1960. PEMAHAMAN SURAT AL AHZAB AYAT 53 : MEMINTA KEPADA ISTRI NABI DARI BALIK HIJAB (وَإِذا سَأَلْتُمُوهُنَّ مَتاعاً فَسْئَلُوهُنَّ مِنْ وَراءِ حِجابٍ)

Foto: Instagram 


Pertanyaan:
Kalau hukum satir /hijab yg ada di ayat فاسالواهن من وراء الحجاب itu apa tadz?
[tolibrika01]

Jawaban:

ولما كان البيت يطلق على المرأة لملازمتها له عادة أعاد الضمير عليه مراداً به النساء استخداماً فقال تعالى: {وإذا سألتموهن} أي: الأزواج {متاعاً} أي: شيئاً من آلات البيت {فاسألوهن} أي: ذلك المتاع كائنين وكائنات {من وراء حجاب} أي: ستر يستركم عنهن ويسترهن عنكم، وقرأ ابن كثير والكسائي بفتح السين ولا همزة بعدها والباقون بسكون السين وهمزة مفتوحة بعدها {ذلكم} أي: الأمر العالي الرتبة {أطهر لقلوبكم وقلوبهن} أي: من وسواس الشيطان والريب لأن العين وزيرة القلب فإذا لم تر العين لم يشته القلب، فأما إذا رأت العين فقد يشتهي القلب وقد لا يشتهي، فالقلب عند عدم الرؤية أطهر وعدم الفتنة حينئذ أظهر.

“Dan ketika kata "rumah" digunakan untuk menyebut wanita karena kebiasaan mereka berdiam di rumah, maka Allah mengembalikan kata ganti pada "rumah" dengan maksud wanita, dengan penggunaan bahasa yang elegan.

Firman Allah: "Dan jika kalian meminta sesuatu (kepada istri-istri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir." Yaitu, mintalah dari balik tirai atau penghalang yang memisahkan kalian dari mereka (istri-istri Nabi) dan mereka dari kalian.

Qiraah Ibnu Katsir dan Al-Kisa'i membaca "فَسْأَلُوهن" dengan sukun pada huruf sin dan tidak ada hamzah setelahnya, sedangkan qiraah lainnya membaca "فَسْأَلُوهُنَّ" dengan sukun pada huruf sin dan hamzah yang berharakat fathah setelahnya.

Allah berfirman: "Yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka." Yaitu, perintah untuk meminta dari balik tabir adalah sesuatu yang lebih suci bagi hati kalian dan hati mereka dari was-was setan dan keraguan. Karena mata adalah penghasut hati, jika mata tidak melihat, maka hati tidak akan berkeinginan. Namun, jika mata melihat, maka hati mungkin berkeinginan dan mungkin tidak. Maka hati lebih suci dan lebih jauh dari fitnah ketika tidak melihat”
[Siraaj Al Muniir III/266]

(وَإِذا سَأَلْتُمُوهُنَّ مَتاعاً فَسْئَلُوهُنَّ مِنْ وَراءِ حِجابٍ) أي وإذا سألتم أزواج رسول الله صلى الله عليه وسلم ونساء المؤمنين اللواتى لسن لكم بأزواج، شيئا تتمتعون به من ماعون وغيره فاطلبوا منهن ذلك من وراء ستر بينكم وبينهن. أخرج البخاري وابن جرير وابن مردويه عن أنس رضى الله عنه قال: قال عمر ابن الخطاب رضى الله عنه: يا رسول الله يدخل عليك البرّ والفاجر، فلو أمرت أمهات المؤمنين بالحجاب، فأنزل الله آية الحجاب فى صبيحة عرس رسول الله صلى الله عليه وسلم بزينب بنت جحش فى ذى القعدة سنة خمس من الهجرة، وهى مما وافق تنزيلها قول عمر كما فى الصحيحين عنه قال: وافقت ربى عز وجل فى ثلاث، قلت:

يا رسول الله لو اتّخذت من مقام إبراهيم مصلى، فأنزل الله: «وَاتَّخِذُوا مِنْ مَقامِ إِبْراهِيمَ مُصَلًّى» وقلت: يا رسول الله إن نساءك يدخل عليهن البر والفاجر فلو حجبتهن فأنزل الله آية الحجاب، وقلت لأزواج النبي صلى الله عليه وسلم لما تمالأن عليه فى الغيرة «عَسى رَبُّهُ إِنْ طَلَّقَكُنَّ أَنْ يُبْدِلَهُ أَزْواجاً خَيْراً مِنْكُنَّ» فنزلت كذلك. ثم بين سبب ما تقدم بقوله:

(ذلِكُمْ أَطْهَرُ لِقُلُوبِكُمْ وَقُلُوبِهِنَّ) أي ذلك الدخول بالإذن وعدم الاستئناس للأحاديث أطهر لقلوبكم وقلوبهن من وساوس الشيطان والريب، لأن العين رسول القلب، فإذا لم تر العين لم يشته القلب، فالقلب عند عدم الرؤية أطهر، وعدم الفتنة حينئذ أظهر، وجاء في الأثر «النظر سهم مسموم من سهام إبليس» وقال الشاعر:

والمرء مادام ذاعين يقلّبها ... فى أعين العين موقوف على الخطر

يسرّ مقلته ما ساء مهجته ... لا مرحبا بانتفاع جاء بالضرر

ولما ذكر ما ينبغى من الآداب حين دخول بيت الرسول أكده بما يحملهم على ملاطفته وحسن معاملته بقوله:

(وَما كانَ لَكُمْ أَنْ تُؤْذُوا رَسُولَ اللَّهِ) أي وما كان ينبغى لكم أن تفعلوا فى حياته صلّى الله عليه وسلم فعلا يتأذى به ويكرهه كاللبث والاستئناس للحديث الذي كنتم تفعلونه، فإن الرسول يسعى لخيركم ومنفعتكم في دنياكم وآخرتكم، فعليكم أن تقابلوا بالحسنى كفاء جليل أعماله.

“"Dan apabila kalian meminta sesuatu kepada mereka (istri-istri Nabi) untuk keperluan, maka mintalah dari balik tabir."

Yaitu, jika kalian meminta sesuatu kepada istri-istri Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam atau kepada wanita-wanita mukminah yang bukan mahram kalian, untuk sesuatu yang bisa kalian manfaatkan seperti pinjaman barang atau yang lainnya, maka mintalah dari balik tabir atau penghalang antara kalian dan mereka. Diriwayatkan oleh Bukhari, Ibnu Jarir, dan Ibnu Mardawaih dari Anas bin Malik Radhiyallahu 'anhu, bahwa Umar bin Khattab Radhiyallahu 'anhu berkata:

"Wahai Rasulullah, orang-orang baik dan orang-orang jahat masuk menemuimu. Seandainya engkau memerintahkan istri-istrimu untuk menggunakan hijab."

Maka turunlah ayat hijab pada pagi hari setelah pernikahan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam dengan Zainab binti Jahsy di bulan Dzul Qa'dah tahun ke-5 Hijriyah.

Hal ini termasuk perkara yang sesuai dengan pendapat Umar, sebagaimana yang disebutkan dalam Shahih Bukhari dan Muslim dari Umar, bahwa ia berkata:

"Aku telah sesuai dengan Rabbku dalam tiga perkara. Aku berkata: 'Wahai Rasulullah, seandainya engkau menjadikan maqam Ibrahim sebagai tempat shalat?' Maka turunlah ayat: 'Dan jadikanlah maqam Ibrahim sebagai tempat shalat.'

Aku juga berkata: 'Wahai Rasulullah, sesungguhnya istri-istrimu didatangi oleh orang-orang baik dan orang-orang jahat. Seandainya engkau hijabi mereka?' Maka turunlah ayat hijab.

Aku juga berkata kepada istri-istri Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam ketika mereka berlebihan dalam meminta sesuatu kepada beliau: 'Mudah-mudahan Rabbnya jika menceraikan kalian, Dia akan menggantikan bagi-Nya istri-istri yang lebih baik dari kalian.' Maka ayat ini pun turun.

Kemudian Allah menjelaskan hikmah di balik perintah tersebut dengan firman-Nya:

"Yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka."

Yaitu, perlakuan seperti itu (meminta izin dan tidak berlama-lama berbicara) lebih membersihkan hati kalian dan hati mereka dari was-was setan dan keraguan.

Karena mata adalah utusan hati, jika mata tidak melihat, maka hati tidak akan berkeinginan. Maka hati lebih suci dan lebih jauh dari fitnah ketika tidak melihat.

Dalam atsar disebutkan: "Pandangan mata adalah anak panah beracun dari anak panah Iblis."

Sebuah syair Arab mengatakan:

"Selama mata masih bisa melihat, maka hati akan terus-menerus dalam bahaya. Mata akan senang melihat sesuatu yang bisa membahayakan hati. Maka, tidak ada kebaikan dalam memanfaatkan sesuatu yang membawa bahaya."

Setelah menyebutkan adab-adab yang seharusnya dilakukan ketika memasuki rumah Rasulullah, Allah menekankan pentingnya berlaku lembut dan berbuat baik kepada beliau dengan firman-Nya:

"Dan tidak sepatutnya bagi kalian untuk menyakiti Rasulullah."

Yaitu, tidak sepatutnya bagi kalian melakukan sesuatu yang dapat menyakiti beliau dan tidak disukai oleh beliau, seperti berlama-lama berbicara yang biasa kalian lakukan.

Karena Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam selalu berusaha untuk kemaslahatan dan kebaikan kalian di dunia dan akhirat. Maka, hendaknya kalian membalas kebaikan beliau dengan berbuat baik pula”.
[Tafsir Al Maraaghiy XXII/31]

PELENGKAP

Sebuah Keterangan menyebutkan ayat tersebut Adalah Kekhususan Bagi Para Istri Nabi bukan Seluruh Kaum perempuan 

(وَتَحْرِيمُ سُؤَالِهِنَّ إلَّا مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ) قَالَ تَعَالَى {وَإِذَا سَأَلْتُمُوهُنَّ مَتَاعًا فَاسْأَلُوهُنَّ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ} [الأحزاب: 53] وَأَمَّا غَيْرُهُنَّ فَيَجُوزُ أَنْ يُسْأَلْنَ مُشَافَهَةً، قَالَ النَّوَوِيُّ فِي شَرْحِ مُسْلِمٍ قَالَ الْقَاضِي عِيَاضٌ خُصِّصْنَ بِفَرْضِ الْحِجَابِ عَلَيْهِنَّ بِلَا خِلَافٍ فِي الْوَجْهِ وَالْكَفَّيْنِ فَلَا يَجُوزُ لَهُنَّ كَشْفُ ذَلِكَ لِشَهَادَةٍ وَلَا غَيْرِهَا وَلَا إظْهَارُ شُخُوصِهِنَّ وَإِنْ كُنَّ مُسْتَتِرَاتٍ إلَّا لِضَرُورَةِ خُرُوجِهِنَّ لِلْبِرَازِ

“"Dan diharamkan meminta kepada mereka (istri-istri Nabi) kecuali dari balik hijab."

Allah Ta'ala berfirman: "Dan apabila kalian meminta sesuatu kepada mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah dari balik hijab." (Al-Ahzab: 53)

Adapun selain mereka (istri-istri Nabi), maka boleh meminta kepada mereka secara langsung. Imam An-Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim menyebutkan bahwa Al-Qadhi Iyadh berkata: "Istri-istri Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam dikhususkan dengan kewajiban hijab secara total, tanpa ada perbedaan pendapat, baik wajah maupun kedua tangan. Maka tidak boleh bagi mereka untuk menampakkannya, baik untuk tujuan persaksian atau lainnya, dan tidak boleh pula menampakkan bentuk tubuh mereka meskipun mereka mengenakan pakaian yang menutupinya, kecuali jika ada keperluan untuk keluar”
[Asnaa Al Mathaalib Fii Syarh Raudh At Thaalib III/103]

قَالَ الْقَاضِي عِيَاضٌ فَرْضُ الْحِجَابِ مِمَّا اخْتُصَّ بِهِ أَزْوَاجُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَهُوَ فَرْضٌ عَلَيْهِنَّ بلا خلاف فى الوجه والكفين فلايجوز لَهُنَّ كَشْفُ ذَلِكَ لِشَهَادَةٍ وَلَا غَيْرِهَا وَلَا يَجُوزُ لَهُنَّ إِظْهَارُ شُخُوصِهِنَّ وَإِنْ كُنَّ مُسْتَتِرَاتٍ إلاما دَعَتْ إِلَيْهِ الضَّرُورَةُ مِنَ الْخُرُوجِ لِلْبَرَازِ قَالَ اللَّهُ تَعَالَى وَإِذَا سَأَلْتُمُوهُنَّ مَتَاعًا فَاسْأَلُوهُنَّ مِنْ وراء حجاب وَقَدْ كُنَّ إِذَا قَعَدْنَ لِلنَّاسِ جَلَسْنَ مِنْ وَرَاءِ الْحِجَابِ وَإِذَا خَرَجْنَ حُجِبْنَ وَسَتَرْنَ أَشْخَاصَهُنَّ كَمَا جَاءَ فِي حَدِيثِ حَفْصَةَ يَوْمَ وَفَاةِ عُمَرَ وَلَمَّا تُوُفِّيَتْ زَيْنَبُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا جَعَلُوا لَهَا قُبَّةً فَوْقَ نَعْشِهَا تَسْتُرُ شَخْصَهَا هَذَا آخِرُ كَلَامِ الْقَاضِي
“Al-Qadhi Iyadh berkata: "Kewajiban hijab adalah sesuatu yang dikhususkan bagi istri-istri Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam. Maka hijab itu wajib bagi mereka tanpa ada perbedaan pendapat, baik wajah maupun kedua tangan. Tidak boleh bagi mereka untuk menampakkannya, baik untuk tujuan persaksian atau lainnya. Tidak boleh pula bagi mereka untuk menampakkan bentuk tubuh mereka, meskipun mereka mengenakan pakaian yang menutupinya, kecuali jika ada keperluan yang mendesak untuk keluar, seperti buang air.

Allah Ta'ala berfirman: "Dan apabila kalian meminta sesuatu kepada mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah dari balik hijab." (Al-Ahzab: 53)

Dahulu, jika mereka (istri-istri Nabi) duduk untuk orang-orang, mereka duduk di balik hijab. Jika mereka keluar, mereka berhijab dan menutupi bentuk tubuh mereka, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits tentang Hafshah pada hari wafatnya Umar.

Ketika Zainab Radhiyallahu 'anha wafat, mereka membuat sebuah kubah di atas keranda untuk menutupi bentuk tubuhnya". Ini adalah akhir perkataan Al-Qadhi Iyadh”
[Syarh An Nawawi Ala Muslim XIV/151]

Wallahu A'lamu Bis Shawaab


(Dijawab oleh: Ismidar Abdurrahman As Sanusi)

Link Diskusi:

Komentari

Lebih baru Lebih lama