1108. HUKUM MENCICIPI MAKANAN SAAT PUASA




Pertanyaan:
Assalamualaikum...

Klu lagi puasa nyicip masakan di ujung lidah dan langsung di ludahin...itu bagaimana ya?
[Dari: Rani Suryani Via Facebook Group Tanya Jawab berdasarkan Qur'an dan hadits]

Jawaban:
Walaikumussalam

Menurut kalangan Syafi'iyah makruh bagi orang puasa mencicipi masakan meskipun langsung dikeluarkan, namun kalau ada tujuan seperti memamahkan makanan untuk bayi atau bagi pemasak masakan maka tidak lagi makruh. Tapi bila ada sesuatu yang masuk di tenggorokan batal puasanya, sedangkan alasan Madzhab Syafi'i yang mengatakan makruh perbuatan diatas sebab ditakutkan apa yang dicicipi atau yang di mamahkan masuk di tenggorokan.

Dasar Pengambilan Hukum:

الثَّانِيَةُ) يُكْرَهُ لَهُ مَضْغُ الْخُبْزِ وَغَيْرِهِ مِنْ غَيْرِ عُذْرٍ وَكَذَا ذَوْقُ الْمَرَقِ وَالْخَلِّ وَغَيْرِهِمَا فَإِنْ مَضَغَ أَوْ ذَاقَ وَلَمْ يَنْزِلْ إلَى جوفه شئ مِنْهُ لَمْ يُفْطِرْ فَإِنْ احْتَاجَ إلَى مَضْغِهِ لِوَلَدِهِ أَوْ غَيْرِهِ وَلَمْ يَحْصُلْ الِاسْتِغْنَاءُ عَنْ مَضْغِهِ لَمْ يُكْرَهْ لِأَنَّهُ مَوْضِعُ ضَرُورَةٍ وَرَوَى الْبَيْهَقِيُّ بِإِسْنَادِهِ الصَّحِيحِ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّهُ قَالَ " لَا بَأْسَ أَنْ يتطاعم الصائم بالشئ " يعني المرقة ونحوها
KEDUA: Makruh mengunyah roti dan selainnya bagi orang puasa tanpa udzur, demikian pula menghirup kuah, cuka dan lain sebagainya, jika mengunyah atau mencicipi makanan dan belum sampai ke tenggorokannya sesuatu darinya maka tidak membatalkan puasa, sedangkan bila dibutuhkan mengunyah untuk anaknya dan lain sebagainya tidak makruh karena dharurat, diriwayatkan dari Ibnu Abbas Radhiallahu'Anhuma ia berkata: "Tidak mengapa orang puasa menghirup Sesuatu makanan"(HR. Baihaqi dengan sanad yang Shahih), yakni yakni kuah dan semisalnya.
[Al Majmuu' Syarh al Muhadzdzab VI/354]

وكذلك يكره [له] مضغ الخبز وغيره، اللهم إلا أن يكون له ولد صغير، ليس له من يمضغ له غيره، فلا يكره له للحاجة.
Demikian pula makruh mengunyah roti dan selainnya kecuali ada anak yang kecil yang tidak ada orang yang mengunyahkan makanan untuknya maka tidak makruh karena ada hajat.
[Kifaayah an Nabih Fii Syarh at Tanbih VI/362]

قال: (وذوق الطعام) خوفًا من وصوله إلى حلقه، ولو قال: (والذوق) كان أعم. ويكره مضغ الخبز وغيره إلا أن يحتاج إلى ذلك لطفل ونحوه.
Berkata Mushonnif: Dan mencicipi makanan) sebab dikhawatirkan sampainya ke tenggorokannya. Dimakruhkan mengunyah roti dan selainnya kecuali ada keperluan untuk itu seperti mengunyahkan untuk bayi dan semisalnya.
[An Najm al Wahhaj Fii Syarh al Manhaj III/324]

قَوْلُهُ بَلْ يُكْرَهُ إلَخْ) نَعَمْ إنْ احْتَاجَ إلَى مَضْغِ نَحْوِ خُبْزٍ لِطِفْلِ لَمْ يُكْرَهُ نِهَايَةٌ وَإِيعَابٌ قَالَ ع ش 
(Ucapan Mushonnif: Bahkan Makruh) Memang! jika diperlukan mengunyah semisal roti untuk anak kecil tidak makruh demikian dari keterangan Kitab Nihaayah, I'aab dan Syibromalisy.
[Hasyiyah as Syarwani III/425]

قَوْلُهُ: (وَذَوْقِ الطَّعَامِ) نَعَمْ لَا كَرَاهَةَ فِيهِ لِحَاجَةٍ كَمَضْغٍ لِطِفْلٍ. 
(Ucapan Mushonnif: Dan mencicipi makanan) Memang! Tidak makruh saat ada hajat seperti mengunyahkan makanan untuk bayi.
[Hasyiyah al Qulyubi II/79]

قَوْلُهُ: وَهُوَ مَكْرُوهٌ) وَكَذَا الذَّوْقُ مَكْرُوهٌ أَيْضًا اهـ رَشِيدِيٌّ وَهَذَا إذَا كَانَ لِغَيْرِ حَاجَةٍ أَمَّا لَهَا فَلَا يُكْرَهُ 
(Ucapan Mushonnif: Yaitu Makruh [Mengunyah makanan]) demikian pula mencicipi makanan makruh juga demikian Keterangan Rasyidi, ini selagi tanpa hajat sedangkan bila ada hajat tidak lagi makruh.
[Hasyiyah al Jamal ala Syarh al Manhaj II/369]

وَمَحَلُّهُ إنْ لَمْ يَنْفَصِلْ شَيْءٌ مِنْ الْمَعْلُوكِ وَإِلَّا أَفْطَرَ قَطْعًا ق ل.
Letak (kemakruhan mengunyah makanan) tersebut selagi tidak sampai Sesuatu yang dikunyah di tenggorokan, bila sampai batal secara pasti, demikian keterangan Syeikh Qulyubi.
[Hasyiyah Bujairimi ala al Khotib II/385]

Wallahu A'lamu Bis Showaab

(Ismidar Abdurrahman As-Sanusi)

Komentari

Lebih baru Lebih lama