1373. STATUS HAID YANG TERPUTUS


Pertanyaan:
Assalamu 'alaikum..🙏🏻

Izin share pertanyaan titipan 

DESKRIPSI
kalau misa haid pas dibulan ramadhan haidnya putus* selama 15 hari
2 hari haid
1 hari berhenti
2 hari haid
1 hari berhenti
5 hari haid
3 hari berhenti

PERTANYAAN
Pas waktu dihari dimana haid tdk keluar alias berhenti apakah puasa wajib diqodho?
[Patkah]

Jawaban:
Wa'alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh 

Haid yang diselingi dengan waktu bersih sebagaimana dalam diskripsi itu namanya haid yang tidak teratur atau haid terputus, maka hukum waktu hari-hari yang tidak keluar darah itu (bersih) ada dua pendapat:
• Pendapat yang Mu'tamad (dapat dijadikan sandaran) berhukum haid, selama kejadian itu tidak lebih dari 15 hari, yakni masih ruang lingkup 15 hari. Ini dinamakan Qoul Sahbi, yaitu Qoul yang menghukumi masa-masa yang tidak keluar darah (bersih) berhukum haid karena masih ruang lingkup haid dan dia mengikuti haid. Ini juga dinamakan At-Talfiiq.

• Menurut sebagian pendapat dan ini pendapat yang dho'if (lemah) dan lawan pendapat Mu'tamad, masa berhenti darah itu berhukum suci, ini dinamakan Qoul Al-Laqti.

Berpijak pada pendapat pertama (Mu'tamad), maka tidak boleh shalat, puasa, shalat, thowaf, dll, umumnya ibadah yang disyaratkan Suci dari haid dan puasanya wajib diqodho' sebagaimana maklum. Sedangkan berpijak pada pendapat yang menghukumi masa-masa berhenti darah berhukum suci yaitu disebut Qoul Al-Laqti maka tetap menjalankan shalat, puasa, I'tikaf, Membaca Al Qur'an,dsb. Dengan syarat aneka ibadah itu dilakukan setelah bersuci yaitu mandi hadats.

Dasar keterangan :

وأما أقل الذي مع غيره فليس فيه اتصال بل يتخلله نقاء بأن يرى وقتا ما نقاء وهو حيض تبعا بشرط أن لا يجاوز ذلك خمسة عشر يوما ولم ينقص الدم عن أقل الحيض، وهذا يسمى قول السحب لأن سبحنا الحكم بالحيض على النقاء أيضا، وجعلنا الكل حيضا وهو المعتمد، وقيل: إن النقاء طهر لأن الدم إذا كان حيضا كان النقاء طهرا وهذا يسمى قول اللقط لأننا لقطنا أوقات النقاء وجعلناها طهرا 
“Adapun minimal hari-hari haid tidak mesti bersambung bahkan haid bisa diselingi dengan masa-masa bersih seperti ia melihat bersih Suatu waktu dan melihat darah pada waktu yang lain, waktu bersih inipun adalah haid karena kita menghukumi haid dengan masa Suci juga, inilah pendapat yang Mu'tamad. Sedangkan menurut sebagian pendapat (Qiil = Qoul lemah) waktu bersih berhukum Suci karena darah dalam keadaan haid adalah bersih berhukum Suci, ini dinamakan Qoul Al-Laqti karena kita mengambil waktu-waktu bersih dan kita jadikan Suci”
[Hasyiyah Al Bajuri I/213]

قَوْلُهُ: (وَقِيلَ إنَّ النَّقَاءَ طُهْرٌ) ضَعِيفٌ وَعَلَيْهِ فَتَصُومُهُ وَتُصَلِّي فِيهِ وَلَا تَنْقَضِي الْعِدَّةُ بِتَكَرُّرِهِ.
“Keterangan Pengarang : ("Dan menurut Qiil waktu bersih suci") adalah dho'if, karenanya ia puasa, shalat, dan tidak habis hitungan Iddah dengan berulangnya”
[Hasyiyah Bujairomi ala al Khothiib I/349]

قَوْلُهُ فَهُوَ مَعَ نَقَاءٍ إلَخْ) وَهَذَا الْقَوْلُ يُسَمَّى قَوْلَ السَّحْبِ وَهُوَ الْمُعْتَمَدُ. وَالثَّانِي أَنَّ النَّقَاءَ طُهْرٌ وَيُسَمَّى قَوْلَ اللَّقْطِ وَالتَّلْفِيقِ وَمَحَلُّ الْقَوْلَيْنِ فِي الصَّلَاةِ وَالصَّوْمِ وَنَحْوِهِمَا فَلَا يُجْعَلُ النَّقَاءُ طُهْرًا فِي انْقِضَاءِ الْعِدَّةِ إجْمَاعًا شَرْحُ م ر. وَقَوْلُ م ر وَالصَّلَاةُ أَيْ بَعْدَ الْغُسْلِ وَيَحِلُّ وَطْؤُهَا حِينَئِذٍ.
“(Keterangan Pengarang "Yaitu beserta masa bersih") Qoul ini dinamakan Qoul Sahbi dan inilah pendapat yang Mu'tamad, pendapat kedua menyatakan Suci dan ini dinamakan Qoul Al-Laqti dan At-Talfiiq. Letak dua pendapat tersebut berkenaan dengan shalat, puasa, dan semisal keduanya maka tidak dijadikan masa bersih habisnya Iddah berdasarkan Ijma'. Adapun perkataan Imam Muhammad Romli (Imam Romli pengarang kitab Nihaayah) 'Shalat' artinya sesudah mandi dan halal bersetubuh kala itu"
[Hasyiyah Bujairomi ala Syarh al Manhaj I/136, Nihaayah al Muhtaaj I/356]

إِذَا انْقَطَعَ دَمُهَا فَرَأَتْ يَوْمًا دَمًا وَيَوْمًا نَقَاءً. أَوْ يَوْمَيْنِ وَيَوْمَيْنِ. فَتَارَةً يُجَاوِزُ التَّقَطُّعَ خَمْسَةَ عَشَرَ، وَتَارَةً لَا يُجَاوِزُهَا. فَإِنْ لَمْ يُجَاوِزْهَا، فَقَوْلَانِ:
أَظْهَرُهُمَا عِنْدَ الْأَكْثَرِينَ: أَنَّ الْجَمِيعَ حَيْضٌ. وَيُسَمَّى قَوْلَ السَّحْبِ. وَالثَّانِي: حَيْضُهَا الدِّمَاءَ خَاصَّةً. وَأَمَّا النَّقَاءُ فَطُهْرٌ. وَيُسَمَّى: قَوْلَ التَّلْفِيقِ. وَعَلَى هَذَا الْقَوْلِ إِنَّمَا نَجْعَلُ النَّقَاءَ طُهْرًا فِي الصَّوْمِ وَالصَّلَاةِ وَالْغُسْلِ وَنَحْوِهَا دُونَ الْعِدَّةِ. وَالطَّلَاقُ فِيهِ بِدْعِيُّ
“Apabila berhenti darahnya maka ia melihat satu hari darah dan hari lain bersih atau dua hari dua hari masing-masing, maka ada kalanya melebihi 15 hari dan tidak melebihi masa 15 hari.
Adapun bila tidak melebihi masa 15 hari ada dua Qoul :
1) Pendapat yang Adzhar menurut kebanyakan Ulama Syafi'iyah semuanya haid dan dinamakan Qoul Sahbi.

2) Haidnya masa keluar darah secara khusus sedangkan masa Bersih adalah suci, ini dinamakan Qoul At-Talfiiq. Berdasarkan Qoul ini, kita jadikan masa bersih suci berkenaan dengan puasa, shalat, mandi dan semisalnya, tidak seperti Iddah dan thalak ketika itu menjadi thalak bid'ah”
[Roudhoh at Thoolibiin I/162]

وهو مع نقاء تخلله حيض، لأنه حينئذ يشبه الفترة بين دفعات الدم فينسحب عليه حكم الحيض.
وهذا القول يسمى قول السحب وهو المعتمد، ومقابله النقاء طهر ويسمى قول اللقط والتلفيق، فعلى هذا القول تصلي وتصوم في وقت النقاء
[I'aanah at Thoolibiin I/88]

Wallahu A'lamu Bis Showaab

(Mujawwib; Ismidar Abdurrahman As-Sanusi)

Link Diskusi:

Artikel terkait 👇

Komentari

Lebih baru Lebih lama