1218. HUKUM PEREMPUAN MENYEMIR RAMBUT WARNA HITAM UNTUK MENYENANGKAN SUAMI

Sumber gambar: candradewojati.com

Pertanyaan:
Assalammu'alaikum wr, wb ,,, gimana hukumnya istri menyemir rambut warna hitam tujuanNya utk menyenangkan suami ,,, karena yg melihat rambutnya hanya suami & mahramnya aja,,, trm ksh utk yg jawab smg barokah ilmuNya🙏🙏🙏
[Indah Reno]

Jawaban:
Wa'alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh

Gimana hukumnya seorang istri menyemir rambutnya dengan tujuan menyenangkan suami?

Itulah pertanyaan yang diajukan oleh saudari Indah Reno. Untuk menanggapi pertanyaan tersebut berdasarkan beberapa Ibarot atau nas kitab Mu'tabar yang kami jadikan referensi maka dapat diketahui bahwa seorang istri yang menyemir rambutnya dengan warna hitam diperbolehkan dengan catatan mendapat izin suaminya, sebab bertujuan berhias atau menyenangkan suaminya, pendapat yang membolehkan ini merupakan pendapat yang lebih kuat dalam Madzhab Syafi'i yang merupakan pendapat Ulama Syafi'iyah berdasarkan istinbath atau penggalian hukum lewat kaidah-kaidah yang dijalankan Imam Syafi'i. Keterangan ini dapat kita lihat dari pernyataan Ulama Syafi'iyah berikut:

Pertama: Syeikh Imam Ibn Hajar Al Haitami dan Imam Romli:
وَيَحْرُمُ أَيْضًا تَجْعِيدُ شَعْرِهَا وَوَشْرُ أَسْنَانِهَا، وَهُوَ تَحْدِيدُهَا وَتَرْقِيقُهَا وَالْخِضَابُ بِالسَّوَادِ وَتَحْمِيرُ الْوَجْنَةِ بِالْحِنَّاءِ وَنَحْوِهِ وَتَطْرِيفُ الْأَصَابِعِ مَعَ السَّوَادِ وَالتَّنْمِيصُ، وَهُوَ الْأَخْذُ مِنْ شَعْرِ الْوَجْهِ وَالْحَاجِبُ الْمُحَسَّنُ فَإِنْ أَذِنَ لَهَا زَوْجُهَا أَوْ سَيِّدُهَا فِي ذَلِكَ جَازَ؛ لِأَنَّ لَهُ غَرَضًا فِي تَزَيُّنِهَا لَهُ كَمَا فِي الرَّوْضَةِ، وَهُوَ الْأَوْجَهُ وَإِنْ جَرَى فِي التَّحْقِيقِ عَلَى خِلَافِ ذَلِكَ فِي الْوَصْلِ وَالْوَشْرِ فَأَلْحَقَهُمَا بِالْوَشْمِ فِي الْمَنْعِ مُطْلَقًا
“Diharamkan juga (bagi wanita) mengeritingkan rambut, meruncingkan gigi, bersemir dengan warna hitam, memerahkan pipi dengan Inai (pacar kuku), mencabut yaitu mengambil bulu wajah dan alis untuk kecantikan, maka jika mendapat izin suami atau tuannya diperbolehkan melakukan itu semua, inilah pendapat yang lebih kuat, yang dipegang dalam kitab At Tahqiq menyalahi tentang menyambung rambut dan meruncingkan gigi keduanya disamakan hukumnya dengan tato dilarang secara mutlak”
[Tuhfah al Muhtaaj II/128, Nihaayah al Muhtaaj II/25]

Kedua:
وَ) يَحْرُمُ (تَجْعِيدُهُ) أَيْ الشَّعْرِ (وَوَشْرُ الْأَسْنَانِ) أَيْ تَحْدِيدُهَا وَتَرْقِيقُهَا لِلتَّغْرِيرِ وَلِلتَّعَرُّضِ لِلتُّهْمَةِ فِيهِمَا وَلِلْخَبَرِ السَّابِقِ فِي الثَّانِي (، وَالْخِضَابُ بِالسَّوَادِ) لِخَبَرِ «يَكُونُ قَوْمٌ يَخْضِبُونَ فِي آخَرِ الزَّمَانِ بِالسَّوَادِ كَحَوَاصِلِ الْحَمَامِ لَا يَرِيحُونَ رَائِحَةَ الْجَنَّةِ» رَوَاهُ أَبُو دَاوُد وَغَيْرُهُ (وَتَحْمِيرُ الْوَجْنَةِ) بِالْحِنَّاءِ، أَوْ نَحْوِهِ (وَتَطْرِيفُ الْأَصَابِعِ) بِهِ مَعَ السَّوَادِ لِلتَّعَرُّضِ لِلتُّهْمَةِ (إلَّا بِإِذْنِ زَوْجٍ أَوْ سَيِّدٍ) لَهَا فِي جَمِيعِ مَا ذُكِرَ بَعْدَ قَوْلِهِ حَرَامٌ فَيَجُوزُ لَهَا ذَلِكَ؛ لِأَنَّ لَهُ غَرَضًا فِي تَزَيُّنِهَا لَهُ، وَقَدْ أَذِنَ لَهَا فِيهِ وَخَالَفَ فِي التَّحْقِيقِ فِي الْوَصْلِ، وَالْوَشْرِ فَأَلْحَقَهُمَا بِالْوَشْمِ فِي الْمَنْعِ مُطْلَقًا.
“Diharamkan (bagi wanita) mengeritingkan rambut, meruncingkan gigi, bersemir dengan warna hitam berdasarkan hadits: 'Akan ada suatu kaum akhir zaman yang bersemir dengan warna hitam seperti tembolok merpati mereka tidak akan mencium bau surga' (HR. Abu Dawud dan lainnya), memerahkan pipi dengan Inai dan selainnya, mewarnai jari beserta warna hitam kecuali dengan izin suami atau tuannya, baginya semua yang sudah disebutkan haram diperbolehkan karena bertujuan berhias untuknya dan sudah mendapatkan izinnya, berbeda dalam kitab Tahqiq tentang menyambung rambut dan meruncingkan gigi keduanya disamakan hukumnya dengan tato dilarang secara mutlak”
[Asnaa al Muthoolib I/173]

Ketiga: Syeikh Khothiib as Syarbini:
وَيَحْرُمُ بِغَيْرِ إذْنِ زَوْجٍ وَسَيِّدٍ وَصْلُ شَعْرٍ بِغَيْرِهِمَا، وَكَالشَّعَرِ الْخِرَقُ وَالصُّوفُ كَمَا قَالَهُ فِي الْمَجْمُوعِ.
قَالَ: وَأَمَّا رَبْطُ الشَّعْرِ بِخُيُوطِ الْحَرِيرِ الْمُلَوَّنَةِ وَنَحْوِهَا مِمَّا لَا يُشْبِهُ الشَّعْرَ فَلَيْسَ بِمَنْهِيٍّ عَنْهُ، وَتَجْعِيدُ الشَّعْرِ، وَوَشْرُ الْأَسْنَانِ:، وَهُوَ تَحْدِيدُهَا، وَتَرْقِيقُهَا لِلْخَبَرِ السَّابِقِ أَيْضًا، وَالْخِضَابُ بِالسَّوَادِ لِخَبَرِ يَكُونُ قَوْمٌ يَخْضِبُونَ فِي آخِرِ الزَّمَانِ بِالسَّوَادِ كَحَوَاصِلِ الْحَمَامِ لَا يَرِيحُونَ رَائِحَةَ الْجَنَّةِ» (1) رَوَاهُ أَبُو دَاوُد وَغَيْرُهُ، وَتَحْمِيرُ الْوَجْنَةِ بِالْحِنَّاءِ وَنَحْوِهِ، وَتَطْرِيفُ الْأَصَابِعِ بِهِ مَعَ السَّوَادِ، وَالتَّنْمِيصُ: وَهُوَ الْأَخْذُ مِنْ شَعْرِ الْوَجْهِ وَالْحَاجِبِ لِلْحُسْنِ لِمَا فِي ذَلِكَ مِنْ التَّغْرِيرِ.
أَمَّا إذَا أَذِنَ لَهَا الزَّوْجُ أَوْ السَّيِّدُ فِي ذَلِكَ، فَإِنَّهُ يَجُوزُ؛ لِأَنَّ لَهُ غَرَضًا فِي تَزْيِينِهَا لَهُ وَقَدْ أَذِنَ لَهَا فِيهِ.
Points yang dibicarakan dalam Ibarot ini lebih kurang dengan Ibarot sebelumnya,
Fokus:

وَيَحْرُمُ بِغَيْرِ إذْنِ زَوْجٍ وَسَيِّدٍ وَصْلُ شَعْرٍ بِغَيْرِهِمَا.. وَالْخِضَابُ بِالسَّوَادِ
أَمَّا إذَا أَذِنَ لَهَا الزَّوْجُ أَوْ السَّيِّدُ فِي ذَلِكَ، فَإِنَّهُ يَجُوزُ؛ لِأَنَّ لَهُ غَرَضًا فِي تَزْيِينِهَا لَهُ وَقَدْ أَذِنَ لَهَا فِيهِ.
“Haram tanpa izin suami dan tuan menyambung rambut, sampai bersemir dengan warna hitam, sedangkan bila dengan izin suami atau tuan diperbolehkan karena bertujuan berhias untuknya dan atas izinnya”
[Mughni al Muhtaaj I/407]

Keempat: Syeikh Bakri Syata Dimyati:
قال في الزبد: وحرموا خضاب شعر بسواد * * لرجل وامرأة لا للجهاد قال الرملي في شرحه: نعم، يجوز للمرأة ذلك بإذن زوجها أو سيدها، لأن له غرضا في تزينها به.
اه.
“Diterangkan dalam kitab Zubad : Diharamkan bersemir rambut dengan warna hitam bagi laki-laki dan perempuan selain dalam rangka jihad, Imam Romli dalam Syarhnya (Syarh kitab Zubad) berkata: Betul! Diperbolehkan bagi wanita melakukan itu (bersemir dengan warna hitam) dengan izin suaminya atau tuannya karena bertujuan berhias untuknya"
[I'aanah at Thoolibiin II/386]

Kelima: Syeikh Ba'isyan:
(ويحرم تسويد الشيب) ولو لامرأة ...لكن قال الشهاب الرملى فى شرح الزبد وتبعه ابنه فى شرحها يجوز لها باذن حليلها لأن فيه تزيينالها قد اذن لها.
“Haram mewarnai uban dengan warna hitam walaupun bagi wanita, tetapi Syihabuddin Romli dalam Syarh Zubad dan mengikuti anaknya pada syarhnya boleh suaminya karena berhias untuknya dan sudah mendapat izinnya”
[Busyrol Kariim Halaman 131]

Berdasarkan keterangan dari beberapa literatur klasik tersebut dapat disimpulkan bahwa wanita yang menyemir rambutnya dengan warna hitam semula diharamkan maka menjadi boleh bila dilakukan untuk berhias untuk suaminya dan sudah mendapat izin suaminya.

Demikianlah yang dapat kami jawab sesuai pertanyaan yang diajukan, kebenaran hanya milik Allah.

Wallahu A'lamu Bis Showaab

(Dijawab oleh: Ismidar Abdurrahman As-Sanusi dan Aby Ghodhonfar)

Link Diskusi:

Komentari

Lebih baru Lebih lama