0955. STATUS KEMAHROMAN MERTUA TIRI DSN MASALAH BATAL WUDHU BERSENTUHAN DENGANNYA




Pertanyaan:
Assalamualaikum para masyaikh yg ada dalam group ini...
Saya mau tanya sedikit tentang nawaqidhul wudhu'...
Kalau misalnya kita memiliki ibu mertua tiri (ayah kandung dari istri kita menikah dengan wanita lain) atau ayah mertua tiri,,, apakah batal wudhu' dengan sebab bersentuhan dengannya tanpa ha il...??
Dan apakah termasuk mahramkah ibu mertua tiri kita...

Mohon referensinya...??
[Rohmatulloh]

Jawaban:
Walaikumussalam

Ibu mertua tiri bukan termasuk mahram sehingga bersentuhan kulit dengannya tanpa penghalang menjadi batal.

Dasar keterangan:

«حول محرمية أم أبي زوجة»
سئل:
عافاء الله ونفعنا عن أم أبي زوجة هل تحرم على الزوج أم لا؟

فأجاب:
أن التحريم خاص بأم الزوجة وأمهاتها وإن علون فقط. أما زوجات أبيها الباقيات فلايحرمن علي الزوج. وذلك لفقد المعني الذي من أجله حرمت أم الزوجة في قوله تعالي”أمهات نسأئكم” وهو أن الله تعالي جعلها محرمة علي زوج بنتها بمجرد العقد علي البنت لاحتياجه اليها. بل لاضطراره اليها لتفريب وجهة النظر بينه وبين الزوجة وتوفير اسباب الألفة بينهما. وهذا المعني مفقود من بقية زوجات الأب لأنهن ضرائر لأمها فلا يسرهن صلاح حالها مع زوجها كما هو المعروف من طبيعة الحال والعرف. هذا هو جواب. والله اعلم بالصواب، وإليه المرج والمآب. وصلى الله على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه وسلم تسليما كثيرا. والحمد لله رب العالمين.
TENTANG KEMAHROMAN IBU AYAH ISTRI
Syeikh Ismail Zain ditanya: Tentang ibu istri ayah atau mahram bagi suami atau tidak?

Beliau menjawab:
Kemahroman ibu istri istri hanya khusus pada ibu dari istri dan nenek-neneknya sampai keatas saja, sedangkan istri-istri ayah (istri) yang lain bukan mahram, ini karena makna keharoman ibu istri pada firman Allah "Ibu-ibu istri" tidak mengarah kepada istri-istri mertua yang lain. Dalam ayat ini Alloh menjadikan mertua perempuannya mahrom bagi suami dari anaknya sendiri yang disebabkan terjadinya aqad atas sang anak perempuannya karena kebutuhan suami kepadanya...
[Qurroh al'Ain Bi Fatawa Ismail Zain Halaman 159, Al Maktabah Al Barokah]

Wallahu A'lamu Bis Showaab

[Ismidar Abdurrahman As-Sanusi]

Link Diskusi:

Link terkait:

Komentari

Lebih baru Lebih lama