Pertanyaan:
Assalamualaikum wr wb , ustad ,ustadah, saudarah ,saudarihku yng seiman.
Mohon pencerahanya ,,,
BOLEHKAH MEMAKAI SANDAL / SEPATU , DI AREA PEMAKAMAN / KUBUR?
Di grob ini pas untuk blajar, karena ada abah,abih, kyai , ustad,ustadah. Lngsung ada jawabanya,
Daripada blajar di mbah google.
[Cak Yet Suyetno]
Jawaban:
Wa'alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh
Memakai sandal (maupun sepatu dan khususnya alas kaki) saat di pemakaman menurut pendapat yang masyhur dari kalangan Syafi'iyah tidak makruh kecuali sandal dan semisalnya terdapat najis atau membuat najis pemakaman maka diharamkan berdasarkan hadits menceritakan Mayit mendengar suara sandal orang yang berziarah, hanya saja bagusnya melepaskan sandal itu berdasarkan hadits yang mencela perbuatan seseorang yang memakai sandal diarea pemakaman dan Nabi menyuruh melepas sandalnya dan karena perbuatan demikian termasuk tawadhu' dan khusyu'
فَرْعٌ)
الْمَشْهُورُ فِي مَذْهَبِنَا أَنَّهُ لَا يُكْرَهُ الْمَشْيُ فِي الْمَقَابِرِ بِالنَّعْلَيْنِ وَالْخُفَّيْنِ وَنَحْوِهِمَا مِمَّنْ صَرَّحَ بِذَلِكَ مِنْ اصحابنا الخطابى والعبد رى وَآخَرُونَ وَنَقَلَهُ الْعَبْدَرِيُّ عَنْ مَذْهَبِنَا وَمَذْهَبِ أَكْثَرِ الْعُلَمَاءِ قَالَ أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ رَحِمَهُ اللَّهُ يُكْرَهُ وَقَالَ صَاحِبُ الْحَاوِي يَخْلَعُ نَعْلَيْهِ لِحَدِيثِ بَشِيرِ بْنِ مَعْبَدٍ الصَّحَابِيِّ الْمَعْرُوفِ بِابْنِ الْخَصَاصِيَةِ قال " بينهما أَنَا أُمَاشِي رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نُظِرَ فَإِذَا رَجُلٌ يَمْشِي فِي الْقُبُورِ عَلَيْهِ نَعْلَانِ فَقَالَ يَا صَاحِبَ السِّبْتَتَيْنِ وَيْحَك أَلْقِ سِبْتَتَيْك فَنَظَرَ الرَّجُلُ فَلَمَّا عَرَفَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَلَعَهُمَا " رَوَاهُ أَبُو دَاوُد وَالنَّسَائِيُّ بِإِسْنَادٍ حَسَنٍ
* وَاحْتَجَّ أَصْحَابُنَا بِحَدِيثِ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ " الْعَبْدُ إذَا وُضِعَ فِي قَبْرِهِ وَتَوَلَّى وَذَهَبَ أَصْحَابُهُ حَتَّى إنَّهُ لَيَسْمَعَ قَرْعَ نِعَالِهِمْ أَتَاهُ مَلَكَانِ فَأَقْعَدَاهُ إلَى آخِرِ الْحَدِيثِ " رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ (وَأَجَابُوا) عَنْ الْحَدِيثِ الْأَوَّلِ بِجَوَابَيْنِ
(أَحَدِهِمَا)
وَبِهِ أَجَابَ الخطابي انه يشبه انه كرههما المعنى فِيهِمَا لِأَنَّ النِّعَالَ السِّبْتِيَّةَ - بِكَسْرِ السِّينِ - هِيَ الْمَدْبُوغَةُ بِالْقَرَظِ وَهِيَ لِبَاسُ أَهْلِ التَّرَفُّهِ وَالتَّنَعُّمِ فَنَهَى عَنْهُمَا لِمَا فِيهِمَا مِنْ الْخُيَلَاءِ فَأَحَبَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَكُونَ دُخُولُهُ الْمَقَابِرَ عَلَى زِيِّ التَّوَاضُعِ وَلِبَاسِ أَهْلِ الْخُشُوعِ
وَالثَّانِي)
لَعَلَّهُ كَانَ فِيهِمَا نَجَاسَةٌ قَالُوا وَحَمَلَنَا عَلَى تَأْوِيلِهِ الْجَمْعُ بَيْنَ الْحَدِيثَيْنِ
“Cabang Bahasan
Yang Masyhur dalam Madzhab kami tidak Makruh berjalan pada kuburan dengan memakai dua sandal, dua sepatu dan selain keduanya, Ulama yang menjelaskan itu dari sahabat kami yaitu Al Khothobi dan Al 'Abdariy dan Ulama Mutaakhirin dan Al 'Abdariy menuqilnya dari Madzhab kami dan Madzhab kebanyakan Ulama, berkata Ahmad: Dimakruhkan. Penulis Kitab Al Hawi berkata: Sandalnya dilepaskan Berdasarkan hadits Basyir bin Ma'bad seorang sahabat yang dikenal dengan Ibn Khushooshiyah ia berkata: ‘Antara saya dan Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam ada seseorang yang berjalan yang memakai dua sandal lalu Rasulullah bersabda: Celaka kamu bukalah sandalmu’ (HR. Abu Dawud dan Nasai dengan sanad Hasan).
Para sahabat kami berhujjah dengan hadits Anas Radhiallahu Anhu dari Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam beliau telah bersabda: ‘Seorang hamba bila diletakkan pada kuburnya dan sahabatnya mengunjunginya sampai ia mendengar suara sandal mereka..dst’ (HR. Bukhari dan Muslim), sedangkan jawaban (sanggahan) dari hadits pertama ada dua Jawaban:
1. Makruh memakai sandal tersebut maknanya sandal SIBTIYYAH - dengan kasrah Siin - yaitu sandal hasil samak dengan daun yang bisa menyamak yaitu pakaian orang mewah dan serba cukup karenanya dilarang, sebab keduanya itu merupakan sebagian dari keangkuhan karenanya Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam menyukai memasuki pemakaman dengan tawadhu' (merendahkan diri) dan dengan pakaian Orang khusyu'
2. Alasan dilarangnya memakai dua sandal karena najis, Ulama Syafi'iyah tersebut berkata: Kami memberikan pengertian kepada takwilan mengumpulkan antara beberapa hadits”
[Al Majmuu' Syarh al Muhadzdzab V/313_314]
وَلَا كَرَاهَةَ فِي مَشْيِهِ بَيْنَ الْمَقَابِرِ بِنَعْلٍ عَلَى الْمَشْهُورِ لِخَبَرِ إنَّهُ لَيَسْمَعُ قَرْعَ نِعَالِكُمْ وَمَا وَرَدَ مِنْ الْأَمْرِ بِإِلْقَاءِ السِّبْتِيَّتَيْنِ فَيَحْتَمِلُ أَنْ يَكُونَ لِكَوْنِهِمَا مِنْ لِبَاسِ الْمُتَرَفِّهِينَ أَوْ لِأَنَّهُ كَانَ بِهِمَا نَجَاسَةٌ وَالنِّعَالُ السِّبْتِيَّةُ بِكَسْرِ السِّينِ الْمَدْبُوغَةُ بِالْقَرَظِ اهـ. شَرْحُ م ر
“Dan tidak Dimakruhkan berjalan antara pemakaman dengan memakai sandal berdasarkan pendapat yang masyhur dan Berdasarkan hadits (mayit) mendengar suara sandal kalian, sedangkan riwayat perintah melepaskan sandal ialah SIBTITAIN maka pengertiannya karena pakaian orang angkuh atau karena keduanya ada najis, sandal SIBTIYYAH dengan kasrah Siin adalah hasil penyamakan dengan daun, - demikian dalam Syarh Romli ”
[Hasyiyah al Jamal ala Syarh al Manhaj II/206]
قَوْلُهُ: (وَلَا يُوطَأُ) خَرَجَ بِهِ الْمَشْيُ بَيْنَ الْقُبُورِ وَلَوْ بِالنَّعْلِ وَبِلَا حَاجَةٍ، فَلَا يُكْرَهُ. نَعَمْ يَحْرُمُ إنْ حَصَلَ تَنْجِيسٌ كَمَنْبُوشَةٍ مَعَ الْمَشْيِ حَافِيًا مَعَ رُطُوبَةِ أَحَدِ الْجَانِبَيْنِ
[Hasyiyah al Qulyubi I/400]
Walllahu A'lamu Bis Showaab
[Ismidar Abdurrahman As-Sanusi]
Link Diskusi: