1145. HUKUM MENGERASKAN BACAAN BAGI ORANG YANG SHALAT SENDIRIAN





Pertanyaan:
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh izin bertanya ustadz/ustadah🙏 apakah kita harus mengeraskan suara ketika shalat shubuh sendiri apabila tertinggal berjamaah? Mohon jawabannya kang🙏
[Mubarokk]

Jawaban:
Wa'alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh

Sebagian orang beranggapan bahwa orang yang shalat sendiri seperti makmum sama sekali tidak perlu mengeraskan bacaan shalat, hal ini menyalahi Madzhab Syafi'i, sebab menurut Syafi'iyah orang yang shalat sendiri berstatus seperti imam, karenanya ia disunnahkan mengeraskan bacaan seperti imam. Ini tentunya pada shalat - shalat yang disyariatkan dilakukan dengan bacaan yang keras seperti shalat Maghrib, Isya', Shubuh dan sebagainya.

Oleh karena itu, orang yang shalat sendiri sunah mengeraskan bacaan layaknya seperti imam karena ia berkedudukan seperti imam dan kalangan Syafi'iyah mengqiyaskan masalah mengeraskan bacaan bagi orang yang shalat sendiri dengan imam. Jadi, pada 2 raka'at Maghrib, Isya', dan Shubuh sunah dikeraskan bacaan seperti layaknya imam. Ini semua adalah laki-laki kalau wanita sama sekali tidak disyariatkan mengeraskan bacaan shalat tapi dibaca dengan sir (pelan).

CATATAN:
Itu semua kalau bacaan yang disyariatkan dibaca keras, tidak seperti bacaan yang tidak dianjurkan dibaca keras seperti tasyahud.

أَمَّا حُكْمُ الْمَسْأَلَةِ فَالسُّنَّةُ الْجَهْرُ فِي رَكْعَتِي الصُّبْحِ وَالْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ وَفِي صَلَاةِ الْجُمُعَةِ وَالْإِسْرَارُ فِي الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ وَثَالِثَةِ المغرب والثالة وَالرَّابِعَةِ مِنْ الْعِشَاءِ وَهَذَا كُلُّهُ بِإِجْمَاعِ الْمُسْلِمِينَ مَعَ الْأَحَادِيثِ الصَّحِيحَةِ الْمُتَظَاهِرَةِ عَلَى ذَلِكَ هَذَا حُكْمُ الْإِمَامِ وَأَمَّا الْمُنْفَرِدُ فَيُسَنُّ لَهُ الْجَهْرُ عِنْدَنَا وَعِنْدَ الْجُمْهُورِ قَالَ الْعَبْدَرِيُّ هُوَ مَذْهَبُ الْعُلَمَاءِ كَافَّةً إلَّا أَبَا حَنِيفَةَ فَقَالَ جَهْرُ المنفرد وَإِسْرَارُهُ سَوَاءٌ دَلِيلُنَا أَنَّ الْمُنْفَرِدَ كَالْإِمَامِ فِي الْحَاجَةِ إلَى الْجَهْرِ لِلتَّدَبُّرِ فَسُنَّ لَهُ الْجَهْرُ كَالْإِمَامِ وَأَوْلَى لِأَنَّهُ أَكْثَرُ تَدَبُّرًا لِقِرَاءَتِهِ لِعَدَمِ ارْتِبَاطِ غَيْرِهِ وَقُدْرَتِهِ عَلَى إطَاقَةِ الْقِرَاءَةِ وَيَجْهَرُ بِهَا لِلتَّدَبُّرِ كَيْفَ شَاءَ 
“Adapun hukum permasalahan maka sunah mengeraskan bacaan pada dua rakaat shubuh, Maghrib, Isya' dan pada shalat Jum'at dan membaca pelan pada shalat dhuhur, ashar, raka'at ketiga Maghrib dan raka'at ketiga dan keempat Isya' dan semuanya ini merupakan Ijma' (kesepakatan) Ulama Islam beserta hadits-hadits yang jelas menunjukkan hal itu, ini semua hukum bagi imam. Sedangkan orang yang shalat sendiri maka sunah mengeraskan bacaannya menurut kami (Syafi'iyah) dan menurut Mayoritas Ulama dan Al 'Abdariy berkata "Itulah Madzhab Ulama keseluruhan kecuali Abu Hanifah yang mengatakan orang yang shalat sendirian dalam mengeraskan bacaan dan memelankan sama". Dalil kami bahwa orang yang shalat sendirian seperti Imam yang ada keperluan mengeraskan bacaan untuk tadabbur maka sunah mengeraskan bacaan seperti imam...”
[Al Majmuu' Syarh al Muhadzdzab III/390]

فُرُوعٌ: يُسْتَحَبُّ لِلْإِمَامِ، وَالْمُنْفَرِدِ الْجَهْرُ فِي الصُّبْحِ وَالْأُولَيَيْنِ مِنْ الْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ، وَلِلْإِمَامِ فِي الْجُمُعَةِ لِلِاتِّبَاعِ وَالْإِجْمَاعِ فِي الْإِمَامِ وَلِلْقِيَاسِ عَلَيْهِ فِي الْمُنْفَرِدِ، وَيُسِرُّ كُلٌّ مِنْهُمَا فِيمَا عَدَا ذَلِكَ
[Mughni al Muhtaaj I/362]

Wallahu A'lamu Bis Showaab

(Dijawab oleh: Ismidar Abdurrahman As-Sanusi)

Link diskusi:

Komentari

Lebih baru Lebih lama