0861. SHALAT JENAZAH SETELAH MAYIT DIKEBUMIKAN

Pertanyaan:
Assalamualaikum ... 
Mohon maaf sblmnya... Sy mau bertanya... Gmn hukumnya sholat jenazah ttp krna tlt jenazhnya SDH di kebumikan... Ap niyatnya sholat ghoin ap ttp gmn... Sedangkan kita sholtnya berda di kuburan ...
[Ko Ko]

Jawaban:
Wa'alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh


Bagi orang yang telat dalam menshalati Jenazah maksudnya terlanjur jenazah itu sudah dikebumikan maka boleh baginya menshalatkan dikuburnya bahkan peristiwa tersebut pernah dialami Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam, seperti disebutkan dalam hadits berikut:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ امْرَأَةً سَوْدَاءَ كَانَتْ تَقُمُّ الْمَسْجِدَ - أَوْ شَابًّا - فَفَقَدَهَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَسَأَلَ عَنْهَا - أَوْ عَنْهُ - فَقَالُوا: مَاتَ، قَالَ: «أَفَلَا كُنْتُمْ آذَنْتُمُونِي» قَالَ: فَكَأَنَّهُمْ صَغَّرُوا أَمْرَهَا - أَوْ أَمْرَهُ - فَقَالَ: «دُلُّونِي عَلَى قَبْرِهِ» فَدَلُّوهُ، فَصَلَّى عَلَيْهَا، ثُمَّ قَالَ: «إِنَّ هَذِهِ الْقُبُورَ مَمْلُوءَةٌ ظُلْمَةً عَلَى أَهْلِهَا، وَإِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يُنَوِّرُهَا لَهُمْ بِصَلَاتِي عَلَيْهِمْ»
Artinya: Dari Abu Hurairah, sesungguhnya wanita hitam, adalah dia menyapu masjid, atau pemuda. Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam kehilangan dia, beliau menanyakan wanita itu, atau pemuda itu, mereka menjawab: telah meninggal. Beliau bersabda: Apakah kamu tidak memberitahuku ? berkata rawi: seakan-akan mereka menganggap kecil perkara wanita itu, atau perkara pemuda itu.Lalu Nabi bersabda: Tunjukkanlah aku kuburnya, maka mereka menunjukkan beliau, dan beliau menshalati wanita itu. Kemudian bersabda: Kubur-kubur ini penuh kegelapan atas penghuninya, dan sesungguhnya Allah menyinari kubur-kubur ini untuk mereka dengan shalatku atas mereka. (HR. Muslim nomor 956, Kitab Janaiz bab Shalat dikuburan, juga diriwayatkan Imam Bukhari dalam kitab Shahihnya nomor 1337, Kitab Janaiz bab Shalat dikuburan setelah Mayit dikubur)


Dari hadits tersebut diatas menunjukkan kebolehan shalat dikuburan bagi orang yang belum sempat menshalatkan jenazah, bahkan itu terjadi pada Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam sendiri. Oleh karena itu, perbuatan yang harus dilakukan kalau belum sempat menshalatkan jenazah maka shalat dikuburannya bukan shalat ghoib sebab shalat Ghorib disyaratkan kalau ada kesulitan mengunjungi tempat jenazah meskipun dalam daerah sehingga bila masih bisa dikunjungi tidak berlaku shalat ghoib.


وَحَدِيثِ أَنَسٍ دَلَالَةٌ لِمَذْهَبِ الشَّافِعِيِّ وَمُوَافِقِيهِ فِي الصَّلَاةِ عَلَى الْمَيِّتِ فِي قَبْرِهِ سَوَاءٌ كَانَ صُلِّيَ عَلَيْهِ أَمْ لَا وَتَأَوَّلَهُ أَصْحَابُ مَالِكٍ حَيْثُ مَنَعُوا الصَّلَاةَ عَلَى الْقَبْرِ بِتَأْوِيلَاتٍ بَاطِلَةٍ لَا فَائِدَةَ فِي ذِكْرِهَا لِظُهُورِ فَسَادِهَا وَاللَّهُ أَعْلَمُ

“Hadits Anas merupakan dalil bagi Madzhab Syafi'i dan orang yang sependirian dengannya tentang shalat mayit dikuburan baik mayit itu sudah dishalatkan ataupun belum dan pengikut Imam Malik mentakwil hadits itu dengan melarang shalat dikuburan dengan takwilan yang batil yang ada faedahnya”
[Al Minhaaj Syarh Shahih Muslim V/25]


قَوْله بَاب الصَّلَاةِ عَلَى الْقَبْرِ بَعْدَ مَا يُدْفَنُ)
وَهَذِه أَيْضا من الْمسَائِل الْمُخْتَلف فِيهَا قَالَ بن الْمُنْذِرِ قَالَ بِمَشْرُوعِيَّتِهِ الْجُمْهُورُ وَمَنَعَهُ النَّخَعِيُّ وَمَالِكٌ وَأَبُو حَنِيفَةَ وَعَنْهُمْ إِنْ دُفِنَ قَبْلَ أَنْ يُصَلَّى عَلَيْهِ شُرِعَ وَإِلَّا فَلَا
إلى أن قال
وَاخْتَلَفَ مَنْ قَالَ بِشَرْعِ الصَّلَاةِ لِمَنْ لَمْ يُصَلِّ فَقِيلَ يُؤَخَّرُ دَفْنُهُ لِيُصَلِّيَ عَلَيْهَا مَنْ كَانَ لَمْ يُصَلِّ وَقِيلَ يُبَادَرُ بِدَفْنِهَا وَيُصَلِّي الَّذِي فَاتَتْهُ عَلَى الْقَبْرِ 
“(Ucapan Mushonnif: Bab Shalat dikuburan setelah dikuburkan) dan ini sebagian masalah yang Para Ulama berselisih padanya, Berkata Ibn Mundzir: Yang berpendapat disyariatkan shalat dikuburan setelah mayit dikubur adalah mayoritas Ulama dan Nakhoi, Malik dan Abu Hanifah melarangnya, dari mereka bila dikubur belum dishalati disyariatkan menshalatkan dikuburan, jika tidak maka tidak disyariatkan..
Terjadi perselisihan pendapat tentang perbuatan Nabi itu, orang yang mengatakan disyariatkan shalat bagi orang yang belum menshalatkan jenazah maka menurut satu pendapat diakhirkan sampai Mayit dikebumikan dan menurut satu pendapat bersegera menguburkannya lalu shalat dikuburan”
[Fath al Baari Li Ibn Hajar III/205]

المتجه أن المعتبر المشقة وعدمها فحيث شق الحضور ولو في البلد لكبرها ونحو صحت وحيث لا ولو خارج السور لم تصح م ر
“Dalam batasan jarak tempuh diperkenankannya shalat ghaib yang menjadi pertimbangan adalah masyaqqat (kesulitan) dan tidaknya berkunjung pada tempat janazah, walaupun masih berada dalam satu daerah bila terjadi masyaqqat, boleh menjalankan shalat ghaib dan walaupun diluar daerah bila tidak ada kesulitan mendatanginya maka tidak boleh menunaikan shalat ghaib”
[I’aanah at-Thaalibiin II/133].
Walllahu A'lamu Bis Showaab

[Ismidar Abdurrahman As-Sanusi]

Link Diskusi:

Komentari

Lebih baru Lebih lama