1000. HUKUM MENCIUM WAJAH MAYIT (JENAZAH)




Pertanyaan:
Assalamu'alaikum .
Mau nanya ustadz ustadzah apakh benar kita tidak boleh mencium org yg mninggal dsaat kita menangis.kata nya kalo air mata kita sampai netes ke muka jenazah , bisa mnyebabkan jenazah kesakitan .mhon pnjelasannya mnurut hukum fiqh.
Terima kasih
[Fátth ïfäth]

Jawaban:
Walaikumussalam

Mencium wajah mayit berhukum sunah, baik mayitnya orang Sholeh atau bukan, bagi keluarganya meskipun orang lain, dengan syarat tidak membuat kegelisahan teramat sangat dan kecewa seperti yang dialami kebanyakan kaum wanita, dimana ketika mereka mencium ahli keluarganya yang meninggal mereka merasa gelisah semacam tidak Ridha, meratap dan sebagainya; bila ini terjadi hukumnya haram. Seyogyanya juga yang mencium itu sesama jenis bukan berlainan jenis dan para mahramnya. Memang ada sebagian pendapat yang mengatakan bila ahli keluarga sunah mencium wajah mayit, baik dia itu Sholeh atau tidak, sedangkan selain keluarganya bila dia itu Sholeh maka sunah dan bila dia bukan Sholeh maka makruh.

قَوْلُهُ وَلِنَحْوِ أَهْلِ مَيِّتٍ تَقْبِيلُ وَجْهِهِ) وَيَنْبَغِي نَدْبُهُ لِأَهْلِهِ وَنَحْوِهِمْ كَمَا قَالَهُ السُّبْكِيُّ وَجَوَازُهُ لِغَيْرِهِمْ وَلَا يُقْصَرُ جَوَازُهُ عَلَيْهِمْ وَفِي زَوَائِدِ الرَّوْضَةِ فِي أَوَائِلِ النِّكَاحِ وَلَا بَأْسَ بِتَقْبِيلِ وَجْهِ الْمَيِّتِ الصَّالِحِ فَقَيَّدَهُ بِالصَّالِحِ وَأَمَّا غَيْرُهُ فَيَنْبَغِي أَنْ يُكْرَهَ اهـ. م ر اهـ. ع ش وَلَعَلَّ مُرَادَهُ بِهَذَا الِاعْتِرَاضِ عَلَى الْمُصَنِّفِ حَيْثُ قَيَّدَ فِي مَقَامِ الْإِطْلَاقِ وَأَطْلَقَ فِي مَقَامِ التَّقْيِيدِ وَكُلٌّ مِنْهُمَا لَا يَحْسُنُ وَبَعْضُهُمْ دَفَعَ الِاعْتِرَاضَ بِأَنْ قَالَ قَوْلُهُ وَلِنَحْوِ أَهْلِ مَيِّتٍ تَقْبِيلُ وَجْهِهِ أَيْ نَدْبًا إنْ كَانَ صَالِحًا وَجَوَازًا إنْ لَمْ يَكُنْ وَأَمَّا غَيْرُ الْأَهْلِ فَإِنْ كَانَ صَالِحًا نُدِبَ لَهُمْ أَيْضًا وَإِلَّا كُرِهَ اهـ. شَيْخُنَا وَالْحَاصِلُ أَنَّهُ إنْ كَانَ صَالِحًا نُدِبَ تَقْبِيلُهُ مُطْلَقًا وَإِلَّا فَيَجُوزُ بِلَا كَرَاهَةٍ لِنَحْوِ أَهْلِهِ وَبِهَا لِغَيْرِهِمْ وَهَذَا مَحَلُّهُ فِي غَيْرِ مَنْ يَحْمِلُهُ التَّقْبِيلُ عَلَى جَزَعٍ أَوْ سَخَطٍ كَمَا هُوَ الْغَالِبُ مِنْ أَحْوَالِ النِّسَاءِ وَإِلَّا حَرُمَ. هَذَا حَاصِلُ مَا فِي الْإِيعَابِ وَيَنْبَغِي أَنْ يَكُونَ مَعَ اتِّحَادِ الْجِنْسِ لِانْتِفَاءِ الْمُرُوءَةِ أَوْ يَكُونَ ثَمَّ نَحْوُ مَحْرَمِيَّةٍ وَاَللَّهُ أَعْلَمُ اهـ. شَوْبَرِيٌّ
(Keterangan Pengarang "Dan bagi semacam keluarga mayit mencium wajah mayit") Seyogyanya kesunahan itu bagi keluarga mayit dan orang lain sebagaimana dikatakan Imam Subki dan tidak hanya keluarga mayit saja. Dalam kitab Zawaaid Roudhoh pada awal (pembahasan nikah) menyebutkan "Tidak mengapa mencium wajah mayit yang Sholeh", Ini dibatasi mayit itu Sholeh, sedangkan selainnya (tidak Sholeh) maka seyogyanya dimakruhkan, selesai keterangan Imam Romli dan Syibromalisy. Maksudnya berbenturan dengan apa yang diungkapkan pengarang ketika dibatasi yang dimutlakkan dan memutlakkan pada tempat yang dibatasi dan sebagian dari keduanya kurang bagus dan sebagian Ulama menepiskan perbenturan itu seperti keterangan Pengarang "Semacam keluarga mayit mencium wajahnya" artinya sunah jika dia Sholeh dan boleh meskipun tidak Sholeh. Sedangkan selain keluarga mayit, bila Sholeh sunah pula mencium wajahnya, bila tidak Sholeh maka Makruh, demikian keterangan Guru kita. Kesimpulannya ialah apabila dia Sholeh sunah menciumnya secara mutlak, dan bila tidak maka boleh tanpa dimakruhkan bagi semacam keluarganya dan selain keluarganya. Letak kesunahan dan kebolehan ini selain orang yang ketika menciumnya merasa kegelisahan dan ketidak relaan, ini sering terjadi pada keadaan wanita dan jika tidak maka diharamkan, kesimpulan ini dalam kitab Al Ii'aab seyogyanya beserta sesama jenis karena tiadanya merendahkan martabat atau semacam para mahram, dan Allah lebih mengetahui, selesai keterangan Syaubari.
[Hasyiyah al Jamal ala Syarh al Manhaj II/155]

Wallahu A'lamu Bis Showaab

Dijawab oleh (Ismidar Abdurrahman As-Sanusi)

Link Diskusi:

Komentari

Lebih baru Lebih lama