1948. HUKUM MEMBANGUN MASJID DI KUBURAN

foto: Pusat Jam Digital Masjid 



Pertanyaan:
Assalamu'alaikum
Bagai mana hukum membangun masjid di atas kuburan
[SD]

Jawaban:
Wa'alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakaatuh 

Imam Nawawi merupakan Ulama tersohor dalam Madzhab Syafi'i mengungkapkan bahwa Terdapat kesepakatan Nas Imam Syafi'i dan pengikutnya makruh hukumnya membangun masjid di kuburan bahkan Imam Syafi'i sendiri sang pendiri Madzhab Syafi'i dalam kitab Al Umm berungkap:

وَأَكْرَهُ أَنْ يُبْنَى عَلَى الْقَبْرِ مَسْجِدٌ.... وَأَكْرَهُ هَذَا لِلسُّنَّةِ، وَالْآثَارِ، وَأَنَّهُ كُرِهَ وَاَللَّهُ تَعَالَى أَعْلَمُ أَنْ يُعَظَّمَ أَحَدٌ مِنْ الْمُسْلِمِينَ يَعْنِي يُتَّخَذُ قَبْرُهُ مَسْجِدًا، وَلَمْ تُؤْمَنْ فِي ذَلِكَ الْفِتْنَةُ، وَالضَّلَالُ عَلَى مَنْ يَأْتِي بَعْدُ فَكُرِهَ وَاَللَّهُ أَعْلَمُ لِئَلَّا يُوطَأَ فَكُرِهَ، وَاَللَّهُ أَعْلَمُ لِأَنَّ مُسْتَوْدَعَ الْمَوْتَى مِنْ الْأَرْضِ لَيْسَ بِأَنْظَفِ الْأَرْضِ، وَغَيْرُهُ مِنْ الْأَرْضِ أَنْظَفُ
“Saya membenci membangun masjid di atas kuburan... Dan saya membenci hal ini berdasarkan sunnah dan atsar, serta karena telah ada keterangan bahwa dibenci -wallahu a'lam- mengagungkan seseorang dari kaum muslimin dengan cara menjadikan kuburannya sebagai masjid. Dan tidaklah aman dari fitnah dan kesesatan bagi orang-orang yang datang setelahnya. Maka hal ini dibenci, wallahu a'lam, agar tidak dijadikan tempat menginjak (oleh manusia). Dan wallahu a'lam, karena tempat penyimpanan mayat bukanlah tempat yang paling bersih di bumi, sedangkan tempat lainnya lebih bersih.”
[Al Umm I/317]

وَاتَّفَقَتْ نُصُوصُ الشَّافِعِيِّ وَالْأَصْحَابِ عَلَى كَرَاهَةِ بِنَاءِ مَسْجِدٍ عَلَى الْقَبْرِ سَوَاءٌ كَانَ الْمَيِّتُ مَشْهُورًا بِالصَّلَاحِ أَوْ غَيْرِهِ لِعُمُومِ الْأَحَادِيثِ
“Telah sepakat nas-nas Syafi'i dan pengikutnya atas kemakruhan membangun masjid diatas kuburan; baik mayit tersebut terkenal kesalehannya dan selainnya berdasarkan keumuman hadits-hadits ”
[Al Majmuu' Syarh Al Muhadzdzab V/315]

Itulah Madzhab Syafi'i, dimana membangun masjid di kuburan hukumnya makruh. Adapun hadits yang sering dijadikan pijakan oleh golongan yang mengharamkan dengan moto "Kembali kepada Al Qur'an dan Sunnah" yaitu hadits:

قَاتَلَ اللَّهُ الْيَهُودَ اتَّخَذُوا قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ "
"(Semoga) Allah membinasakan orang Yahudi karena mereka menjadikan kuburan para Nabi mereka sebagai Masjid" (HR. Bukhari dan Muslim)

Juga hadits:

لَعَنَ اللهُ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى اتَّخَذُوا قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ
"Allah melaknat orang Yahudi dan Nashrani yang membuat masjid di kuburan-kuburan para nabinya." (HR. Muslim)

Jangan tergesa-gesa memahami Dzahir hadits Coba kita lihat pernyataan Ulama yang lebih paham mengenai intisari hadits tersebut, Masjid yang bagaimana yang dilarang atau dihukumi haram dibangun di masjid tersebut. Imam Al Munawi menjelaskan:


5995 - - (قاتل الله اليهود) أي أبعدهم عن رحمته لأنهم (اتخذوا قبور أنبيائهم مساجد) أي اتخذوها جهة قبلتهم مع اعتقادهم الباطل وأن اتخاذها مساجد لازم لاتخاذ المساجد عليها كعكسه وهذا بين به سبب لعنهم لما فيه من المغالاة في التعظيم وخص هنا اليهود لابتدائهم هذا الاتخاذ فهم أظلم وضم إليهم في رواية للبخاري النصارى وهم وإن لم يكن لهم إلا نبي واحد ولا قبر له لأن المراد النبي وكبار أتباعه كالحواريين أو يقال الضمير يعود لليهود فقط لتلك الرواية أو على الكل ويراد بأنبيائهم من أمروا بالإيمان بهم وإن كانوا من الأنبياء السابقين كنوح وإبراهيم قال القاضي: لما كانت اليهود يسجدون لقبور الأنبياء تعظيما لشأنهم ويجعلونها قبلة ويتوجهون في الصلاة نحوها فاتخذوها أوثانا لعنهم الله ومنع المسلمين عن مثل ذلك ونهاهم عنه أما من اتخذ مسجدا بجوار صالح أو صلى في مقبرته وقصد به الاستظهار بروحه أو وصول أثر من آثار عبادته إليه لا التعظيم له والتوجه نحوه فلا حرج عليه ألا ترى أن مدفن إسماعيل في المسجد الحرام عند الحطيم؟ ثم إن ذلك المسجد أفضل مكان يتحرى المصلي لصلاته والنهي عن الصلاة في المقابر مختص بالمنبوشة لما فيها من النجاسة انتهى لكن في خبر الشيخين كراهة بناء المسجد على القبور مطلقا والمراد قبور المسلمين خشية أن يعبد فيها المقبور لقرينة خبر اللهم لا تجعل قبري وثنا يعبد وظاهره أنها كراهة تحريم لكن المشهور عند الشافعية أنها كراهة تنزيه فيحمل ما تقرر عن القاضي على ما إذا لم يخف ذلك انتهى
“5995 - (Semoga Allah membinasakan membinasakan) yakni menjauhkan mereka dari rahmatnya karena mereka (menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai masjid) yaitu mereka menjadikannya sebagai kiblat mereka dengan keyakinan yang batil. Dan menjadikan kuburan sebagai masjid adalah konsekuensi logis dari membangun masjid di atasnya, sebagaimana sebaliknya. Ini menjelaskan alasan laknat bagi mereka karena berlebihan dalam mengagungkan kuburan. Orang Yahudi disebutkan secara khusus karena mereka adalah yang pertama kali melakukan hal ini, sehingga mereka lebih zalim.

Dalam riwayat Bukhari, disebutkan bahwa orang-orang Nasrani juga termasuk dalam laknat ini, meskipun mereka hanya memiliki satu nabi dan tidak ada kuburannya. Mungkin yang dimaksud adalah nabi dan para pengikutnya yang utama seperti hawariyun. Atau bisa juga dikatakan bahwa kata ganti "mereka" hanya merujuk pada orang-orang Yahudi dalam riwayat tersebut.

Al-Qadhi berkata: Ketika orang-orang Yahudi bersujud di kuburan nabi-nabi untuk mengagungkan mereka dan menjadikannya kiblat serta menghadap ke arahnya dalam shalat, maka mereka telah menjadikannya sebagai berhala. Allah melaknat mereka dan melarang umat Islam melakukan hal serupa.

Adapun seseorang yang membangun masjid di dekat orang shalih atau shalat di pemakaman dengan tujuan untuk mencari berkah dari ruhnya atau untuk mendapatkan sebagian dari jejak ibadahnya, bukan untuk mengagungkan dan menghadap kepadanya, maka tidak ada masalah baginya. Bukankah makam Ismail berada di Masjidil Haram dekat dengan Hijr?

Namun, terdapat hadits dari Bukhari dan Muslim yang menyebutkan kemakruhan membangun masjid di atas kuburan secara mutlak, yang dimaksudkan adalah kuburan kaum muslimin, karena khawatir kuburan tersebut akan disembah. Berdasarkan hadits "Ya Allah, jangan jadikan kuburku sebagai berhala yang disembah", zahirnya menunjukkan bahwa hukumnya adalah makruh tahrim.

Namun, menurut pendapat yang masyhur di kalangan Syafi'iyah, hukumnya adalah makruh tanzih. Maka, apa yang dikatakan Al-Qadhi dapat dipahami dalam konteks jika tidak ada kekhawatiran akan penyembahan tersebut”
[Faidh Al Qadiir IV/466]

Jelas bukan makna hadits tersebut Yaitu orang Yahudi menjadikan kuburan para Nabi mereka sebagai arah kiblat dan menyembah kuburan Nabi mereka sedangkan shalat di masjid ada kuburannya atau berdekatan dengan kuburan selama tidak bermaksud menyembah kuburan tidaklah masalah meskipun yang baik tidak dilakukan, bahkan terdapat nas yang Shahih Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam pernah shalat Dikuburan kalau itu terlarang dengan hukum haram Tentu tidak diperbuat Baginda Nabi yang menjadi sorotan Cahaya bagi umat ini, nyatanya malah sebaliknya. Imam Ibnu Hajar Al Asqalani mengutip pernyataan Imam Baidhawi sang Ahli Tafsir yang terkenal dengan Sebutan Tafsir Baidhawi, berikut kutipannya:

وَقَالَ الْبَيْضَاوِيُّ لَمَّا كَانَتِ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى يَسْجُدُونَ لِقُبُورِ الْأَنْبِيَاءِ تَعْظِيمًا لِشَأْنِهِمْ وَيَجْعَلُونَهَا قِبْلَةً يَتَوَجَّهُونَ فِي الصَّلَاةِ نَحْوَهَا وَاتَّخَذُوهَا أَوْثَانًا لَعَنَهُمْ وَمَنَعَ الْمُسْلِمِينَ عَنْ مِثْلِ ذَلِكَ فَأَمَّا مَنِ اتَّخَذَ مَسْجِدًا فِي جِوَارٍ صَالِحٍ وَقَصَدَ التَّبَرُّكَ بِالْقُرْبِ مِنْهُ لَا التَّعْظِيمَ لَهُ وَلَا التَّوَجُّهَ نَحْوَهُ فَلَا يَدْخُلُ فِي ذَلِكَ الْوَعيد
“Al-Baidhawi berkata: Ketika orang-orang Yahudi dan Nasrani bersujud di kuburan para nabi untuk mengagungkan mereka, dan menjadikannya kiblat dengan menghadap ke arahnya dalam shalat, serta menjadikannya sebagai berhala, maka Allah melaknat mereka dan melarang umat Islam melakukan hal serupa.

Namun, seseorang yang membangun masjid di dekat orang shalih dengan tujuan untuk mencari berkah dengan kedekatan kepadanya, bukan untuk mengagungkan atau menghadap kepadanya, maka tidak termasuk dalam ancaman tersebut.”
[Fathu Al-Barri Li Ibn Hajar I/525]

Banyak Ulama Ahlussunah memberikan tafsiran hadits seperti diatas sehingga cukup sangat jelas perkara itu. Penafsiran seperti diatas juga ikut ditempuh oleh Habib Zainal Abidin Al-Alawi dalam karyanya Al Ajwibah Al Ghaaliyah halaman 125, bahkan beliau menegaskan dimana menjadikan masjid menghadap kuburan orang shaleh dengan bermaksud tabarruk (ngalap berkah), bukan sebagai Ta'Zhim (mengagungkan), atau shalatnya bertepatan didepan kuburan dan tidak bertujuan menghadap kuburan tersebut tidak termasuk yang tersebut di hadits tersebut bahkan Allah berfirman menerangkan kisah Ahlul Kahfi:

قَالَ الَّذِيْنَ غَلَبُوْا عَلٰۤى اَمْرِهِمْ لَـنَـتَّخِذَنَّ عَلَيْهِمْ مَّسْجِدًا
Artinya: "Orang-orang yang berkuasa atas urusan mereka berkata, 'Kami pasti akan mendirikan sebuah masjid di atas mereka.'" (QS. Al-Kahfi: 21). 

Ayat tersebut menjadi dalil bolehnya mendirikan masjid diatas kuburan orang shaleh dan Ulama telah terjadi Ijma' demi perluasan Masjid Nabawi Makam baginda Nabi mengenai perluasan Masjid tersebut dan kuburan para sahabat beliau terletak dipertengahan masjid, ketika shalat menghadap kuburan tersebut dan peristiwa itu diketahui Ulama dan Fuqaha dan tidak seorang dari mereka melarang hal itu dan berfatwa haramnya perbuatan tersebut.

وأما من التخذ مسجدا بجوار صالح بقصد التبرك دون التعظيم، أو وافق في صلاته أن أمامه قبر ولم يقصد التوجه إليه، فلا يدخل في الوعيد المذكور في الحديث، وقد قال الله تعالى في قصة أهل الكهف ﴿قَالَ الَّذِيْنَ غَلَبُوْا عَلٰۤى اَمْرِهِمْ لَـنَـتَّخِذَنَّ عَلَيْهِمْ مَّسْجِدًا﴾ وقد ذكر أهل التفسير أن الذين غلبوا على أمرهم هم المؤمنون، وأخبر الله تعالى أنهم اتخذوا على أهل الكهف مسجدا، ففي ذلك دليل على اتخاذ المساجد على قبور الصالحين. وقد أجمع المسلمين على توسيع المسجد النبوي حتى صار قبره ﷺ وقبر صاحبيه وسط المسجد، فأصبح المسجد محيطا بهم والمصلون يتوجهون إليها في صلاتهم بمراى من العلماء والفقهاء، ولم يسمع أن أحدا منهم نهى عن ذلك ولا أفتى بتحريمه فاعلم 
[Al Ajwibah Al Ghaaliyah Halaman 125]

Karenanya, menurut Madzhab Syafi'i mendirikan atau membangun masjid di kuburan hukumnya makruh dan tidak haram selagi tidak bermaksud menyembah kuburan tersebut dan adanya nas yang memberlakukan hal itu dan juga adanya nas Rasulullah pernah shalat dikuburan kalau ada pendapat orang sekarang yang memandang musyrik perbuatan tersebut mereka keliru dan belum sampai hadits tersebut kepada mereka sedangkan hadits yang mengecam mendirikan masjid dikuburan Maknanya bukan masjid secara umum Tapi mereka sujud dikuburan dan menyembah kuburan tersebut. Ini masih berdasarkan dari Madzhab Syafi'i dan tidak menutup kemungkinan Madzhab yang lain Selain Syafi'iyah ada yang mengharamkan membangun masjid di kuburan. Namun, secara normal dan tidak kepepet sebaiknya dihindari membangun masjid di kuburan karena kuburan adalah tempat menguburkan jenazah dan biarlah itu tempat khusus baginya dan dengan membangun masjid diatasnya Tentu menyebabkan menyempit lahan pemakaman bahkan bila itu dilakukan dilahan pemakanan umum hukumnya haram dilakukan, hukum ini disepakati Ulama Madzhab kecuali kalangan Hanabilah (Madzhab Hambali) yang menghukumi makruh secara mutlak yakni dilahan pemakanan umum atau tidak bahkan Iman Nawawi pernah berfatwa bahwa ada sebuah pemakaman yang disediakan umum untuk menguburkan jenazah lalu manusia membangun padanya Masjid dan tepat dikuburan mihrabnya apakah hal itu diperbolehkan dan WAJIBKAH bangunan masjidnya diruntuhkan? Beliau berfatwa perbuatan itu tidak boleh dilakukan dan wajib dihancurkan.

اتخاذ البناء على القبور
يكره أن يبنى على القبر بيت أو قبة أو مدرسة أو مسجد أو حيطان تحدق به - كالحيشان - إذا لم يقصد بها الزينة والتفاخر، وإلا كان ذلك حراماً، وهذا إذا كانت الأرض غير مسبلة ولا موقوفة؛ والمسبلة هي التي اعتاد الناس الدفن فيها، ولم يسبق لأحد ملكها؛ والموقوفة: هي ما وقفها مالك بصيغة الوقف، كقرافة مصر التي وقفها سيدنا عمر رضي الله عنه أما المسبلة والموقوفة فيحرم فيهما البناء مطلقاً، لما في ذلك من الضيق والتحجير على الناس، وهذا الحكم متفق عليه بين الأئمة، إلا أن الحنابلة قالوا: إن البناء مكروه مطلقاً، سواء كانت الأرض مسبلة أو لا، والكراهة في المسبلة أشد؛ وبذلك تعلم حكم ما ابتدعه الناس من التفاخر في البنيان على القبور، وجعلها قصوراً ومساكن قد لا يوجد مثلها في مساكن كثير من الأحياء، ومن الأسف أنه لا فرق في هذه الحالة بين عالم وغيره.
[Al Fiqh Ala Madzaahib Al Arba'ah I/487]

حكم بناء المسجد في المقبرة
3 - مسألة: مقبرة مسبَّلة للمسلمين بَنى إنسان فيها مسجدًا وجعل فيها محرابًا هل يجوز ذلك؟ وهل يجب هدمه؟.

الجواب: لا يجوز له ذلك، ويجب هدمه.
[Fatawa An Nawawi Halaman 65]

Wallahu A'lamu Bis Shawaab


(Dijawab oleh: Ismidar Abdurrahman As Sanusi)

Link Diskusi:

Komentari

Lebih baru Lebih lama