Sumber gambar: Muslim.or.id
Pertanyaan:
Assalamu'alaikum,,, maaf mau nanya,,,kalau orang tuanya semasa hidupnya sudah membagikan harta nya kepada anak2nya termasuk hibah atau wasiat? Terus setelah orang tuanya meninggal ada salah satu anak nya ingin merubah aturan orang tuanya tsbt sedangkan anaknya yg lain gk mau Merubahnya,,, mhon jawabannya 🙏
[Bang Yus]
Jawaban:
Wa'alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh
Pemberian harta ataupun manfaat ketika orang tua masih hidup itu namanya hibah, sedangkan wasiat pemberian harta ataupun manfaat ketika seseorang masih hidup tetapi bisa memiliki semacam harta itu setelah orang yang berwasiat meninggal.
Karenanya ketika seseorang menyerahkan semacam tanah kepada anak-anaknya ketika masih hidup itu dinamakan hibah bukan wasiat kecuali memang ada ucapan wasiat. Oleh sebab itu, kalau memang itu barang hibah tidak ada hak anak yang satu dengan yang lain merubahnya karena sudah menjadi hak anak masing-masing, kecuali mereka setuju untuk dibagikan lagi maka diperbolehkan, tetapi bila tidak maka tidak bisa karena mereka sudah memiliki barang tersebut. Demikian pula wasiat juga tidak bisa dirubah; Apabila seseorang berwasiat kepada seseorang maka harta itu menjadi hak milik seseorang setelah orang yang berwasiat sudah meninggal. Berbeda dengan hibah kepemilikan sudah jatuh sebelum orang yang berhibah meninggal.
Wallahu A'lamu Bis Showaab
Ibarot:
وَالْوَصِيَّةُ بِالْمَال فِي الاِصْطِلاَحِ: تَمْلِيكٌ مُضَافٌ إِلَى مَا بَعْدَ الْمَوْتِ بِطَرِيقِ التَّبَرُّعِ، سَوَاءٌ كَانَ ذَلِكَ فِي الأَْعْيَانِ أَوْ فِي الْمَنَافِعِ. (2)
وَقَال الشِّرْبِينِيُّ الْخَطِيبُ: الإِْيصَاءُ يَعُمُّ الْوَصِيَّةَ وَالْوِصَايَةَ لُغَةً، وَالتَّفْرِقَةُ بَيْنَهُمَا مِنَ اصْطِلاَحِ الْفُقَهَاءِ، وَهِيَ تَخْصِيصُ الْوَصِيَّةِ بِالتَّبَرُّعِ الْمُضَافِ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ، وَالْوِصَايَةِ بِالْعَهْدِ إِلَى مَنْ يَقُومُ عَلَى مَنْ بَعْدَهُ (3) .
الهبة:
ب - الْهِبَةُ:
3 - الْهِبَةُ لُغَةً: إِعْطَاءُ شَيْءٍ غَيْرَهُ بِلاَ عِوَضٍ. يُقَال: وَهَبَ لَهُ الشَّيْءَ يَهَبُهُ وَهْبًا وَوَهَبًا، وَهِبَةً: أَعْطَاهُ إِيَّاهُ بِلاَ عِوَضٍ. (3)
وَالْهِبَةُ شَرْعًا: تَمْلِيكُ عَيْنٍ بِلاَ عِوَضٍ فِي حَال الْحَيَاةِ تَطَوُّعًا (4) .
______________
(2) تَكْمِلَة فَتْح الْقَدِير 8 / 416 طَبْعَة بُولاَق، وَالدَّرّ الْمُخْتَار وَرَدّ الْمُحْتَارِ 5 / 457، وَحَاشِيَة الصَّاوِي عَلَى الشَّرْحِ الصَّغِيرِ 4 / 579، وَمُغْنِي الْمُحْتَاج 3 / 38ـ39، وَكَشَّاف الْقِنَاع 4 / 336.
(3) مُغْنِي الْمُحْتَاج 3 / 39
(3) الْمُعْجَم الْوَسِيط.
(4) فَتْح الْقَدِير 7 / 113، وَالدَّرّ الْمُخْتَار وَرَدّ الْمُحْتَارِ 4 / 530 ط الْحَلَبِيّ، وَالشَّرْح الصَّغِير 4 / 139، وَمُغْنِي الْمُحْتَاج 2 / 396، وَالْمُغْنِي 5 / 591، وَكَشَّاف الْقِنَاع 4 / 329، وَغَايَة الْمُنْتَهَى 2 / 328
[مجموعة من المؤلفين، الموسوعة الفقهية الكويتية، ٢٢١/٤٣]
(Dijawab oleh: Ismidar Abdurrahman As-Sanusi)
Link Diskusi: