1158. KELUAR SESUATU SELAIN DARI QUBUL DAN DUBUR TIDAK MEMBATALKAN WUDHU





Pertanyaan:
apakah keluar lendir di hidung/mengeluarkan lendir di hidung membatal kan wudhu? terimakasih udah menjawab.
[Tike B'zorp]

Jawaban:
Madzhab Syafi'i dan Mayoritas Ulama menetapkan bahwa sesuatu yang keluar dari selain lubang depan dan belakang tidak membatalkan wudhu termasuk diantaranya sesuatu yang keluar dari hidung. Sedangkan Menurut Madzhab Hanafi membatalkan wudhu, tunggal anda berada di pihak mana.

وَمَذْهَبُنَا أَنَّهُ لَا ينتقض الوضوء بخروج شئ من غير

السبيلين كدم الفصد والحجامة والقئ وَالرُّعَافِ سَوَاءٌ قَلَّ ذَلِكَ أَوْ كَثُرَ وَبِهَذَا قَالَ ابْنُ عُمَرَ وَابْنُ عَبَّاسٍ وَابْنُ أَبِي أَوْفَى وَجَابِرٌ وَأَبُو هُرَيْرَةَ وَعَائِشَةُ وَابْنُ الْمُسَيِّبِ وَسَالِمُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ وَالْقَاسِمُ ابن مُحَمَّدٍ وَطَاوُسٌ وَعَطَاءٌ وَمَكْحُولٌ وَرَبِيعَةُ وَمَالِكٌ وَأَبُو ثَوْرٍ وَدَاوُد قَالَ الْبَغَوِيّ وَهُوَ قَوْلُ أَكْثَرِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِينَ

* وَقَالَتْ طَائِفَةٌ يَجِبُ الْوُضُوءُ بِكُلِّ ذَلِكَ وَهُوَ مَذْهَبُ أَبِي حَنِيفَةَ وَالثَّوْرِيِّ وَالْأَوْزَاعِيِّ وَأَحْمَدَ وَإِسْحَاقَ قَالَ الْخَطَّابِيُّ وَهُوَ قَوْلُ أَكْثَرِ الْفُقَهَاءِ وَحَكَاهُ غَيْرُهُ عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ وَعَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا وَعَنْ عَطَاءٍ وَابْنِ سِيرِينَ وَابْنِ أَبِي لَيْلَى وَزُفَرَ: ثُمَّ اخْتَلَفَ هَؤُلَاءِ فِي الْفَرْقِ بَيْنَ الْقَلِيلِ وَالْكَثِيرِ
Mazhab kami berpendapat tidak membatalkan wudhu sesuatu yang keluar dari selain dua jalan (qubul dan dubur), seperti darah yang keluar karena bekam, muntah atau mimisan, baik sedikit maupun banyak. Pendapat ini merupakan pendapat Ibnu Umar, Ibnu Abbas, Ibnu Abi Aufa, Jabir, Abu Hurairah, Aisyah, Ibnu Musayyab, Salim bin Abdullah bin Umar, Qasim bin Muhammad, Thawus, Atha, Makhul, Rabiah, Malik, Abu Tsaur dan Daud.

Al-Baghawi berkata, "Ini merupakan pendapat mayoritas shahabat dan tabiin."

Sebagian ulama berkata, "Diwajibkan berwudhu karena semua itu. Ini merupakan pendapat dalam mazhab Hanafi, Tsauri, Auzai, Ahmad dan Ishaq. Kemudian mereka berbeda pendapat antara sedikit dan banyaknya."
[Al Majmuu' Syarh al Muhadzdzab II/54]

Wallahu A'lamu Bis Showaab

(Dijawab oleh: Ismidar Abdurrahman As-Sanusi)

Link diskusi:

Komentari

Lebih baru Lebih lama