1493. FIQIH WUDHU : HUKUM MEMBASUH TELINGA TIDAK BERBARENGAN


HUKUM MEMBASUH TELINGA SAAT WUDHU TIDAK BERBARENGAN

Pertanyaan:
Banyak terjadi orang ketika wudhu tidak membasuh dua telinga bersamaan tapi didahulukan salah satu dan kebanyakan bagian telinga kanan terlebih dahulu, terlebih bila mereka wudhu menggunakan kran air. Bukankah sunahnya berbarengan. Bila salah satunya dulu apa hukumnya?
(Dari: Salah satu masyarakat)

Jawaban:
Anggota wudhu yang keberadaannya disunahkan dibasuh secara bersamaan seperti telinga dan pergelangan tangan maka tidak sunah dibasuh didahulukan bagian kanan dulu, bila ini dilakukan maka Ulama Syafi'iyah berselisih pendapat. Syeikh Bajuri dan Syeikh Al Islam Zakariya Al Anshori mengatakan makruh, sedangkan menurut pendapat lain seperti Syeikh Syaubariy tidak makruh tapi khilaf Al Aula (menyalahi yang utama). Meskipun begitu tidak menyebabkan tidak sah, tetap boleh hanya saja bukan yang disunahkan. Namun kalau menuangkan air semacam dari gayung tidak masalah mendahulukan bagian kanan

قوله (وأما العضوان الخ) من يديه ورجليه لأن شأنهما أن لا يسهل غسلهما معاً كما علمت وإن شئت جعلته مقابلاً لمحذوف تقديره هذا في العضوين اللذين لا يسهل غسلهما معاً. قوله (كالخدين) أي وكفين والأذنين. قوله (فلا يقدم اليمنى منهما) فيكره تقديمها منهما كما نقل عن شرح الروض، وقيل خلاف الأولى فقط، ولم يأتى له إلا بالترتيب كأن أراد غسل كفيه بالصبّ من نحو إبريق فيتجه تقديم اليمني منهما، وهذا كله في السليم وأما نحو الأشلّ والأقطع فيقدم اليمنى منهما ولو من شقي رأسه أو من خديه وإلا كره وهذا إن كان يطهر نفسه فإن طهره غيره طهرهما معاً ويكره تقديم اليمني كالسليم. 
“Pernyataan ("Adapun dua anggota, dst") sebagiannya tangan dan kaki karena berkenaan dengan tidak sama membasuh keduanya secara bersamaan seperti sudah diketahui dan bila aku ingin jadikan perbandingan yang dibuang takdirnya, ini pada pernyataan ("Seperti dua anggota yang tidak sama membasuhnya bersamaan").
Pernyataan ("Maka tidak didahulukan membasuh dua pipi) artinya, dua pergelangan tangan dan dua telinga ("Bagian kanan darinya") maka makruh mendahulukan sebagian dari keduanya sebagaimana dinuqil dari Syarh Ar Roudh dan menurut satu pendapat khilaf Al Aula saja dan tidak melakukannya kecuali dengan tertib seperti mau membasuh pergelangan dengan menuangkan air dengan semacam dari kendi (teko, dan wadah semisalnya) maka yang dikedepankan mendahulukan bagian kanan, ini semua ketika anggota badan masih utuh, adapun semacam lumpuh (kepay_Melayu Riau_red) terpotong maka didahulukan bagian kanan walaupun dari cacat kepala atau pipinya, jika tidak maka makruh; ini semua bila bersuci sendiri, sedangkan bila bersuci dengan orang lain mensucikan keduanya bersamaan Makruh mendahulukan bagian kanan seperti anggota badan yang sehat”
[Hasyiyah Al Bajuri I/109-110, Daar al Kutub Al Ilmiyyah Beirut Lebanon]

(قوله: وتيامن) أي وسن تيامن.
(قوله: في اليدين والرجلين) أي فقط، أما غيرهما فيطهر دفعة واحدة كالكفين والخدين والأذنين.
“(Pernyataan "Sebelah kanan") artinya sunah Sebelah kanan.
(Pernyataan "Pada dua tangan dan dua kaki") artinya saja, sedangkan selainnya maka disucikan serentak seperti dua pergelangan tangan, dua pipi dan dua telinga”.
[I'aanah at Thoolibiin I/65]

أما ما يغسل دفعة، ككفين وخدين .. فيكره فيه الترتيب ولو بالتيامن على ما في "الأسنى"، كما يكره ترك التيامن فيما يسن فيه.
“Adapun anggota wudhu yang dibasuh serentak seperti dua pergelangan tangan dan dua pipi maka makruh tertib (mendahulukan bagian kanan baru kiri), walaupun membasuh bagian kanan dalam kitab Asnaa sebagaimana dimakruhkan meninggalkan membasuh Bagian kanan dulu pada apa yang disunahkan dibasuh bagian kanan dulu”
[Busyrol Kariim Halaman 103]

أَمَّا مَا يُسَنُّ غَسْلُهُمَا مَعًا كَالْخَدَّيْنِ وَالْكَفَّيْنِ وَالْأُذُنَيْنِ، فَلَا يُسَنُّ تَقْدِيمُ الْيُمْنَى فِيهِمَا. نَعَمْ مَنْ بِهِ عِلَّةٌ لَا يُمْكِنُهُ مَعَهَا ذَلِكَ كَأَنْ قُطِعَتْ إحْدَى يَدَيْهِ فَيُسَنُّ لَهُ تَقْدِيمُ الْيُمْنَى.
قَوْلُهُ: (فَلَا يُسَنُّ تَقْدِيمُ الْيُمْنَى) وَلَوْ رَتَّبَ السَّلِيمَ فِيمَا ذُكِرَ فَهَلْ يُكْرَهُ؟ فِيهِ نَظَرٌ سم. وَقَدْ ذُكِرَ فِي شَرْحِ الرَّوْضِ أَنَّهُ يُكْرَهُ اهـ. مَرْحُومِيٌّ وَفِي الشَّوْبَرِيِّ أَنَّهُ لَا يُكْرَهُ.
“Adapun yang disunahkan dibasuh bersamaan seperti dua pipi, dua pergelangan dan dua telinga maka tidak disunahkan mendahulukan bagian kanan pada keduanya. Betul! Orang yang ada padanya sebab sakit yang tidak memungkinkan membasuh bersamaan seperti terpotong salah satu tangannya maka sunah mendahulukan bagian kanan.
Pernyataan: ("Maka tidak disunahkan mendahulukan bagian kanan") Kalau mentertibkan anggota yang sehat seperti yang disebutkan Apakah Makruh? Ada beberapa pemikiran. Disebutkan Dalam Syarh Ar Roudh Makruh, sedangkan dalam redaksi kitab Syaubariy tidak makruh”
[Hasyiyah Bujairomi ala al Khothiib I/169]

أَمَّا الْكَفَّانِ وَالْخَدَّانِ وَالْأُذُنَانِ لِغَيْرِ نَحْوِ الْأَقْطَعِ فَيُطَهَّرَانِ مَعًا
قَوْلُهُ: فَيَطْهُرَانِ مَعًا) أَيْ فَلَوْ بَدَأَ بِالْيَمِينِ فَجَوَّزَ فِي شَرْحِ الرَّوْضِ أَخْذَ كَرَاهَتِهِ مِنْ عِبَارَتِهِ، لَكِنَّ فَرْضَ الْكَلَامِ فِي التَّرْتِيبِ أَعَمُّ مِنْ الْبُدَاءَةِ بِالْيَمِينِ.
وَذَكَر م ر أَنَّ فِي ذَلِكَ تَرَدُّدًا وَمَالَ لِعَدَمِ الْكَرَاهَةِ فَلْيُرَاجَعْ اهـ سم عَلَى مَنْهَجٍ
“Adapun dua pergelangan tangan, dua pipi dan dua telinga selain semacam terpotong maka disucikan bersamaan.
(Pernyataan "Maka disucikan bersamaan") artinya maka bila memulai bagian kanan maka diperbolehkan dalam kitab Syarh Ar Roudh diambil hukum kemakruhannya dari redaksinya. Akan tetapi, gambaran perbincangan beliau secara umum dimulai bagian kanan. Imam Romli menuturkan bahwa hal itu merupakan suatu kebimbangan dan beliau lebih cenderung tidak makruh maka tinjaulah ulang”
Nihaayah al Muhtaaj Wa Hawaasyi as Syibromalisy I/193]

قَالَ فِي شَرْحِ الرَّوْضِ وَقَدْ يُؤْخَذُ مِنْ كَلَامِهِ أَنَّهُ يُكْرَهُ تَقْدِيمُ إحْدَى الْأُذُنَيْنِ أَوْ الْخَدَّيْنِ أَوْ الْكَفَّيْنِ لِغَيْرِ أَقْطَعَ بِحَمْلِ الْعَكْسِ عَلَى مَا يَشْمَلُ ذَلِكَ إذْ عَكْسُ الْمَعِيَّةِ التَّرْتِيبُ اهـ.
“(Syeikh Al Islam Zakariya Al Anshori) berkata dalam kitab Syarh Ar Roudh: Yang bisa diambil dari perkataannya (pengarang) makruh mendahulukan salah satu telinga atau pipi atau pergelangan selain terpotong dengan pembawaan kebalikannya atas apa yang dengan hal itu bahkan kebalikan dengan tertib”
[Syarh al Bahjah I/111]

وَقَدْ يُؤْخَذُ مِنْ كَلَامِهِ أَنَّهُ يُكْرَهُ تَقْدِيمُ إحْدَى الْأُذُنَيْنِ أَوْ الْخَدَّيْنِ أَوْ الْكَفَّيْنِ لِغَيْرِ أَقْطَعَ بِحَمْلِ الْعَكْسِ عَلَى مَا يَشْمَلُ ذَلِكَ إذْ عَكَسَ الْمَعِيَّةَ التَّرْتِيبُ
“Yang bisa diambil dari perkataannya (pengarang) makruh mendahulukan salah satu telinga atau pipi atau pergelangan selain terpotong dengan pembawaan kebalikannya atas apa yang dengan hal itu bahkan kebalikan dengan tertib”
[Asnaa al Muthoolib Fii Syarh Ar Roudh at Thoolib I/40]

Wallahu A'lamu Bis Showaab

(Ismidar Abdurrahman As-Sanusi)

Komentari

Lebih baru Lebih lama