0936. HUKUM JUAL-BELI HEWAN YANG HAMIL



Pertanyaan:
>> Fadli One-a
السلام علیکم۔۔۔
apa hukum menjual hewan yg sedang hamil.?

Jawaban:
>> Muhammad Abdillah
Jika akadnya menjual induknya saja yg sedang hamil maka boleh ttpi jika akadnya menjual induknya yg hamil juga memberi harga pada janinnya  maka di haromkn karena termasuk بيع الغرور

>> Ismidar Abdurrahman As-Sanusi
Walaikumussalam

Menjual hewan yang sedang bunting (lihat: 'Hamil') diperbolehkan dalam ranah fiqih kalangan empat Madzhab, yang dilarang adalah jual-beli anak hewan yang mana anak hewan itu masih dalam kandungan ibunya. Sebab diantara syarat sah jual-beli barang yang akan diperjualbelikan ada dan nampak oleh penjual dan pembeli, sedangkan jual-beli hewan yang bunting sudah cukup menyatakan keabsahannya karena bendanya ada dan bisa dimanfaatkan; beda halnya dengan jual beli janin dalam kandungan hewan sebab bendanya belum ada (masih dalam kandungan) dan akan berdampak pada penipuan.

Dasar keterangan:

يَجُوزُ بَيْعُ الْحَامِل مَعَ جَنِينِهَا صَفْقَةً وَاحِدَةً، وَلاَ يَجُوزُ اسْتِثْنَاءُ الْحَمْل فِي الْبَيْعِ أَوْ ذِكْرُ ثَمَنٍ مُسْتَقِلٍّ لِلْجَنِينِ فِي الْعَقْدِ، وَهَذَا بِاتِّفَاقِ الْفُقَهَاءِ؛ لأَِنَّ مِنْ شُرُوطِ عَقْدِ الْبَيْعِ أَنْ يَكُونَ الْمَعْقُودُ عَلَيْهِ مَوْجُودًا حِينَ الْعَقْدِ، فَلاَ يَجُوزُ بَيْعُ الْمَضَامِينِ وَالْمَلاَقِيحِ، أَيْ مَا فِي أَصْلاَبِ الْفُحُول وَمَا فِي أَرْحَامِ الأَْنْعَامِ وَالْخَيْل مِنَ الأَْجِنَّةِ. وَكَذَلِكَ لاَ يَجُوزُ بَيْعُ حَبَل الْحَبَلَةِ أَيْ نِتَاجِ النِّتَاجِ، (2) لِحَدِيثِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ بَيْعِ الْمَضَامِينِ وَالْمَلاَقِيحِ وَحَبَل الْحَبَلَةِ (3) .
(1) المجموع 5 / 526 - 528.
(2) فتح القدير 6 / 50، والبدائع 5 / 238، وحاشية الدسوقي 3 / 57، وحاشية الجمل 3 / 70، والقليوبي 2 / 157، والمغني لابن قدامة 4 / 276.
(3) حديث: " نهى عن بيع المضامين. . . " أخرجه الطبراني في المعجم الكبير (11 / 230 - ط الوطن العربي) . والبزار (2 / 87 - ط مؤسسة الرسالة) من حديث ابن عباس. وأخرجه مالك في الموطأ (2 / 654 - ط عيسى الحلبي) مرسلا عن سعيد بن المسيب. وقال ابن حجر: أخرجه عبد الرزاق عن ابن عمر بإسناد قوي. أهـ. تلخيص الحبير (3 / 12 - ط شركة الطباعة الفنية)
[Al Mausu'ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah XVI/281]

Untuk dijadikan sandaran hukum pada ibarot diatas cukup point-nya saja:

يَجُوزُ بَيْعُ الْحَامِل مَعَ جَنِينِهَا صَفْقَةً وَاحِدَةً، وَلاَ يَجُوزُ اسْتِثْنَاءُ الْحَمْل فِي الْبَيْعِ أَوْ ذِكْرُ ثَمَنٍ مُسْتَقِلٍّ لِلْجَنِينِ فِي الْعَقْدِ
Pemahaman yang dapat diambil dari Ibarot diatas " Boleh menjual hewan yang bunting (hamil) beserta janinnya, tapi tidak boleh menjual janin yang dikandungnya dalam akad".

Rasanya masalah diatas sudah pinal. Jadi, menjual hewan yang bunting sah, tapi tidak sah bila yang dibeli hanya janinnya saja.

Wallahu A'lamu Bis Showaab

Link Diskusi:

Komentari

Lebih baru Lebih lama