1740. AHLI WARIS MURTAD DAN SEBELUM PEMBAGIAN WARISAN KEMBALI ISLAM BERHAK MENDAPAT WARISAN?

Foto: bimbingan Islam


Pertanyaan:
Assalamu Alaikum pertanyaan titipan 

Anak murtad kan tidak dapat hak waris.

Jika ortu meninggal, dan harta waris belum sempat dibagikan.
Beberapa lama kemudian anaknya kembali beriman.
Nah pembagian waris nantinya sesuai kondisi ortu pas meninggal, atau sesuai kondisi saat harta waris akan dibagikan ?

Syukron yai
[salamabdul6204]

Jawaban:
Wa'alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh

Kalau saya cermati pertanyaan diajukan mungkin yang dikehendaki oleh penanya atau pihak menerima pertanyaan titipan itu bila mana ada ahli waris beda agama atau murtad tetapi harta warisan belum dibagikan ahli waris sempat masuk Islam seperti anaknya kembali beriman sebelum harta warisan dibagikan, mungkin inilah yang perlu diperhatikan dan dihukumi.

Sudah maklum bahwa diantara sebab tidak berhak mendapatkan warisan meskipun seseorang itu masuk dari ahli waris salah satunya orang murtad dan berbeda agama karena Nabi sendiri menyatakan dalam sabdanya:

لَا يَرث الْمُسلم الْكَافِر وَلَا الْكَافِر الْمُسلم
"Orang muslim tidak mewarisi orang kafir dan orang kafir tidak mewarisi orang muslim"

Secara dzohir hadits tersebut menunjukkan kalau perbedaan agama atau murtad itu selamanya atau masuk Islam sesudahnya. Namun, Ulama Syafi'iyah membicarakan masalah ini, sebagaimana dikemukakan oleh syekh Bajuri atas Hasyiyahnya Ala Ibn Qosim, menurutnya dzohir perkataan Ulama - yakni Ulama Syafi'iyah - Orang murtad atau kafir tidak bisa mendapatkan warisan walaupun ia kembali Islam setelah kematian kerabatnya misalnya saudaranya, memang begitulah seharusnya bahkan Sebagian Ulama telah menceritakan akan terjadi Ijma' (Kesepakatan Ulama) mengenai masalah ini, melainkan Ibnu Rif'ah, menurutnya ketiadaan mendapat warisan bila mana ia meninggal dalam keadaan murtad, sedangkan bila ia masuk Islam maka ia mendapat warisan, pendapat beliau ini menyalahi Ijma' sebagaimana dikemukakan oleh Imam Subki dalam kitab Al Ibtihaaj.

Dari keterangan tersebut yakni keterangan Syekh Al Bajuri dapat dipahami bahwa andaikan ahli waris murtad atau beda agama masuk Islam setelah kematian kerabatnya dan harta warisan belum dibagikan maka mereka yang berbeda agama sebelumnya tetap tidak mendapatkan warisan, bahkan sebagian Ulama telah menceritakan adanya Ijma' mengenai masalah ini,, kecuali menurut Syekh Ibnu Rif'ah, menurutnya bila ia masuk Islam ia berhak mendapatkan warisan. Namun pendapat beliau ini menyalahi Ijma' sebagaimana diterangkan oleh Syekh Bajuri mengutip pernyataan Imam Subki. Pendapat Ibnu Rif'ah ini juga dibincangkan oleh syekh Taqiyuddin Al Hushni Al Husain, beliau menyebutkan pendapat Ibnu Rif'ah sebagai pendapat yang Teledor dan beliau menyebutkan diceritakan Ijma' bahwa ketiadaan mendapat warisan pada keadaan ini sebab keadaan seperti ini dinilai kafir secara hakikat bukan berpusat pada kekafiran dan keislaman meskipun Islam sesudahnya.

Lebih lanjut Syekh Taqiyuddin Al Hushni Al Husain mengungkapkan bahwa muslim tidak mewarisi orang kafir dan sebaliknya tidak ada bedanya antara nasab, yang dimerdekakan dan suami istri, tidak pula Islam sebelum pembagian dan sesudahnya.

Jelasnya dapat diketahui bahwa ahli waris beda agama seperti karena murtad seorang anak terhalang mendapatkan warisan meskipun setelah kematian kerabatnya seperti sang ayah ia masuk Islam sebelum/sesudah pembagian warisan tetap tidak bisa ia mendapatkan warisan, kecuali menurut Syekh Ibnu Rif'ah, namun pendapat beliau ini banyak ditentang Ulama Syafi'iyah sehingga tidak bisa dipakai untuk diamalkan. Wallahu A'lam

Ibarot :

حاشية الباجوري على ابن قاسم ج ٢ ص ٧١-٧٢ المكتبة نور العلم سورابايا
(قوله والمرتد) أي لا يرث أحدا سواء كان مرتدا أو كافرا أصليا أو مسلما كما سيذكره الشارح -الى أن قال- وظاهر كلامهم أنه لا يرث ولو عاد إلى الإسلام بعد موت قريبه كأخيه مثلاً وهو كذلك بل حكى بعضهم الإجماع عليه وما وقع ابن الرفعة من تقييد عدم ارثه إذا مات مرتدا وأنه إذا أسلم تبين ارثه غلط خارق للاجماع كما قاله السبكي في الابتهاج.

كفاية الأخيار في حلّ غاية الإختصار ج ٢ ص ١٧ المكتبة دار العلم سورابايا
وَأما الْمُرْتَد فَلَا يَرث وَلَا يُورث وَمَا لَهُ فَيْء وَعَن أبي بردة رَضِي الله عَنهُ قَالَ ((بَعَثَنِي رَسُول الله صلى الله عَلَيْهِ وَسلم إِلَى رجل عرس بِامْرَأَة أَبِيه فَأمرنِي أَن أضْرب عُنُقه وأخمس مَاله وَكَانَ مُرْتَدا)) لِأَنَّهُ اسْتحلَّ ذَلِك وَلَا فرق فِي الْمُرْتَد بَين الْمُعْلن والزنديق وَهُوَ الَّذِي يتجمل بِالْإِسْلَامِ ويخفي الْكفْر كَذَا فسره الرَّافِعِيّ هُنَا قَالَ ابْن الرّفْعَة وَكَونه لَا يَرث وَلَا يُورث مَحَله إِذا مَاتَ على الرِّدَّة فَإِن عَاد إِلَى الْإِسْلَام تَبينا إِرْثه وَمَا قَالَه سَهْو وَقد صرح أَبُو مَنْصُور بِالْمَسْأَلَة وَحكى بِالْإِجْمَاع على عدم إِرْثه فِي هَذِه الْحَالة وَوَجهه أَنه كَانَ كَافِرًا فِي تِلْكَ الْحَالة حَقِيقَة وَهُوَ غير مقرّ على الْكفْر وَالْإِسْلَام إِنَّمَا حدث بعد ذَلِك وَفِي توريثه مصادمة للنصوص الْمَانِعَة لَهُ من التوريث وَالله أعل وَقَوله وَأهل الملتين يشْتَمل على صور مِنْهَا أَنه لَا يَرث الْمُسلم الْكَافِر وَعَكسه لاخْتِلَاف الملتين قَالَ رَسُول الله صلى الله عَلَيْهِ وَسلم ((لَا يَرث الْمُسلم الْكَافِر وَلَا الْكَافِر الْمُسلم)) وَلَا فرق بَين النّسَب وَالْمُعتق وَالزَّوْج وَلَا بَين أَن يسلم قبل الْقِسْمَة أَو بعْدهَا

الإقناع في حل ألفاظ أبي شجاع ج ٢ ص ٣٨٤ المكتبة الشاملة
 (و) السَّادِس (الْمُرْتَد) وَنَحْوه كيهودي تنصر فَلَا يَرث أحدا إِذْ لَيْسَ بَينه وَبَين أحد مُوالَاة فِي الدّين لِأَنَّهُ ترك دينا كَانَ يقر عَلَيْهِ وَلَا يقر على دينه الَّذِي انْتقل إِلَيْهِ وَظَاهر كَلَامهم أَنه لَا يَرث وَلَو عَاد بعده لِلْإِسْلَامِ بعد موت مُوَرِثه وَهُوَ كَذَلِك كَمَا حكى الْإِجْمَاع عَلَيْهِ الْأُسْتَاذ أَبُو مَنْصُور الْبَغْدَادِيّ وَمَا وَقع لِابْنِ الرّفْعَة فِي الْمطلب من تَقْيِيده بِمَا إِذا مَاتَ مُرْتَدا وَأَنه إِذا أسلم تبين إِرْثه غلطه فِي ذَلِك صَاحبه السُّبْكِيّ فِي الابتهاج وَقَالَ إِنَّه فِيهِ خارق للْإِجْمَاع 

توشيح على ابن قاسم ص ٢٩٢ دار الكتب العلميه بيروت لبنان
(فلا يرث مسلم من كافر) على الأصح عند الجمهور خلافا لمعاذ ومعاوية ومن وافقهما (ولا عكسه) أي قطعا أي لا يرث كافر من مسلم لانقطاع الموالاة بينهما سواء أسلم الكافر قبل القسمة التركة أم لا وسواء كان بالقرابة أو النكاح أو الولاء

(Dijawab oleh: Ismidar Abdurrahman As Sanusi)

Link Diskusi:

Komentari

Lebih baru Lebih lama