Foto: Rumah Zakat
Pertanyaan:
Assalamualaikum wr wb.kiyai nanya buln apa tempat nya bgus untuk menikah ? Buln Muharram atau safar gimna kiyai soal nya sya rencana mau nikah tpi bingung buln apa dn calon pengen nya nikah terus tpi q nanya buln Muharram dan safar kurang bgus katanya?
[nurhadiihsanihsan]
Jawaban:
Wa'alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakaatuh
Untuk bulan Muharram tidak ada larangan cuma tidak adanya keterangan terperinci ada hukum sunah tidak. Sedangkan dibulan syawal ada dasarnya Hadits Aisyah bahwa Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam menikahinya pada bulan Syawal. Sedangkan pada bulan Shafar juga sunah karena Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam menikahkan anaknya Sayyidah Fathimah pada bulan Shafar. Adapun meyakini hari tertentu membuat efek dalam pernikahan atau bulan tertentu dengan sendirinya tanpa ikut campur tangan Allah tidak boleh dan seyogyanya seorang muslim tidak mudah mempercayai itu semua kecuali memang sudah banyak terjadi sebagaimana Nas Syeikh Ibnu Ziyad pada Fatwanya. Karenanya, Para Ulama Syafi'iyah dan selainnya mensunahkan menikah pada bulan Syawal, tepatnya pagi Jum'at berdasarkan hadits yang menyebutkan Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam menikahi Sayyidah Aisyah pada Bulan Syawal dan juga sunah menikah pada bulan Shafar karena Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam menikahkan anaknya Sayyidah Fathimah dengan Ali pada bulan Shafar bahkan sebagian Ulama ada yang menyebutkan Pernikahan keduanya pada bulan Muharram. Berdasarkan hal itu maka terbantah sudah kepercayaan Suatu adat setempat yang tidak membolehkan menikah pada bulan tertentu termasuk pada bulan Muharram.
Memang! Kepercayaan atau adat setempat yang mempercayai bulan tertentu dan hari tertentu membuat efek dalam pernikahan dari dulu bahkan sampai sekarang Masih ada termasuk menikah pada bulan Muharram, dengan berbagai efek buruk yang mereka sebutkan, entah karena pernikahan yang dijalani pada bulan tertentu membuat keluarga tidak harmonis dan bahkan ada yang menyebutkan bisa sampai berujung perpisahan, padahal yang menentukan Hanya Allah semata. Namun, saya 100% tidak menyalahkan dan tidak pula membenarkan, tetapi saya ambil jalan pertengahan yakni bila memang sudah ada atau Banyak terjadi Siapa yang menjalani pernikahan pada bulan tertentu atau bahkan dibulan Muharram ada merasakan efek buruk tersebut seyogyanya tidak perlu melakukan pernikahan pada bulan tertentu yang disebutkan, bukan karena haram tapi karena waspada. Kendatipun, dalam Islam tidak adanya hari ataupun bulan yang menimbulkan Dampak buruk, tetapi Semuanya atas kehendak Allah semata.
Permasalahan menjalani pernikahan pada bulan Muharram pernah ditanyakan orang pada Mufti Mesir pada tahun 1997, Sang Mufti Mesir kala itu adalah Syeikh Atiyyah Saqr, berikut saya tampilkan redaksi pertanyaan sekaligus jawabannya:
عقد الزواج فى شهر المحرم
F عطية صقر.
مايو 1997
Mالقرآن والسنة
AKAD NIKAH PADA BULAN MUHARRAM
Mufti: Athiyyah Saqr, pada Mei 1997 berdasarkan Al Qur'an dan Sunnah.
يقول بعض الناس إن عقد الزواج فى شهر المحرم حرام أو شؤم، فهل هذا صحيح؟
Sebagian manusia ada yang menjalani pernikahan pada bulan Muharram sementara ada yang menyebutkan adalah haram atau menimbulkan kesialan apakah ini Shahih?
روى البخارى من طريق عروة أن السيدة عائشة رضى الله عنها قالت: تزوجنى رسول الله صلى الله عليه وسلم فى شوال، وبنى بى فى شوال، فأى نساء رسول الله صلى الله عليه وسلم كان أحظى عنده منى؟ قال عروة: وكانت عائشة تستحب أن تُدخل نساءَها فى شوال.
Terdapat sebuah riwayat dari Imam Bukhari dari Jalur Urwah yang menyebutkan bahwa Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam menikahi Aisyah Radhiyallahu Anha di bulan Syawal dan menggaulinya di bulan Syawal pula. Aisyah Radhiyallahu Anha kemudian bertanya, "Siapa di antara istri-istri Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam yang paling beruntung di sisinya?" Jawabannya adalah Aisyah sendiri, karena beliau menikah dan digauli di bulan Syawal. Bahkan, Aisyah Radhiyallahu Anha sendiri menyukai jika para wanita diizinkan untuk menikah di bulan Syawal.
لقد حرص كثير من الناس على تحرى عقد الزواج فى يوم معين من الأسبوع، أو شهر معين من السنة، تحريا يترتب عليه أحيانا نزاع أو تشاؤم ورجم بالغيب عن فشل الزواج إن خولف فيه المعتاد من هذه الأوقات.
Banyak orang yang sangat berhati-hati dalam menentukan hari pernikahan, baik hari tertentu dalam seminggu maupun bulan tertentu dalam setahun. Kewaspadaan ini terkadang menimbulkan perselisihan, bahkan ada yang menuduh secara tidak langsung bahwa pernikahan akan gagal jika tidak dilakukan pada waktu-waktu yang biasa dilakukan.
وهذه عادة جاهلية ترد على بطلانها السيدة عائشة بهذا الحديث، فقد كانوا يتطيرون أى يتشاءمون من شهر شوال، لما فى اسمه من معنى الإشالة والرفع، فيقال عندهم: شال لبن الناقة أى ارتفع وقَلَّ، ويقال: شالت الناقة بذنبها إذا امتنعت عن الفحل أن يطرقها. فهم يخافون أن تمتنع الزوجة عن زوجها إذا أرادها، ويقال: شالت نعامتهم إذا ماتوا وتفرقوا، والنعامة يراد بها الجماعة، فالمهم أنهم كانوا يتطيرون بهذا الشهر ويمتنعون عن الزواج فيه.
Ini adalah kebiasaan jahiliyah yang dibantah oleh Aisyah Radhiyallahu Anha melalui hadits ini. Orang-orang jahiliyah memiliki kepercayaan bahwa bulan Syawal membawa kesialan karena nama bulan tersebut memiliki makna "mengangkat" atau "meninggikan". Mereka mengaitkan nama bulan Syawal dengan kata-kata seperti "unta betina mengangkat ekornya" yang berarti menolak untuk dikawini oleh unta jantan, sehingga mereka khawatir bahwa istri akan menolak suaminya jika menikah di bulan Syawal. Mereka juga mengaitkan kata tersebut dengan kematian dan perpisahan, sehingga mereka memiliki kepercayaan bahwa bulan Syawal membawa kesialan dan menghindari pernikahan di bulan tersebut.
وقد ذكرت كتب السيرة أن النبى صلى الله عليه وسلم عقد لفاطمة بنته عَلَى عِلىٍّ بن أبى طالب بعد بنائه بعائشة بأربعة أشهر ونصف الشهر، وحيث قد علمنا أن زواجه وبناءه بعائشة كان فى شوال فيكون زواج فاطمة فى شهر صفر، وذكر بعضهم أنه كان فى أوائل المحرم.
Malah pada Kitab-kitab sejarah telah disebutkan bahwa Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam menikahkan putrinya, Fatimah, dengan Ali bin Abi Thalib sekitar empat bulan setengah setelah beliau menikah dengan Aisyah Radhiyallahu Anha. Karena kita tahu bahwa pernikahan Nabi dengan Aisyah terjadi di bulan Syawal, maka pernikahan Fatimah dengan Ali kemungkinan terjadi di bulan Safar atau sebagian Ulama ada menyebutkan awal Muharram.
ومهما يكن من شىء فلا ينبغى التشاؤم بالعقد فى أى يوم ولا فى أى شهر، لا فى شوال ولا فى المحرم ولا فى صفر ولا فى غير ذلك، حيث لم يرد نص يمنع الزواج فى أى وقت من الأوقات ما عدا الإحرام بالحج أو العمرة
Dan bagaimanapun keadaannya, tidaklah pantas untuk merasa pesimis tentang pernikahan di hari atau bulan tertentu, baik di bulan Syawal, Muharram, Safar, atau bulan lainnya, karena tidak ada dalil yang melarang pernikahan di waktu-waktu tertentu, kecuali ketika sedang ihram haji atau umrah.
[Fatawa Daar Al Iftaa' Al Misyriyyah X/25]
Disebutkan dalam Fatawa Ibnu Ziyad tentang mempercayai hari tertentu atau bulan tertentu untuk melangsungkan akad nikah:
(مسئلة) إذا سأل رجل آخر هل ليلة كذا أو يوم كذا يصلح للعقد أوالنقلة فلا يحتاج إلى جواب لأن الشارع نهى عن اعتقاد ذلك وزجر عنه زجرا بليغا فلا عبرة بمن يفعله. وذكر ابن الفركاح عن الشافعي أنه كان المنجم يقول ويعتقد أنه لا يؤثر إلا الله ولكن أجرى الله العادة بأنه يقع كذا عند كذا والمؤثر هو الله تعالى فهذا عندي لا بأس به وحيث جاء الذم يحمل على من يعتقد تأثير النجوم وغيرها من المخلوقات. وأفتى الزملكاني بالتحريم مطلقا وأفتى ابن الصلاح بتحريم الضرب بالرمل وبالحصى ونحوها. قال حسين الأهدل وما يوجد من التعاليق في الكتب من ذلك فمن خرفات المنجمين والمتحٍٍذلقين وترهاتهم لا يحل اعتقاد ذلك وهو من الاستقسام بالأزلام ومن جملة الطيرة المنهي عنها وقد نهى عنه علي وابن عباس وضي الله عنهما.
“Apabila seseorang bertanya pada orang lain, apakah malam ini baik untuk di gunakan akad nikah atau pindah rumah maka pertanyaan seperti tidak perlu dijawab, karena nabi pembawa syariat melarang meyakini hal semacam itu dan mencegahnya dengan pencegahan yang sempurna maka tidak ada pertimbangan lagi bagi orang yang masih suka mengerjakannya, Imam Ibnu Farkah menuturkan dengan menyadur pendapat Imam syafii : Bila ahli nujum tersebut meyakini bahwa yang menjadikan segala sesuatu hanya Allah hanya saja Allah menjadikan sebab akibat dalam setiap kebiasaan maka keyakinan semacam ini tidak apa-apa yang bermasalah dan tercela adalah bila seseorang berkeyakinan bahwa bintang-bintang dan makhluk lain adalah yang mempengaruhi akan terjadinya sesuatu itu sendiri (bukan Allah)”
[Ghaayah Talkhish Al Muraad Min Fatawa Ibnu Ziyad Hamisy Bughyah Halaman 206]
Sementara Dasar Keterangan Sunah Melangsungkan akad nikah pada bulan Syawal:
وأن يكون العقد في المسجد ويوم الجمعة وأول النهار وفي شوال وأن يدخل فيه أيضا
( قوله ويوم الجمعة ) أي وأن يكون في يوم الجمعة لأنه أشرف الأيام وسيدها وقوله أول النهار أي وأن يكون في أول النهار لخبر اللهم بارك لأمتي في بكورها حسنه الترمذي ( قوله وفي شوال ) أي ويسن أن يكون العقد في شوال وقوله وأن يدخل فيه أي ويسن أن يدخل على زوجته في شوال أيضا والدليل عليه وعلى ما قبله خبر عائشة رضي الله عنها قالت تزوجني رسول الله صلى الله عليه وسلم في شوال ودخل فيه وأي نسائه كان أحظى عنده مني وفيه رد على من كره ذلك
“Hendaknya akad nikah dilaksanakan di masjid, di hari jumat, di permulaan hari (dini hari), di bulan syawal dan menjalani dukhul (belah duren) juga di dalamnya.
(Keterangan Pengarang "Dihari jumat) artinya hendaknya akad nikah diselenggarakan di hari jumat karena ia adalah lebih utama dan pimpinan semua hari.
(Keterangan Pengarang "Di permulaan hari) artinya hendaknya akad nikah diselenggarakan di awal hari berdasarkan hadits “Ya Allah berkahilah umatku dipagi harinya” (Dihasankan oleh at-Tirmidzi).
(Keterangan Pengarang "Di bulan syawal) artinya disunahkan akad nikah diselenggarakan pada bulan syawal.
(Keterangan Pengarang "Menjalani dukhul) artinya di sunahkan mendukhul (belah duren) terhadap istrinya juga di bulan syawal, dasar adalah hadits riwayat ‘Aisyah ra. “Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam menikahi dan mendukhul diriku dibulan syawal, dan mana antara istri-istri beliau yang lebih utama ketimbang diriku ?”. Hal ini sekaligus menepis pendapat orang yang membenci pelaksanaan akad nikah pada masa-masa tersebut”
[Hasyiyah I'aanah At Thaalibiin III/273]
Keterangan Hari dan bulan sekaligus waktu siang atau sore atau pagi disunnahkan seseorang itu melakukan Akad pernikahan:
وَيسن أَن يتَزَوَّج فِي شَوَّال وَفِي صفر لِأَن رَسُول الله صلى الله عَلَيْهِ وَسلم تزوج عَائِشَة رَضِي الله عَنْهَا فِي شَوَّال وَزوج ابْنَته فَاطِمَة عليا فِي شهر صفر على رَأس اثْنَي عشر شهرا من الْهِجْرَة وَأَن يعْقد فِي الْمَسْجِد وَأَن يكون العقد مَعَ جمع وَأول النَّهَار وَيَوْم الْجُمُعَة
“Disunahkan menikah pada bulan Syawal dan bulan Shafar karena Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam menikahi Aisyah pada Bulan Syawal dan menikahkan anaknya Fatimah dengan Ali pada bulan Shafar penghujung 12 bulan Hijriyah, dan juga melakukan Akad di masjid (disunnahkan pula), akad dilakukan bersama orang banyak, awal siang dan pada hari Jum'at”
[Nihaayah Az Zain Halaman 308]
PELENGKAP:
(فِي شَوَّالٍ) أَيْ حَيْثُ كَانَ يُمْكِنُهُ فِيهِ وَفِي غَيْرِهِ عَلَى السَّوَاءِ، فَإِنْ وُجِدَ سَبَبٌ لِلنِّكَاحِ فِي غَيْرِهِ فَعَلَهُ وَصَحَّ التَّرْغِيبُ فِي صَفَرٍ أَيْضًا.
رَوَى الزُّهْرِيُّ «أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - زَوَّجَ ابْنَتَهُ فَاطِمَةَ عَلِيًّا فِي شَهْرِ صَفَرٍ عَلَى رَأْسِ اثْنَيْ عَشَرَ شَهْرًا مِنْ الْهِجْرَةِ» اهــــ ع ش
“Keterangan Pengarang "Di bulan syawal") artinya ketika memungkinkan menjalani pernikahan pada waktu tersebut dan bulan-bulan lainnya juga sama. Maka bila ditemukan sebab menikah di selain bulan Syawal, maka hendaknya dilakukan di bulan tersebut. Shahih pula digalakkan (dianjurkan) menikah pada bulan Shafar. Az Zuhri meriwayatkan: Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam menikahkan anaknya Fatimah dengan Ali pada bulan Shafar kepada penghujung 12 bulan dari bulan Hijriyah. Ini dikutip dari Ali Syibramalisy”
[Tarsyiih Al Mustafidiin Ala Fath Al Mu'in Halaman 300]
Berdasarkan ibarat tersebut kesunahan menjalani pernikahan pada bulan yang disunnahkan melakukan pada bulan tersebut bila memang tidak ada sesuatu yang mencegah melakukannya, akan tetapi bila ada sesuatu hal yang mengharuskan Akad pernikahan dilakukan selain bulan tersebut maka bisa juga melakukan pada bulan lain. Ini menunjukkan dalam Islam tidak ada larangan menikah di bulan-bulan tertentu sebagaimana dianggap menjadi kepercayaan sebagian tempat.
Wallahu A'lamu Bis Shawaab
(Dijawab oleh: Ismidar Abdurrahman As Sanusi)
Link Diskusi: