1657. SALAH POSISI DUDUK TASYAHUD





Pertanyaan:
Assalamu'alaikum, izin bertanya🙏 
   
..Kan ketika tasyahud awwal itu harusnya duduk iftiros, tapi karena lupa malah duduk tawaruq, apakah 
harus sujud sahwi? 

  Jazakumullah Khairan sebelumnya..🙏
[~∆]

Jawaban:
Wa'alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh

Duduk Iftirasy atau Tawaruk merupakan kesunahan yang bukan termasuk sunah Ab'adh yang mana bila ditinggalkan disunahkan Sujud sahwi. Duduk tersebut hanya sebagai sunah Hai‘at yang karena ini boleh saja bila ditinggalkan atau melakukan duduk sembarang duduk atau terbalik yakni posisi Iftirasy jadi Tawaruk dan sebaliknya, hanya saja menyalahi sunah Itu Menyalahi sunah.

Pada penjabaran Ulama Syafi'iyah bahwa bila melakukan Sujud sahwi padahal perbuatan yang ditinggalkannya itu bukan sebab yang mengharuskan Sujud sahwi seperti meninggalkan membaca surat setelah Fatihah, Bacaan tasbih, dan sunah Hai‘at yang lain yang mana bukan penyebab Sujud sahwi lalu sujud sahwi maka batal shalatnya bila dilakukan dengan sengaja atau berprasangka boleh kecuali bagi orang yang tidak mengenal Islam atau mengenal Islam tetapi jauh dari Ulama atau ada Ulama Tapi meninggalkan belajar.

وَعلم من كَون الافتراش والتورك من سنَن الهيئات أَنه لَو قعد كَيفَ شَاءَ جَازَ لكنه خلاف السّنة
“Dapat diketahui dari penjelasan tersebut yakni keberadaan duduk Iftirasy dan Tawarruk merupakan sunah Hai‘at bahwa jika seseorang duduk bagaimana pun posisi duduknya boleh, Kendatipun Menyalahi sunah”
[Nihaayah az Zain Halaman 76, Cet. Al Haromain]


وَلَا يَسْجُدُ لِبَاقِي السُّنَنِ) أَيْ لِتَرْكِهِ كَتَرْكِ السُّورَةِ بَعْدَ الْفَاتِحَةِ وَتَسْبِيحَاتِ الرُّكُوعِ، وَالسُّجُودِ؛ وَلِأَنَّهُ لَمْ يُنْقَلْ وَلَا هُوَ فِي مَعْنَى مَا نُقِلَ إذْ الْقُنُوتُ مَثَلًا ذِكْرٌ مَقْصُودٌ إذْ شُرِعَ لَهُ مَحَلٌّ خَاصٌّ بِخِلَافِ السُّنَنِ الْمَذْكُورَةِ فَإِنَّهَا كَالْمُقَدِّمَةِ لِبَعْضِ الْأَرْكَانِ كَدُعَاءِ الِافْتِتَاحِ، أَوْ التَّابِعِ كَالسُّورَةِ، فَإِنْ سَجَدَ لِشَيْءٍ مِنْهَا ظَانًّا جَوَازَهُ بَطَلَتْ صَلَاتُهُ إلَّا لِمَنْ قَرُبَ عَهْدُهُ بِالْإِسْلَامِ، أَوْ نَشَأَ بِبَادِيَةٍ بَعِيدَةٍ عَنْ الْعُلَمَاءِ قَالَهُ الْبَغَوِيّ فِي فَتَاوِيهِ
“Dan tidak diperkenankan untuk sunah-sunah yang lain artinya ketika meninggalkannya seperti meninggalkan membaca surat setelah Al Fatihah, Tasbih Ruku' dan (tasbih) sujud), karena tidak dinuqil (dari Nabi) dan tidak pula bermakna semisal qunut adalah dzikir yang ada maksud tempat yang khusus, beda halnya dengan sunah yang sudah disebutkan maka ia seperti pendahuluan untuk sebagian rukun seperti doa iftitah yang mengikutinya seperti surat, maka apabila ia melakukan sujud karena berprasangka boleh maka batal shalatnya kecuali orang yang pada masanya dekat Islam dan jauh dari Ulama seperti dikemukakan Al Baghawi dalam Fatwanya”.
[Asnaa al Mathoolib I/187, Cet. Al Maktabah As Syamilah]

اعْلَم أَنه لَا يتَعَيَّن فِي الصَّلَاة جُلُوس بل كَيفَ قعد الْمُصَلِّي جَازَ وَهَذَا إِجْمَاع سَوَاء فِي ذَلِك جلْسَة الاسْتِرَاحَة وَالْجُلُوس بَين السَّجْدَتَيْنِ وَالْجُلُوس لمتابعة الإِمَام نعم يسن فِي غير الْأَخير جُلُوس التَّشَهُّد الأول الافتراش
“Ketahuilah! Dalam shalat tidak ditentukan bentuk duduk bagaimana pun duduk boleh, ini adalah Ijma', baik duduk istirahat dan duduk antara dua sujud dan duduk mengikuti imam. Memang! Disunahkan selain duduk tasyahud akhir adalah duduk tasyahud awal duduk Iftirasy”
[Kifaayah Al Akhyaar I/120, Cet. Daar Al Fikr]

Wallahu A'lamu Bis Showaab

(Dijawab oleh: Ismidar Abdurrahman As-Sanusi)

Link Diskusi:


Artikel terkait:

Komentari

Lebih baru Lebih lama