Pertanyaan:
Hadist Hari Ini
Ahad 03 Sya'ban 1443
عن أبي جُحَيْفَةَ وهبِ بنِ عبد اللَّه رضي اللَّه عنه قال: قال رسولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم: «لا آكُلُ مُتَّكِئاً» رواه البخاري.
Dari Sayyidina Abu Juhaifah yaitu Wahab bin Abdullah رضي اللَّهُ عنه berkata : "Baginda Rasulullah صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم bersabda yang maksudnya : "Saya tidak akan makan sambil bersandar -muttaki'-."
ASH-SHOFWAH AL-MALIKIYYAH
Himpunan Alumni Abuya Almaliki
*Sebarkan KEBENARAN dan KEBAIKAN bukan KEBOHONGAN dan KEJELEKAN*
كفى بالمرء كذبا أن يحدث بكل ما سمع رواه مسلم
Seorang bisa dikatakan PENDUSTA dan PEMBOHONG jika membicarakan setiap apa yang di dengar tanpa mencari kebenarannya
•••
ustadz...berarti mkn dg bersandar di dinding kurang baik yah.😔😔.saya kalau mkn cari sandaran dinding....😔😔
[Kurniawati]
Jawaban:
Hadits yang dikutip bunda Kurniawati memang tersebut dalam Shahih Bukhari berikut teksnya:
عَنْ عَلِيِّ بْنِ الأَقْمَرِ، عَنْ أَبِي جُحَيْفَةَ، قَالَ: كُنْتُ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ لِرَجُلٍ عِنْدَهُ: «لاَ آكُلُ وَأَنَا مُتَّكِئٌ»
Dari Ali Bin Al Aqmar dari Abu Juhaifah ia berkata : Aku berada didekat Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam maka beliau bersabda kepada seorang laki-laki yang berada di dekat beliau "Saya tidak makan sedangkan saya bersandar" (HR. Bukhari dalam shahihnya , kitab makanan, bab makan bersandar hadits nomor 5399, Juz 7 Halaman 72, Al Maktabah As-Syamilah)
Apa makna makanan bersandar yaitu di istilahkan dengan ITTIKA'?
Imam Ibn Hajar Al Asqolani dalam karyanya Fathul Bari Syarh Shahih Bukhari menyebutkan makna bersandar atau ITTIKA' itu, beliau mengungkapkan Ulama berselisih pendapat tentang maknanya tapi yang disimpulkan Imam Ibn Hajar Al Asqolani segala bentuk yang berpengertian bersandar, ada pula Ulama mengatakan duduk dengan condong pada salah satu sisi, dan ada juga yang mengatakan duduk dengan bersandar pada tangan kirinya.
Terlepas dari Khilaf tersebut maka bagaimana bentuknya yang berpengertian bersandar maka sudah masuk keumuman hadits tersebut termasuk bersandar di dinding.
Lalu apa hukum makan sambil bersandar? Imam Ibn Hajar Al Asqolani mengungkapkan bahwa Ibn Al Qos menganggap larangan itu hanya khusus bagi diri Nabi, tapi Imam Al Baihaqi membatahnya menurut beliau makan dengan bersandar hukumnya makruh selain Nabi karena cara makan yang demikian berasal dari para raja non Arab. Namun, itu ditujukan bagi orang yang bisa makan dengan posisi selain demikian, jika tidak maka tidak dimakruhkan. Namun demikian, para Ulama Salaf melakukan makan dengan posisi tersebut, tapi Al Baihaqi memaknai perbuatan Ulama Salaf tersebut saat dharurat, tapi Ibn Hajar Al Asqolani membatahnya karena ada satu riwayat yang secara jelas menunjukkan kebolehan makan sambil bersandar, yang jelas kebolehannya secara mutlak. Hanya saja, Imam Ibn Hajar Al Asqolani menyimpulkan bahwa makan dengan posisi bersandar tersebut makruh atau khilaf Al Aula (menyalahi yang utama) maka cara makan yang disunahkan ialah dengan menekuk kedua lutut dan menduduki bagian dalam telapak kaki atau dengan menegakkan kaki kanan dan menduduki kaki kiri.
Alasan dilarangnya makan dengan posisi bersandar karena dikhawatirkan perut bertambah buncit atau cara makan seperti itu merupakan cara banyak makan, ini sebabnya dilarang karena akan menyebabkan badan berat dan jadi malas.
Dengan uraian panjang lebar diatas dapat disimpulkan Bahwa makan dengan posisi bersandar, walaupun bagaimana cara duduknya kurang baik, makruh dan menyalahi yang utama, alasannya membuat perut tambah buncit atau posisi makan tersebut merupakan posisi banyak makan yang kurang baik dari segi kesehatan sebaiknya dihindari.
Wallahu A'lamu Bis Showaab
Maraji' :
فتح الباري شرح صحيح البخاري لإبن حجر ج ٩ ص ٥٤١-٥٤٢
وَاخْتُلِفَ فِي صِفَةِ الِاتِّكَاءِ فَقِيلَ أَنْ يَتَمَكَّنَ فِي الْجُلُوسِ لِلْأَكْلِ عَلَى أَيِّ صِفَةٍ كَانَ وَقِيلَ أَنْ يَمِيلَ عَلَى أَحَدِ شِقَّيْهِ وَقِيلَ أَنْ يَعْتَمِدَ عَلَى يَدِهِ الْيُسْرَى مِنَ الْأَرْضِ قَالَ الْخَطَّابِيُّ تَحْسَبُ الْعَامَّةُ أَنَّ الْمُتَّكِئَ هُوَ الْآكِلُ عَلَى أَحَدِ شِقَّيْهِ وَلَيْسَ كَذَلِكَ بَلْ هُوَ الْمُعْتَمِدُ عَلَى الْوِطَاءِ الَّذِي تَحْتَهُ قَالَ وَمَعْنَى الْحَدِيثِ إِنَى لَا أَقْعُدُ مُتَّكِئًا عَلَى الْوِطَاءِ عِنْدَ الْأَكْلِ فِعْلَ مَنْ يَسْتَكْثِرُ مِنَ الطَّعَامِ فَإِنِّي لَا آكُلُ إِلَّا الْبُلْغَةَ مِنَ الزَّادِ فَلِذَلِكَ أَقْعُدُ مُسْتَوْفِزًا..... قُلْتُ وَفِي هَذَا إِشَارَةٌ مِنْ مَالِكٍ إِلَى كَرَاهَةِ كُلِّ مَا يُعَدُّ الْآكِلُ فِيهِ مُتَّكِئًا وَلَا يَخْتَصُّ بِصِفَةٍ بِعَيْنِهَا وَجَزَمَ بن الْجَوْزِيّ فِي تَفْسِير الاتكاء بِأَنَّهُ الْميل عَلَى أَحَدِ الشِّقَّيْنِ وَلَمْ يَلْتَفِتْ لِإِنْكَارِ الْخَطَّابِيُّ ذَلِك وَحكى بن الْأَثِيرِ فِي النِّهَايَةِ إِنَّ مَنْ فَسَّرَ الِاتِّكَاءَ بِالْمِيلِ عَلَى أَحَدِ الشِّقَّيْنِ تَأَوَّلَهُ عَلَى مَذْهَبِ الطِّبِّ بِأَنَّهُ لَا يَنْحَدِرُ فِي مَجَارِي الطَّعَامِ سَهْلًا وَلَا يُسِيغُهُ هَنِيئًا وَرُبَّمَا تَأَذَّى بِهِ وَاخْتَلَفَ السَّلَفُ فِي حُكْمِ الْأَكْلِ مُتَّكِئًا فَزَعَمَ بن الْقَاصِّ أَنَّ ذَلِكَ مِنَ الْخَصَائِصِ النَّبَوِيَّةِ وَتَعَقَّبَهُ الْبَيْهَقِيُّ فَقَالَ قَدْ يُكْرَهُ لِغَيْرِهِ أَيْضًا لِأَنَّهُ مِنْ فِعْلِ الْمُتَعَظِّمِينَ وَأَصْلُهُ مَأْخُوذٌ مِنْ مُلُوكِ الْعَجَمِ قَالَ فَإِنْ كَانَ بِالْمَرْءِ مَانِعٌ لَا يَتَمَكَّنُ مَعَهُ مِنَ الْأَكْلِ إِلَّا مُتَّكِئًا لَمْ يَكُنْ فِي ذَلِكَ كَرَاهَةٌ ثُمَّ سَاقَ عَنْ جَمَاعَةٍ مِنَ السَّلَفِ أَنَّهُمْ أَكَلُوا كَذَلِكَ وَأَشَارَ إِلَى حَمْلِ ذَلِكَ عَنْهُمْ عَلَى الضَّرُورَة وَفِي الْحمل نظر وَقد اخْرُج بن أبي شيبَة عَن بن عَبَّاسٍ وَخَالِدِ بْنِ الْوَلِيدِ وَعَبِيدَةَ السَّلْمَانِيِّ وَمُحَمَّدِ بْنِ سِيرِينَ وَعَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ وَالزُّهْرِيِّ جَوَازَ ذَلِكَ مُطْلَقًا وَإِذَا ثَبَتَ كَوْنُهُ مَكْرُوهًا أَوْ خِلَافُ الْأَوْلَى فَالْمُسْتَحَبُّ فِي صِفَةِ الْجُلُوسِ لِلْآكِلِ أَنْ يَكُونَ جَاثِيًا عَلَى رُكْبَتَيْهِ وَظُهُورُ قَدَمَيْهِ أَوْ يَنْصِبُ الرِّجْلَ الْيُمْنَى وَيَجْلِسُ عَلَى الْيُسْرَى
(Dijawab oleh: Ismidar Abdurrahman As-Sanusi Via Group WA)