HUKUM BACAAN BILAL SHALAT TARAWIH
Sudah lumrah di sebagian daerah ketika pelaksanaan shalat tarawih setelah salam tiap-tiap dua raka'at ada Bilal melantunkan bacaan-bacaan tertentu. Daerah kami sendiri (Desa Cahaya Baru_Inhil_Riau) ada bacaan khusus. Bacaan tersebut sebagai berikut:
• Setelah shalat fardhu Isya' dan sebelum memulai shalat tarawih, Bilal mengucapkan:
صَلَاةُ الْقِيَامِ أَثَابَكُمُ.
Lalu membaca bersama-sama:
لَا إِلَهَ إِلّا اللّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ. لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ يُحْيِ َيُمِيْتُ وَهُوَ على كُلّ شئ قَدِيرٌ. Kemudian Bilal membaca:
اللّٰهُمَّ صَلِّى عَلَى سَيِّدِنَا مَحَمَّدٍ وَّعَلَى سَيِّدِنَا مَحَمَّدٍ.
Kemudian para jama'ah membaca:
صَلِّى اللّٰهُ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ.
• Kemudian setelah salam dua raka'at Bilal membaca:
فَضْلًا مِّنَ اللّٰهِ وَنِعْمَةً. وَمَغْفِرَةً لَا إِلَهَ إِلّا اللّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ. لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ يُحْيِ َيُمِيْتُ وَهُوَ على كُلّ شئ قَدِيرٌ.
Kemudian Bilal membaca sholawat seperti yang pertama:
اللّٰهُمَّ صَلِّى عَلَى سَيِّدِنَا مَحَمَّدٍ وَّعَلَى سَيِّدِنَا مَحَمَّدٍ.
Kemudian para jama'ah membaca:
صَلِّى اللّٰهُ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ.
• Kemudian setelah salam, Bilal membaca:
سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْمَعْبُوْدِ،
kemudian membaca bersama-sama:
سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْمَوْجُودِ، سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْحَيِّ الَّذِي لَا يَمُوُتُ وَلَا يَفُوْتُ أَبَدًا، سُبْحَانَ اللّٰهِ والْحَمْدُ لِلّٰهِ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللّٰهُ وَاللّٰهُ أَكْبَرُ. وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللّٰهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ.
Selanjutnya Bilal membaca:
اللّٰهُمَّ صَلِّى عَلَى سَيِّدِنَا مَحَمَّد.
Lalu para jama'ah membaca:
صَلِّى اللّٰهُ وَسَلَّمَ عَلَيْه.
Bilal membaca lagi:
اللّٰهُمَّ صَلِّى عَلَى سَيِّدِنَا مَحَمَّدٍ وَّعَلَى سَيِّدِنَا مَحَمَّدٍ.
Para jama'ah membaca lagi ucapan yang sama. Seterusnya Bilal membaca lagi:
اللّٰهُمَّ صَلِّى عَلَى سَيِّدِنَا مَحَمَّدٍ وَّعَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنا وَحَبِيْبِنَا وَشَفِيْعِنَا وَزُخْرِنَا وَمَوْلَنَا مَحَمَّدٍ.
Lalu para jama'ah membaca bacaan yang sama. Selanjutnya Bilal membaca doa:
بِسْمِ اللٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. (Baca pujian, sholawat, dan membaca):
اللّٰهُمَّ إِنَّا نَسْئَلُـكَ رِضَاكَ وَالْجَنَّة. وَنَعُوْذُ بِكَ سَخَطِكَ وَالنَّار. اللّٰهُمَّ إِنّٰك عَفُوٌّ كَرِيْمٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ عَنَّا بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرّٰحِمِيْنَ. وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ.
• Kemudian setelah salam lagi Bilal membaca :
فَضْلًا مِّنَ اللّٰهِ وَنِعْمَةً. وَمَغْفِرَةً لَا إِلَهَ إِلّا اللّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ. لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ يُحْيِ َيُمِيْتُ وَهُوَ على كُلّ شئ قَدِيرٌ.. dan seterusnya dan diikuti bacaan para jama'ah. Kemudian setelah itu berdiri shalat dan sesudah salam Bilal membaca sebelum doa tadi dan disertai doa, lalu berdiri dan seterusnya bacaan yang sama. Sebelum shalat sunah witir Bilal membaca :
صَلَاةُ الْوِتْرِ رَحَكُمُ اللّٰه. لَا إِلَهَ إِلّا اللّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ. لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ يُحْيِ َيُمِيْتُ وَهُوَ على كُلّ شئ قَدِير. وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللّٰهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ. Bacaan ini dibaca bersama-sama melainkan bacaan (صَلَاةُ الْوِتْرِ رَحَكُمُ اللّٰه.) Hanya Bilal yang membaca.
• setelah salam dua raka'at witir Bilal membaca sholawat lengkap yaitu:
اللّٰهُمَّ صَلِّى عَلَى سَيِّدِنَا مَحَمَّدٍ وَّعَلَى سَيِّدِنَا مَحَمَّدٍ.
Selanjutnya para jama'ah membaca:
صَلِّى اللّٰهُ وَسَلَّمَ عَلَيْه.
• Kemudian shalat lagi witir satu raka'at dan setelah salam ada bacaan khusus serta diakhiri dengan doa witir, selesai.
Ada pula masyarakat ada menentukan bacaan Bilal itu dengan membaca atau menyebut Khalifah yang empat, berikut bacaannya:
اَلْخَلِـيْفَةُ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَـيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى التَّحْقِـيْقِ , اَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنِ سَيِّدِنَا اَبُوْ بَكْرٍ نِالصِّدِّ يْقْ .
اَ لْخَلِـيْفَةُ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى الصِّدْقِ وَالصَّـوَابِ , اَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنِ سَيِّدِنَا عُمَرُ ا بْنِ الْخَطَّابِ.
اَ لْخَلِـيْفَةُ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ عَلَى جَمِيْعِ سُـوَارِ الْقُرْآنِ , اَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنِ سَيِّدِنَا عُثْمَانَ ا بْنِ عَفَّانِ .
اَ لْخَلِـيْفَةُ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَـيْهِ وَ سَلَّمَ عَلَى اِمَامِ الْمَشَارِقِ وَ الْمغَارِبِ , اَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنِ سَيِّدِنَا عَلِيِّ ا بْنِ اَبِى طَالِبِ .
Adapun praktek menyebut Khalifah Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam tersebut saya kurang tau karena daerah saya tidak memakainya. Itulah praktek bacaan Bilal shalat tarawih dan disertai witir. Untuk hukum perbuatan diatas sebenarnya tidak ada larangan dan juga tidak ada perintah syari'at karena memang tidak ada nas yang melarang maupun memerintahkan. Hanya saja karena didalamnya ada menyebutkan pembacaan sholawat dan sebagian daerah ada yang menentukan membaca atau menyebut Khalifah Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam maka dalam ranah Fikih Syafi'iyah ada Ulma yang khusus membicarakan masalah tersebut. Untuk pembacaan sholawat Nabi setelah salam tiap-tiap dua raka'at shalat tarawih nasnya tertulis dalam kitab Al Fatawa Al Fiqhiyyah Al Kubro karangan Imam Ibn Hajar Al Haitami seperti berikut:
وَسُئِلَ) فَسَّحَ اللَّهُ فِي مُدَّتِهِ هَلْ تُسَنُّ الصَّلَاةُ عَلَيْهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - بَيْنَ تَسْلِيمَاتِ التَّرَاوِيحِ أَوْ هِيَ بِدْعَةٌ يُنْهَى عَنْهَا؟
(فَأَجَابَ) بِقَوْلِهِ الصَّلَاةُ فِي هَذَا الْمَحَلِّ بِخُصُوصِهِ. لَمْ نَرَ شَيْئًا فِي السُّنَّةِ وَلَا فِي كَلَامِ أَصْحَابِنَا فَهِيَ بِدْعَةٌ يُنْهَى عَنْهَا مَنْ يَأْتِي بِهَا بِقَصْدِ كَوْنِهَا سُنَّةً فِي هَذَا الْمَحَلِّ بِخُصُوصِهِ دُونَ مَنْ يَأْتِي بِهَا لَا بِهَذَا الْقَصْدِ كَأَنْ يَقْصِدَ أَنَّهَا فِي كُلِّ وَقْتٍ سُنَّةٌ مِنْ حَيْثُ الْعُمُومُ بَلْ جَاءَ فِي أَحَادِيثَ مَا يُؤَيِّدُ الْخُصُوصَ
(Terjemahan bebas) “Imam Ibn Hajar Al Haitami ditanya: Apakah disunahkan sholawat Nabi shalallahu alaihi wasallam Antara salam-salam shalat tarawih atau perbuatan membacakan sholawat tersebut termasuk bid'ah yang dilarang?
Beliau menjawab: Bersholawat pada tempat ini secara khusus tidak dikatakan sunah juga tidak ada perkataan dari para sahabat kami (Ulama Syafi'iyah) yang mengatakan bid'ah yang dilarang, selagi tidak memaksudkan kesunahannya pada tempat khusus (seperti setelah salam shalat tarawih), tidak bagi orang yang memaksudkan selain tujuan ini, seperti memaksudkan bersholawat itu sunah bahkan telah datang hadits yang menyebutkan bersholawat ada waktu/tempat yang khusus”
[Al Fatawa Al Fiqhiyyah Al Kubro I/186]
Dari apa yang diterima oleh Imam Ibn Hajar Al Haitami diatas dapatlah diketahui bahwa membac sholawat setelah salam tiap-tiap dua raka'at shalat tarawih tidak dikatakan sunah karena memang tidak ada dalil yang menunjukkan kesunahannya, tapi juga tidak dikatakan bid'ah yang dilarang selagi tidak bertujuan atau menganggap bahwa bersholawat setelah salam tiap-tiap dua raka'at shalat tarawih itu sunah; bila ini terjadi termasuk bid'ah yang dilarang, seperti bertujuan atau menganggap bahwa bersholawat secara umum sunah termasuk secara umum itu setelah salam shalat tarawih. Jadi pembacaan Bilal yang membaca rangkaian pelaksanaan shalat tarawih berserta sholawat boleh dilakukan dan tidak dianggap dilarang asal tidak menganggap sunah perbuatan tersebut termasuk bersholawat. Sebab ada anjuran setelah shalat berdoa dan doa selepas shalat itu ada kesunahan membaca sholawat sebelum doa', tapi jelasnya ini bermaksud sholawat dalam rangkaian doa bukan selainnya. Jadi jelaslah bahwa pembacaan oleh Bilal sholat tarawih dan aneka bacaan yang lain termasuk doa padanya tidak ada larangan tetapi bukan merupakan sunah, yang mana kalau ditinggalkan tidak masalah dan bagi yang mengerjakan juga tidak masalah, terlebib perbuatan demikian dilakukan setelah salam shalat tarawih itu sebagai bentuk pujian dan menyanjung Rasulullah dan berdoa kepada Allah karenanya bukanlah sebuah larangan, ada hadits yang menyebutkan membaca bacaan yang kuat yang mana bertujuan memberikan semangat diperbolehkan sebab termasuk perbuatan mengusir setan dan menghilangkan kantuk, terutama shalat tarawih merupakan shalat yang lama karena banyak rakaatnya, dengan adanya pembacaan yang dilakukan Bilal dan para jama'ah membuat semangat menjalankan qiyamullail, beda kalau tidak ada aneka bacaan shalat aja kerjanya tentu cepat terasa ngantuk dan sebagainya.
Uraian yang disebutkan Imam Ibn Hajar Al Haitami diatas cuma membicarakan masalah sholawat Nabi setelah salam tiap-tiap dua raka'at shalat tarawih, ternyata tentang membaca atau menyebutkan nama Khalifah Rasulullah antara salam tiap-tiap dua raka'at shalat tarawih juga sudah diuraikan Ulama Syafi'iyah yang lain, beliau itu adalah Syekh Ba'alawi Al Hadhromi, pengarang kitab Bughyah al Mustarsyidiin, beliau menyatakan:
وأما الترضي عن الصحابة فلم يرد بخصوصه هنا كبين تسليمات التراويح، بل هو بدعة إن أتى به يقصد أنه سنة في المحل بخصوصه، لا إن أتى به بقصد كون سنة من حيث عموم لإجماع المسلمين على سنّ الترضي عنهم، ولعل حكمة في الترضي عنهم وعن العلماء والصلحاء التنويه بعلوّ شأنهم والتنبيه بعظم مقامهم
“Adapun Tarodhi (menyebut Radhiallahu Anhu/m) dari para sahabat maka tidak ada warid (disebutkan secara jelas) khusus seperti Antara salam shalat tarawih bahkan termasuk bid'ah jika bertujuan menunjukkan sunah pada tempat yang khusus itu, (tidak termasuk bid'ah) jika bertujuan keberadaan sunahnya ungkapan tersebut ketika secara umum berdasarkan Ijma' orang Islam akan kesunahan menyebut Tarodhi dari mereka...dst”.
[Bughyah al Mustarsyidiin Halaman 61]
Dari keterangan Syeikh Ba'alawi Al Hadhromi diatas tidak jauh beda dengan keterangan Imam Ibn Hajar Al Haitami diawal, bahwa menyebutkan atau membaca nama atau ungkapan "Semoga Allah meridhoi mereka" untuk para sahabat antara tiap-tiap salam shalat tarawih bukan merupakan sunah bahkan menjadi bid'ah bila bertujuan ungkapan itu sunah diucapkan pada tempat yang khusus seperti setelah salam shalat tarawih, tapi bila tidak bertujuan sunah pada tempat yang khusus yakni bertujuan sunah secara umum tidaklah dikatakan bid'ah.
Dari pemaparan di atas dapat diraih kesimpulan bahwa bacaan Bilal shalat tarawih mulai dari awal, tsana' sampai doa bukan merupakan perkara sunah dan juga bukan merupakan hal yang terlarang, boleh dilakukan asal tidak menganggap perbuatan demikian ada kesunahan yang khusus saat setelah salam shalat tarawih. Sedangkan bacaan sholawat yang dimulai sebelum berdoa shalat tarawih tidak diragukan kesunahannya demikian pula berdoa setelah shalat tarawih sebab memang ada kesunahan berdoa setelah salam. Semoga uraian ini bisa menjadi referensi atau setidaknya bisa dijadikan sandaran bagi sebagian daerah yang menggunakan Bilal shalat tarawih. Semoga bermanfaat.
Wallahu A'lamu Bis Showaab
(By : Ismidar Abdurrahman As-Sanusi)