَالِاسْتِنْشَاقَ فَقَدْ أَسَاءَ وَيَسْتَأْنِفُ الْمَضْمَضَةَ وَالِاسْتِنْشَاقَ قَالَ الْقَاضِي حُسَيْنٌ وَغَيْرُهُ سَمَّاهُ مُسِيئًا لِتَرْكِ هَذِهِ السُّنَنِ فَإِنَّهَا مُؤَكَّدَةٌ فتاركها مسئ لَا مَحَالَةَ قَالُوا وَهَذِهِ إسَاءَةٌ بِمَعْنَى الْكَرَاهَةِ لَا بِمَعْنَى التَّحْرِيمِ “(Kelima) Wudhu, berkumur-kumur dan memasukkan air ke dalam hidung merupakan sunah mandi, bila meninggalkan tiga sunah ini mandinya sah. Imam Syafi'i dalam Mukhtasar Berkata: 'Bila meninggalkan wudhu, berkumur-kumur dan memasukkan air ke dalam hidung maka sungguh ia sudah berbuat sesuatu yang buruk dan dia hendaknya memperbaharui berkumur-kumur dan memasukkan air ke dalam hidung'. Al Qodhy Husain dan selainnya Berkata: 'Disebut berbuat sesuatu yang buruk karena meninggalkan sunah-sunah ini karena ia sangat ditekankan Karenanya meninggalkannya berbuat sesuatu yang buruk bukan letak perkara tersebut', mereka berkata: 'Berbuat sesuatu yang buruk ini bermakna makruh tidak haram”
[Al Majmuu' Syarh al Muhadzdzab II/197]

قَوْلُ الْمَتْنِ: (وَلَا تَجِبُ مَضْمَضَةٌ وَاسْتِنْشَاقٌ) خِلَافًا لِأَبِي حَنِيفَةَ.
قَوْلُ الْمَتْنِ: (ثُمَّ الْوُضُوءُ) الظَّاهِرُ أَنَّهُ يُسْتَحَبُّ أَيْضًا فِي الْأَغْسَالِ الْمَسْنُونَةِ أَيْضًا.
“Perkataan Matan: (Tidak wajib berkumur-kumur dan memasukkan air ke dalam hidung) karena berbeda dengan Abu Hanifah (yang mewajibkannya).
Perkataan Matan: (Kemudian wudhu'), secara dzohir juga sunah pada mandi-mandi yang sunah”
[Hasyiyah 'Umairoh I/76]

Walllahu A'lamu Bis Showaab

Link Diskusi:

Komentari

Lebih baru Lebih lama