Pertanyaan:
Apa hukumnya memberi & menjawab salam laki" yang bukan mahram?????????,,,,
[Umairah Rara]
Jawaban:
Salam antara non mahram (Ajnabi) ada beberapa keadaan:
• Salam banyak orang
Bila seseorang Laki-laki beruluk salam kepada beberapa wanita dan begitu juga sebaliknya sunah dan diantara mereka yang mendapatkan salam tersebut wajib menjawabnya. Demikian pula boleh beberapa orang laki-laki beruluk salam kepada seorang wanita selama tidak takut terjadi fitnah.
• Salam antar non mahram sendiri
Bila seorang laki-laki beruluk salam kepada seorang perempuan yang mana perempuan itu bukan merupakan mahram Laki-laki itu maka menurut Madzhab Syafi'i haram mengucapkan salam kepada wanita tersebut, keharaman itu kalau wanita tersebut masih cantik dan dikhawatirkan terjadi fitnah (takut tergoda), dan bila perempuan tersebut mendapat ucapan salam dari Laki-laki tersebut maka tidak boleh menjawabnya. Demikian pula seorang perempuan, bagi dia juga tidak diperkenankan beruluk salam kepada laki-laki (sendiri) kalau ia nekat mengucapkan salam maka Laki-laki tersebut makruh menjawabnya.
Lain halnya kalau kalau perempuan tersebut sudah tua dan tidak lagi menimbulkan gairah seksual terhadap Laki-laki maka boleh bagi perempuan itu mengucapkan salam kepada seorang lelaki dan begitu juga sebaliknya dan tetap dijawab salamnya itu.
Ketentuan diatas kalau sama² sendiri-sendiri dan tidak ada hubungan mahram, kalau Mahram tidak lah haram meskipun cantik jelita. Namun demikian, kalau kita mengikuti Madzhab Syafi'i dalam masalah salam non mahram dalam keadaan sendiri ini maka sungguh susah direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari, sebaiknya bertaqlid (mengikuti pendapat) Madzhab lain yang memperbolehkan mengucapkan salam antara non mahram asal tidak menimbulkan fitnah baik bagi dirinya ataupun kepadanya.
السَّلاَمُ عَلَى النِّسَاءِ:
19 - سَلاَمُ الْمَرْأَةِ عَلَى الْمَرْأَةِ يُسَنُّ كَسَلاَمِ الرَّجُل عَلَى الرَّجُل، وَرَدُّ السَّلاَمِ مِنَ الْمَرْأَةِ عَلَى مِثْلِهَا كَالرَّدِّ مِنَ الرَّجُل عَلَى سَلاَمِ الرَّجُل.
وَأَمَّا سَلاَمُ الرَّجُل عَلَى الْمَرْأَةِ؛ فَإِنْ كَانَتْ تِلْكَ الْمَرْأَةُ زَوْجَةً أَوْ أَمَةً أَوْ مِنَ الْمَحَارِمِ فَسَلاَمُهُ عَلَيْهَا سُنَّةٌ، وَرَدُّ السَّلاَمِ مِنْهَا عَلَيْهِ وَاجِبٌ، بَل يُسَنُّ أَنْ يُسَلِّمَ الرَّجُل عَلَى أَهْل بَيْتِهِ وَمَحَارِمِهِ، وَإِنْ كَانَتْ تِلْكَ الْمَرْأَةُ أَجْنَبِيَّةً فَإِنْ كَانَتْ عَجُوزًا أَوِ امْرَأَةً لاَ تُشْتَهَى فَالسَّلاَمُ عَلَيْهَا سُنَّةٌ، وَرَدُّ السَّلاَمِ مِنْهَا عَلَى مَنْ سَلَّمَ عَلَيْهَا لَفْظًا وَاجِبٌ. وَأَمَّا إِنْ كَانَتْ تِلْكَ الْمَرْأَةُ شَابَّةً يُخْشَى الاِفْتِتَانُ بِهَا، أَوْ يُخْشَى افْتِتَانُهَا هِيَ أَيْضًا بِمَنْ سَلَّمَ عَلَيْهَا فَالسَّلاَمُ عَلَيْهَا وَجَوَابُ السَّلاَمِ مِنْهَا حُكْمُهُ الْكَرَاهَةُ عِنْدَ الْمَالِكِيَّةِ وَالشَّافِعِيَّةِ وَالْحَنَابِلَةِ، وَذَكَرَ الْحَنَفِيَّةُ أَنَّ الرَّجُل يَرُدُّ عَلَى سَلاَمِ الْمَرْأَةِ فِي نَفْسِهِ إِنْ سَلَّمَتْ هِيَ عَلَيْهِ، وَتَرُدُّ هِيَ أَيْضًا فِي نَفْسِهَا إِنْ سَلَّمَ هُوَ عَلَيْهَا، وَصَرَّحَ الشَّافِعِيَّةُ بِحُرْمَةِ رَدِّهَا عَلَيْهِ.
وَأَمَّا سَلاَمُ الرَّجُل عَلَى جَمَاعَةِ النِّسَاءِ فَجَائِزٌ، وَكَذَا سَلاَمُ الرِّجَال عَلَى الْمَرْأَةِ الْوَاحِدَةِ عِنْدَ أَمْنِ الْفِتْنَةِ. وَمِمَّا يَدُل عَلَى جَوَازِ سَلاَمِ الرَّجُل عَلَى جَمَاعَةِ النِّسَاءِ مَا رُوِيَ عَنْ أَسْمَاءَ بِنْتِ يَزِيدَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: مَرَّ عَلَيْنَا رَسُول اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - فِي نِسْوَةٍ فَسَلَّمَ عَلَيْنَا (1) .
وَمِمَّا يَدُل عَلَى جَوَازِ السَّلاَمِ عَلَى الْمَرْأَةِ الْعَجُوزِ مَا أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ عَنْ سَهْل بْنِ سَعْدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَال: كَانَتْ لَنَا عَجُوزٌ تُرْسِل إِلَيَّ بِضَاعَةَ نَخْلٍ بِالْمَدِينَةِ فَتَأْخُذُ مِنْ أُصُول السَّلْقِ فَتَطْرَحُهُ فِي قِدْرٍ، وَتُكَرْكِرُ حَبَّاتٍ مِنْ شَعِيرٍ، فَإِذَا صَلَّيْنَا الْجُمُعَةَ انْصَرَفْنَا وَنُسَلِّمُ عَلَيْهَا فَتُقَدِّمُهُ إِلَيْنَا (1) ، وَمَعْنَى تُكَرْكِرُ؛ أَيْ: تَطْحَنُ (2) .
_______________
(1) حديث أسماء بنت يزيد: مر علينا النبي صلى الله عليه وسلم في نسوة. أخرجه أبو داود (5 / 383 - تحقيق عزت عبيد دعاس) والترمذي (5 / 58 - ط الحلبي) ، واللفظ لأبي داود، وحسنه الترمذي
(1) حديث سهل بن سعد: كانت لنا عجوز. أخرجه البخاري (الفتح 11 / 33 - ط السلفية) .
(2) ابن عابدين 5 / 236 ط المصرية، روح المعاني 5 / 99 ط. المنيرية، القرطبي 5 / 302 ط. الأولى، الفواكه الدواني 2 / 422 ط. الثالثة، شرح الزرقاني 3 / 110 ط دار الفكر، روضة الطالبين 10 / 229 - 230 ط. المكتب الإسلامي، الأذكار للنووي / 402 - 403 ط. الأولى، تحفة المحتاج 9 / 223 ط دار صادر، التفسير الكبير للرازي 10 / 214 - 215 ط الأولى - الآداب الشرعية 1 / 374 - 375 ط الأولى.
“SALAM KEPADA PEREMPUAN
Wanita beruluk salam kepada wanita lain disunahkan seperti laki-laki beruluk salam kepada laki-laki lain, menjawab salam wanita atas wanita lain sebagaimana laki-laki menjawab salam Laki-laki lain (wajib). Sedangkan laki-laki beruluk salam kepada wanita maka sunah hukumnya jika wanita yang diucapkan dalam itu para mahramnya atau istrinya dan menjawab salam mereka wajib bahkan disunahkan laki-laki beruluk salam kepada keluarga dan para mahramnya. Adapun bila wanita tersebut sudah tua atau wanita yang tidak lagi menimbulkan gairah maka beruluk salam kepadanya hukumnya sunah pula dan ia menjawabnya wajib dengan lafadz. Sedangkan bila wanita tersebut masih muda dan dikhawatirkan terjadi fitnah yang ditimbulkan maka menjawabnya dimakruhkan menurut Malikiyyah, Syafi'iyah dan Hanabilah, sedangkan Hanafiyyah menyebutkan bahwa laki-laki yang mendapatkan salam wanita tersebut menjawabnya cukup dirinya mendengarnya dan begitu sebaliknya dan Syafi'iyah menjelaskan haram wanita itu menjawabnya.
Seorang laki-laki beruluk salam kepada jamaah wanita diperbolehkan demikian pula salam beberapa orang laki-laki kepada seorang wanita saat aman fitnah. Dalil kebolehan seorang laki-laki beruluk salam kepada Jamaah wanita berdasarkan hadits dari Asma' : ‘Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam melewati kami sedangkan kami bersama beberapa wanita lalu beliau beruluk salam kepada kami’ (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi dan lafadznya dari Abu Dawud dan Dihasankan Tirmidzi)
Dalil kebolehan beruluk salam kepada wanita tua adalah Hadits Sahl bin Sa'ad: ‘Ada seorang wanita tua yang memunguti batang talas dan memasukkannya dalam tempayan, lalu membuat tepung dari gandum. Seusai salat Jum’at, kami berucap salam kepadanya dan dia menyuguhkan makanan itu pada kami’ (HR. Bukhari)”
[Al Mausu'ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah XXV/166-167]
ويكره أن يسلم على امرأة أجنبية (غير زوجة له ولا محرم) إلا أن تكون عجوزاً أي غير حسناء، أو ألا تشتهى لأمن الفتنة.
“Dimakruhkan beruluk salam kepada wanita non mahram (selain istri dan para mahramnya) kecuali wanita tersebut sudah tua atau tidak lagi menimbulkan gairah karena aman fitnah”
[Al Fiqh Al Islami Wa Adillatuh IV/2685]
ويكره (1) للرجل أن يسلم على امرأة أجنبية إلا إذا كانت عجوزاً أو شابة دميمة لا تشتهى، أما المحارم فإنه يسن له أن يسلم عليهن كما يسلم على أهله.
______
(1) الشافعية - قالوا: إذا كانت الشابة منفردة في مكان وحدها فإنه يكره أن يلقي عليها الرجل سلاماً كما يحرم عليها أن تجيب أو تلقي سلاماً، سواء كانت دميمة تشتهي أولا، وإنما العجوز هي التي في حكم الرجل، أما إذا كانت المرأة مع غيرها رجالاً أو نساء فإن حكمها كحكم الرجل في السلام والرد
“Dimakruhkan bagi laki-laki beruluk salam kepada wanita non mahram kecuali bila wanita tersebut sudah tua atau masih muda yang tidak cantik yang tidak menimbulkan gairah, sedangkan para mahram wanitanya maka disunahkan beruluk salam kepada mereka sebagaimana ia beruluk salam kepada keluarganya(¹)
_________
(¹) Syafi'iyah berkata: ‘Bila perempuan muda sendirian pada satu tempat maka makruh beruluk salam kepadanya sebagaimana haram baginya menjawab salam dan beruluk salam kepada laki-laki baik jelek menimbulkan gairah atau tidak. Sedangkan wanita tua berhukum laki-laki, demikian pula bila seorang wanita bersama wanita lain atau beberapa laki-laki maka berhukum laki-laki dalam beruluk salam dan mengucapkannya’”
[Al Fiqh Ala Madzaahib Al Arba'ah II/52]
وَأَمَّا النِّسَاءُ فَإِنْ كُنَّ جَمِيعًا سَلَّمَ عَلَيْهِنَّ وَإِنْ كَانَتْ وَاحِدَةً سَلَّمَ عَلَيْهَا النِّسَاءُ وَزَوْجُهَا وَسَيِّدُهَا وَمَحْرَمُهَا سَوَاءٌ كَانَتْ جَمِيلَةً أَوْ غَيْرَهَا وَأَمَّا الْأَجْنَبِيُّ فَإِنْ كانت عجوزا لاتشتهى اسْتُحِبَّ لَهُ السَّلَامُ عَلَيْهَا وَاسْتُحِبَّ لَهَا السَّلَامُ عَلَيْهِ وَمَنْ سَلَّمَ مِنْهُمَا لَزِمَ الْآخَرَ رَدُّ السَّلَامِ عَلَيْهِ وَإِنْ كَانَتْ شَابَّةً أَوْ عَجُوزًا تُشْتَهَى لَمْ يُسَلِّمْ عَلَيْهَا الْأَجْنَبِيُّ وَلَمْ تُسَلِّمْ عَلَيْهِ وَمَنْ سَلَّمَ مِنْهُمَا لَمْ
يَسْتَحِقَّ جَوَابًا وَيُكْرَهُ رَدُّ جَوَابِهِ هَذَا مَذْهَبُنَا وَمَذْهَبُ الْجُمْهُورِ وقال ربيعة لايسلم الرِّجَالُ عَلَى النِّسَاءِ وَلَا النِّسَاءُ عَلَى الرِّجَالِ وهذا غلط وقال الكوفيون لايسلم الرِّجَالُ عَلَى النِّسَاءِ إِذَا لَمْ يَكُنْ فِيهِنَّ محرم والله أعلم
“Adapun salam kepada wanita maka bila mereka ramai beruluk salam kepada mereka dan bila ia sendiri beruluk salam ia, suaminya, tuannya dan mahramnya baik wanita itu cantik ataupun selainnya, sedangkan non mahram maka jika manusia itu sudah tua yang tidak lagi menimbulkan gairah dianjurkan salam padanya dan dianjurkan pula wanita beruluk salam kepada laki-laki yang sudah tua itu, bila mana sebagian mereka beruluk salam kepada selainnya wajib sebagian mereka menjawabnya.
Bila mana wanita tersebut tua masih muda yang masih menimbulkan gairah tidak diperkenankan beruluk salam kepadanya dan tidak pula wanita tidak beruluk salam kepada laki-laki dan bila sebagian mereka beruluk salam kepada yang lain tidak berhak mendapatkan jawaban dan makruh menjawabnya, inilah Madzhab kami dan Madzhab Jumhur, berkata Robi'ah ‘Orang wanita tidak beruluk salam kepada laki-laki dan laki-laki tidak beruluk salam kepada wanita’, ini tidak diterima, berkata Ulama Kufah ‘Beberapa orang laki-laki tidak beruluk salam kepada beberapa wanita bila tidak ada mahram’, Wallahu A'lam”
[Al Minhaaj Syarh Shahih Muslim XIV/149
التَّاسِعَةَ عَشْرَةَ) سَلَامُ النِّسَاءِ عَلَى النِّسَاءِ كَسَلَامِ الرِّجَالِ عَلَى الرِّجَالِ فِي كُلِّ مَا سَبَقَ قَالَ أَصْحَابُنَا وَلَوْ سَلَّمَ رَجُلٌ عَلَى امْرَأَةٍ أَوْ امْرَأَةٌ عَلَى رَجُلٍ فَإِنْ كَانَ بَيْنَهُمَا مَحْرَمِيَّةٌ أَوْ زَوْجِيَّةٌ أَوْ كَانَتْ أَمَتَهُ كَانَ سُنَّةً وَوَجَبَ الرَّدُّ وَإِلَّا فَلَا يَجِبُ إلَّا أَنْ تَكُونَ عَجُوزًا خَارِجَةً عَنْ مَظِنَّةِ الْفِتْنَةِ قَالَ الْمُتَوَلِّي وَإِذَا سَلَّمَ عَلَى شَابَّةٍ أَجْنَبِيَّةٍ لَمْ يَجُزْ لَهَا الرَّدُّ وَلَوْ سَلَّمَتْ عَلَيْهِ كُرِهَ لَهُ الرَّدُّ عَلَيْهَا وَلَوْ كَانَ النِّسَاءُ جَمْعًا فَسَلَّمَ عَلَيْهِنَّ الرَّجُلُ أَوْ كَانَ الرِّجَالُ جَمْعًا كَثِيرًا فَسَلَّمُوا عَلَى الْمَرْأَةِ الْوَاحِدَةِ فَهُوَ سُنَّةٌ إذَا لَمْ يُخَفْ عَلَيْهِ وَلَا عَلَيْهِنَّ وَلَا عَلَيْهَا فِتْنَةٌ لِحَدِيثِ أَسْمَاءَ بِنْتِ يَزِيدَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ " مَرَّ عَلَيْنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي نِسْوَةٍ فَسَلَّمَ عَلَيْنَا " رَوَاهُ أَبُو دَاوُد وَالتِّرْمِذِيُّ وَقَالَ حَدِيثٌ حَسَنٌ وَعَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ " كَانَتْ فِينَا امْرَأَةٌ وَفِي رِوَايَةٍ كَانَتْ لَنَا عَجُوزٌ تَأْخُذُ مِنْ أُصُولِ السَّلْقِ فتطرحه في القدر وتكركر حبات من شغير فَإِذَا صَلَّيْنَا الْجُمُعَةَ انْصَرَفْنَا نُسَلِّمُ عَلَيْهَا فَتُقَدِّمُهُ إلَيْنَا " رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ: وَتُكَرْكِرُ تَطْحَنُ - وَعَنْ أُمِّ هَانِئٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ " أَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الْفَتْحِ وَهُوَ يَغْتَسِلُ وَفَاطِمَةُ تَسْتُرهُ فَسَلَّمْتُ وَذَكَرَتْ تَمَامَ الْحَدِيثِ " رَوَاهُ مُسْلِمٌ
“Salam wanita kepada wanita lain seperti salam laki-laki kepada laki-laki lain sebagaimana terdahulu, berkata sahabat-sahabat kami: ‘Jika seorang laki-laki beruluk salam kepada wanita atau seorang wanita kepada laki-laki bila antara keduanya haram atau suaminya atau budaknya sunah hukumnya dan wajib menjawabnya bila tidak maka tidak wajib menjawabnya kecuali kecuali wanita tersebut sudah tua yang tidak lagi menimbulkan fitnah’. Berkata Al Mutawalli: ‘Bila beruluk salam kepada wanita muda tidak diperbolehkan baginya menjawabnya kalau ia beruluk salam kepada laki-laki makruh menjawabnya, jika wanita ramai maka laki-laki beruluk salam kepada wanita atau laki-laki ramai maka sekumpulan laki-laki itu beruluk salam kepada wanita sendirian itu sunah bila tidak takut fitnah kepada mereka berdasarkan hadits Asma' binti Yazid ia berkata: ‘Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam melewati kami sedangkan beliau bersama beberapa orang wanita lalu beliau beruluk salam kepada kami’ (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, berkata Tirmidzi: ‘Hadits Hasan’)
‘Dari Sahal bin Sa'ad Radhiallahu Anhu ia berkata: Ada seorang wanita tua yang memunguti batang talas dan memasukkannya dalam tempayan, lalu membuat tepung dari gandum. Seusai salat Jum’at, kami berucap salam kepadanya dan dia menyuguhkan makanan itu pada kami’ (HR. Bukhari)’
‘Dari Ummi Haani' Radhiallahu Anha ia berkata: Aku mendatangi Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam pada hari penaklukan Mekkah dan beliau sedang mandi lalu Fatimah menutupinya, kemudian aku mengucapkan salam padanya, dan sampai akhir hadits’”
[Al Majmuu' Syarh al Muhadzdzab IV/601]
Wallahu A'lamu Bis Showaab
[Ismidar Abdurrahman As-Sanusi]
Link Diskusi: