1014. KEBERADAAN RUH SAAT TIDUR DAN APAKAH RASULULLAH PERNAH MENGUMANDANGKAN ADZAN?




Pertanyaan:
>> Cinta Istiqomah
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh 

Izin bertanya para guru Ustadz/Ustazah

1.Di mana RUH pergi saat kita tidur?
2.apakah Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa'sallam tidak pernah Azan? 

Mohon penjelasannya....

Jawaban:
Walaikumussalam

1. Ruh orang meninggal berada pada tempat tertinggi yang dikehendaki oleh Allah dan ruh itu kembali kepada jasad pada waktu yang dikehendaki oleh Allah.

2. Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam tidak pernah adzan kecuali :
• Saat Safar berdasarkan hadits riwayat Tirmidzi
• Ketika Sayyidah Fatimah melahirkan Hasan dan Husain. Selengkapnya silahkan simak diskusi dibawah 👇

>> Muhammad Wgn
Wa alaikumus salaam...

1. Saya pernah menemukan masalah ruhnya orang yang tidur,, di cetakan durrotun Nasihin.. bahwa yang keluar dari orang tidur bukan ruh, tapi akal dan Rowan, yang bertempat di antara dua mata. Jadi ruh orang yang tidur masih bertempat di jasadnya... 

2.
قَالَ الشَّيْخُ عَبْدُ اللهِ الشَّرْقَاوِيُّ فِى حَاشِيَةِ التَّحْرِيرِ: أَذَّنَ صلى الله عليه وسلم مَرَّةً فِى سَفَرِهِ فَقَالَ فِيهِ: أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ، وَقِيلَ: أَشْهَدُ أَنِّي رَسُولُ اللهِ

Artinya, “Syekh Abdullah Asy-Syarqawi di dalam kitab Hasyiyatut Tahrir berkata, ‘Rasulullah SAW pernah sekali melakukan azan ketika dalam perjalanan. Kemudian dalam azan tersebut beliau mengumandangkan, ‘Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah. Dan pendapat lain (qila) beliau mengucapakan, ‘Asyhadu anni Muhammadar Rasulullah,’” (Lihat Kiai Muhajirin Amsar Bekasi, Misbahuz Zhalam Syarhu Bulughil Maram, [Jakarta, Darul Hadits: 2014 M/1435 H], jilid I, halaman 139).

>> Ismidar Abdurrahman As-Sanusi
Walaikumussalam

1. Kemanakah ruh kita pergi saat tidur?

Sehubungan dengan pertanyaan tersebut diatas, dalam Al Qur'an Allah menegaskan:

اللَّهُ يَتَوَفَّى الْأَنْفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا فَيُمْسِكُ الَّتِي قَضَى عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ الْأُخْرَى إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

“Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) ruh (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; Maka Dia tahanlah ruh (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan ruh yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda- tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.” (QS. Az-Zumar : 39/42)

Berdasarkan ayat Mulia diatas Imam Al Hafidz Ibn Katsir menyebutkan bahwa ruh orang mati dan ruh orang hidup yaitu ruh orang ketika tidur berkumpul di tempat tertinggi; hal ini hanya Allah yang mengetahui hakikatnya. Kemudian ruh orang mati Allah tahan dan ruh orang tidur kembali ke jasadnya.

قال تبارك وتعالى: اللَّهُ يَتَوَفَّى الْأَنْفُسَ حِينَ مَوْتِها وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنامِها فَيُمْسِكُ الَّتِي قَضى عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ الْأُخْرى إِلى أَجَلٍ مُسَمًّى فِيهِ دلالة على أنه تَجْتَمِعُ فِي الْمَلَأِ الْأَعْلَى كَمَا وَرَدَ بِذَلِكَ الْحَدِيثُ الْمَرْفُوعُ الَّذِي رَوَاهُ ابْنُ مَنْدَهْ وَغَيْرُهُ. -الى أن قال- وقال بعض السلف تقبض أَرْوَاحَ الْأَمْوَاتِ إِذَا مَاتُوا وَأَرْوَاحَ الْأَحْيَاءِ إِذَا نَامُوا فَتَتَعَارَفُ مَا شَاءَ اللَّهُ تَعَالَى أَنْ تَتَعَارَفَ فَيُمْسِكُ الَّتِي قَضى عَلَيْهَا الْمَوْتَ الَّتِي قَدْ مَاتَتْ وَيُرْسِلُ الْأُخْرَى إِلَى أَجَلٍ مُسَمَّى.
[Tafsir Ibn Katsir VII/91]

Yang menunjukkan ruh orang tidur keluar dari tubuh orang yang tidur merupakan keterangan Imam Qurthubiy dalam tafsirnya yang mengutif pernyataan Ibn Abbas (Sahabat Rasulullah) dan para Mufassir yang lain, ruh itu saling kenal mengenal pada tempat yang dikehendaki oleh Allah dan ketika ruh itu mau kembali ke jasadnya maka Allah menahan ruh orang yang sudah mati dan mengutus ruh orang yang tidur kembali ke jasadnya. Dengan keterangan ini kurang tepat orang yang mengatakan ruh orang tidur masih menetap di jasad, yang ada keterangan para Mufassir malah sebaliknya, ruh itu keluar dan menuju tempat yang dikehendaki oleh Allah, kemudian pada waktu yang dikehendaki Allah ruh itu kembali ke jasadnya.

وَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ وَغَيْرُهُ مِنَ الْمُفَسِّرِينَ: إِنَّ أَرْوَاحَ الْأَحْيَاءِ وَالْأَمْوَاتِ تَلْتَقِي فِي الْمَنَامِ فَتَتَعَارَفُ مَا شَاءَ اللَّهُ مِنْهَا، فَإِذَا أَرَادَ جَمِيعُهَا الرُّجُوعَ إِلَى الْأَجْسَادِ أَمْسَكَ اللَّهُ أَرْوَاحَ الْأَمْوَاتِ عِنْدَهُ، وَأَرْسَلَ أَرْوَاحَ الْأَحْيَاءِ إِلَى أَجْسَادِهَا. وَقَالَ سَعِيدُ بْنُ جُبَيْرٍ: إِنَّ اللَّهَ يَقْبِضُ أَرْوَاحَ الْأَمْوَاتِ إِذَا مَاتُوا، وَأَرْوَاحَ الْأَحْيَاءِ إِذَا نَامُوا، فَتَتَعَارَفُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَتَعَارَفَ" فَيُمْسِكُ الَّتِي قَضى عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ الْأُخْرى " أَيْ يُعِيدُهَا.
[Tafsir Al Qurthubiy XVI/260]

Wallahu A'lamu Bis Showaab

°°°°°°°°°°

2. Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam tidak pernah mengumandangkan adzan dengan alasan:
• Apabila Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam mengumandangkan adzan niscaya wajib orang mendengarnya mendatangi panggilan itu.

• Rasulullah sibuk mengurus urusan yang lebih penting dari pada mengumandangkan adzan.

Dengan demikian, Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam tidak pernah mengumandangkan adzan.

فإن قيل: أنه - صلى الله عليه وسلم - كان يؤم ولم يؤذن.
أجيب: بأنه عليه السلام كان مشغولا بما هو أهم، أو أنه لو أذن لوجب الحضور على كل من سمعه.
[I'aanah at Tholibin I/265]

فَإِنْ قِيلَ: إنَّهُ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - كَانَ يَؤُمُّ وَلَمْ يُؤَذِّنْ. قِيلَ لِأَنَّهُ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - كَانَ مَشْغُولًا بِمَا هُوَ أَهَمُّ، وَأَنَّهُ لَوْ أَذَّنَ لَوَجَبَ الْحُضُورُ عَلَى كُلِّ مَنْ سَمِعَهُ حَتَّى الَّذِي يَخْبِزُ فِي التَّنُّورِ وَإِنْ أَدَّى الْحُضُورُ إلَى تَلَفِ الْخُبْزِ
[Hasyiyah Bujairomi ala al Khothib II/248]

وَيُؤَيِّدُ قَوْلَ مَنْ قَالَ: إنَّ الْإِمَامَةَ أَفْضَلُ أَنَّ النَّبِيَّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - وَالْخُلَفَاءَ الرَّاشِدِينَ بَعْدَهُ أَمُّوا وَلَمْ يُؤَذِّنُوا وَكَذَا كِبَارُ الْعُلَمَاءِ بَعْدَهُمْ.
[Nailul Author II/42]

Wallahu A'lamu Bis Showaab

Nambahin dikit supaya lengkap 👇

Menyambung pernyataan Kang Muhammad Wgn  yang mengutip pernyataan Syekh Syarqowi dalam kitab Hasyiyahnya yang menyebutkan Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam pernah melantunkan adzan pada saat Safar. Saya tidak tahu betul apakah ungkapan itu memang dari Syekh Syarqowi atau bukan sebab kitabnya tidak ada pada saya. Katakanlah betul itu pendapat Syeikh Syarqowi; berarti pernyataan beliau sesuai dengan pendapat Imam Nawawi; Imam Nawawi mengambil dalil dari hadits yang diriwayatkan Imam Tirmidzi dalam sunannya yang bersumber dari Riwayat Abu Hurairah yang menyebutkan Rasulullah melantunkan adzan pada saat Safar, hanya saja Imam Al Hafidz Ibn Hajar menolaknya itu dari Riwayat Abu Hurairah, tetapi beliau menyatakan riwayat Yu'la bin Murrah. Meskipun demikian, Imam Nawawi menilai hadits tersebut Kokoh kedudukannya karenanya beliau menetapkan Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam pernah melantunkan adzan pada saat Safar.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam tidak pernah mengumandangkan adzan kecuali:
• Pada saat Safar berdasarkan hadits riwayat Tirmidzi
• Ketika Lahirnya Hasan dan Husain tatakala Sayyidah Fatimah melahirkan keduanya.

Selain daripada dua keadaan diatas Nabi tidak pernah mengumandangkan azan. Sedangkan ungkapan kebanyakan Ulama Syafi'iyah Nabi tidak pernah mengumandangkan adzan itu diarahkan pada saat shalat fardhu tanpa bepergian, atau secara umum; sedangkan pada dua keadaan diatas ada Nas yang menunjukkan karenanya sebagian Ulama seperti Imam Nawawi menetapkan Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam pernah mengumandangkan adzan ketika Safar, dan ada juga hadits yang menunjukkan beliau mengazani cucunya Hasan dan Husain tatakala Sayyidah Fatimah melahirkan keduanya.

Wallahu A'lamu Bis Showaab

Maraji' :

📖 تحفة الأحوذي شرح السنن الترمذي ج ٢ ص ٣٨٠-٣٨١
فَأَذَّنَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) مِنَ التَّأْذِينِ قَالَ السُّيُوطِيُّ فِي قُوتِ الْمُغْتَذِي اسْتَدَلَّ بِهَذَا الْحَدِيثِ النَّوَوِيُّ وَغَيْرُهُ عَلَى أنه صلى الله عليه وسلم باشر الْأَذَانَ بِنَفْسِهِ وَعَلَى اسْتِحْبَابِ الْجَمْعِ بَيْنَ الْأَذَانِ وَالْإِمَامَةِ ذَكَرَهُ فِي شَرْحِ الْمُهَذَّبِ مَبْسُوطًا وَفِي الروضة مختصرا ووردت رواية أخرى مريحة ذلك فِي سُنَنِ سَعِيدِ بْنِ مَنْصُورٍ
وَمَنْ قَالَ إِنَّهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمْ يُبَاشِرْ هَذِهِ الْعِبَادَةَ بِنَفْسِهِ وَأَلْغَزَ فِي ذَلِكَ بِقَوْلِهِ ماسنة أَمَرَ بِهَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَمْ يَفْعَلْهَا فَقَدْ غَفَلَ وَقَدْ بُسِطَتِ الْمَسْأَلَةُ فِي شَرْحِ الْمُوَطَّأِ وَفِي حَوَاشِي الرَّوْضَةِ انْتَهَى كلام السيوطي في قوت المغتذي
وقال القارىء فِي الْمِرْقَاةِ جَزَمَ النَّوَوِيُّ بِأَنَّهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَذَّنَ مَرَّةً فِي السَّفَرِ وَاسْتَدَلَّ لَهُ بِخَبَرِ التِّرْمِذِيِّ وَرُدَّ بِأَنَّ أَحْمَدَ أَخْرَجَهُ فِي مُسْنَدِهِ مِنْ طَرِيقِ التِّرْمِذِيِّ فَأَمَرَ بِلَالًا فَأَذَّنَ وَبِهِ يُعْلَمُ اخْتِصَارُ رِوَايَةِ التِّرْمِذِيِّ وَأَنَّ مَعْنَى أَذَّنَ فِيهَا أَمَرَ بِلَالًا بِالْأَذَانِ كَبَنَى الْأَمِيرُ الْمَدِينَةَ وَرَوَاهُ الدَّارَقُطْنِيُّ أَيْضًا بِلَفْظِ فَأَمَرَ بِلَالًا فَأَذَّنَ قَالَ السُّهَيْلِيُّ وَالْمُفَصَّلُ يَقْضِي عَلَى المجمل انتهى
وقال الحافظ بن حَجَرٍ فِي فَتْحِ الْبَارِي وَمِمَّا كَثُرَ السُّؤَالُ عَنْهُ هَلْ بَاشَرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْأَذَانَ بِنَفْسِهِ وَقَدْ وَقَعَ عِنْدَ السُّهَيْلِيِّ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَذَّنَ فِي السَّفَرِ وَصَلَّى بِأَصْحَابِهِ وَهُمْ عَلَى رَوَاحِلِهِمْ السَّمَاءُ مِنْ فَوْقِهِمْ وَالْبِلَّةُ مِنْ أَسْفَلِهِمْ أَخْرَجَهُ التِّرْمِذِيُّ مِنْ طَرِيقٍ تَدُورُ عَلَى عُمَرَ بْنِ الرَّمَّاحِ يَرْفَعُهُ إِلَى أَبِي هُرَيْرَةَ اه
وَلَيْسَ هُوَ مِنْ حَدِيثِ أَبِي هُرَيْرَةَ وَإِنَّمَا هُوَ مِنْ حَدِيثِ يَعْلَى بْنِ مُرَّةَ
وَكَذَا جَزَمَ النَّوَوِيُّ بِأَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَذَّنَ مَرَّةً فِي السَّفَرِ وَعَزَاهُ لِلتِّرْمِذِيِّ وَقَوَّاهُ وَلَكِنْ وَجَدْنَاهُ فِي مُسْنَدِ أَحْمَدَ مِنَ الْوَجْهِ الَّذِي أَخْرَجَهُ التِّرْمِذِيُّ وَلَفْظُهُ فَأَمَرَ بِلَالًا فَأَذَّنَ فَعَرَفَ أَنَّ فِي رِوَايَةِ التِّرْمِذِيِّ اخْتِصَارًا وَأَنَّ مَعْنَى قَوْلِهِ أَذَّنَ أَمَرَ بِلَالًا بِهِ كَمَا يُقَالُ أَعْطَى الْخَلِيفَةُ الْعَالِمَ الْفُلَانِيَّ أَلْفًا وَإِنَّمَا بَاشَرَ الْعَطَاءَ غَيْرُهُ وَنُسِبَ لِلْخَلِيفَةِ لِكَوْنِهِ آمِرًا بِهِ انْتَهَى كَلَامُ الْحَافِظِ

Link Diskusi:


Komentari

Lebih baru Lebih lama