1961. HUKUM MEMBUAT SHALAT JAMA'AH LEBIH DARI SATU DI MASJID



Pertanyaan:
Ni mksdnya gmn yah... soalnya d masjid pinggir jln tu pasti banyak yg mlakukn...mereka brjamaah mnurut rombongannya masing2...(D luar brjamaah yg prtama)


[Thomey]

Jawaban:
Maksud pernyataan tersebut adalah bahwa Mengadakan shalat jama'ah di suatu masjid lebih dari satu hukumnya makruh. Contohnya: Ada 10 orang termasuk imam tengah melakukan shalat berjamaah kemudikan 10 orang lain lagi membuat jama'ah yang lain yang dipimpin oleh imam yang lain.

Keterangan Tersebut menunjukkan perbuatan mengadakan shalat jama'ah lebih dari satu pada satu keadaan dibenci yakni dihukumi makruh, namun dalam Madzhab Syafi'i itu tidak mutlak tapi ada rincian kemakruhannya yang bagaimana, karenanya simaklah penjelasan ini agar meraih pemahaman dan tentunya dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Dimakruhkan melakukan shalat berjamaah baik memulai maupun mengadakan lebih dari satu pada satu waktu bila di masjid itu ada imam Ratib★ dan dia hadir ditempat atau ia tidak hadir tapi tidak mengizinkan orang lain memimpin shalat dan jika dia tidak hadir ditempat sunah ditunggu baik jama'ah mengharapakan memulai shalat diawal waktu atau tidak atau mengutus seseorang menemuinya kecuali khawatir Habis waktu shalat atau sempit Masjid sehingga tidak bisa menampung jama'ah. Ketentuan ini adalah masjid yang bukan Mathruq★, sedangkan bila di masjid Mathruq maka tidak Makruh memulai shalat dengan siapapun atau tidak Makruh pula mengadakan lebih dari satu jama'ah shalat meskipun pada waktu yang bersamaan meskipun masjid itu ada imam ratib karena pada masjid Mathruq imam ratib sama dengan selainnya walaupun mengadakan lebih dari satu jama'ah shalat dilakukan karena hadirnya 
—————

 *CATATAN*
★ Imam Ratib adalah imam khusus pada Suatu masjid yang memimpin shalat.

★ Masjid yang bukan Mathruq adalah Masjid yang hanya mengadakan sekali jama'ah shalat pada setiap waktu yang kemudian Masjid tersebut dikunci sedangkan Masjid Mathruq adalah Masjid yang berada ditempat dilalui manusia yang kerap kali mengadakan lebih dari jama'ah shalat atau Masjid yang ada di pasar-pasar. Meskipun menurut Imam Nawawi: Bila Masjid Mathruq atau bukan Mathruq yang tidak ada imam ratib tidak Makruh mendirikan shalat jama'ah berbilang.

Kesimpulannya adalah Bila mengadakan shalat jama'ah lebih dari satu pada Masjid maka bila ada imam ratibnya atau pada Masjid yang bukan Mathruq Makruh mengadakan lebih dari satu jama'ah shalat, sedangkan di Masjid yang masjid Mathruq seperti Masjid buka setiap saat atau masjid di pasar-pasar atau tempat dilalui oleh orang-orang maka tidak Makruh mengadakan lebih dari satu jama'ah shalat kecuali menurut Imam Nawawi yang tidak membedakan masjid Mathruq dan bukan Mathruq yang tidak ada imam ratibnya tidak Makruh dan bila ada imam ratibnya makruh mengadakan lebih dari satu jama'ah shalat.


DASAR KETERANGAN URAIAN

وَتُكْرَهُ إقَامَةُ جَمَاعَةٍ بِمَسْجِدٍ غَيْرِ مَطْرُوقٍ لَهُ إمَامٌ رَاتِبٌ مِنْ غَيْرِ إذْنِهِ قَبْلَهُ أَوْ بَعْدَهُ أَوْ مَعَهُ فَإِنْ غَابَ الرَّاتِبُ سُنَّ انْتِظَارُهُ ثُمَّ إنْ أَرَادُوا فَضْلَ أَوَّلِ الْوَقْتِ أَمْ غَيْرَهُ، وَإِلَّا فَلَا إلَّا أَنْ خَافُوا فَوَاتَ كُلِّ الْوَقْتِ، وَمَحِلُّ ذَلِكَ حَيْثُ لَا فِتْنَةَ، وَإِلَّا صَلَّوْا فُرَادَى مُطْلَقًا أَمَّا الْمَسْجِدُ الْمَطْرُوقُ فَلَا يُكْرَهُ فِيهِ تَعَدُّدُ الْجَمَاعَاتِ، وَلَوْ كَانَ لَهُ إمَامٌ رَاتِبٌ، وَوَقَعَ جَمَاعَتَانِ مَعًا كَمَا أَفْتَى بِهِ الْوَالِدُ - رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى - اهـ. شَرْحُ م ر

“Dimakruhkan mendirikan shalat jama'ah di masjid yang bukan Mathruq yang ada imam ratib tanpa izinnya atau sebelum maupun sesudahnya atau besertanya, bila ia tidak hadir sunah menunggunya kemudian jika mereka menginginkan memperoleh Fadhilah awal waktu ataupun selainnya dan jika tidak maka tidak kecuali mereka khawatir Habis setiap waktu. Letaknya ketika tidak ada fitnah dan jika tidak mereka shalat secara sendiri-sendiri secara mutlak. Adapun masjid Mathruq maka tidak Makruh padanya berbilang shalat jama'ah walaupun ada imam ratib dan berlangsung dua jama'ah itu besertanya sebagaimana difatwakan sang ayah - Semoga Allah merahmati beliau - Kutipan dari Syarh Ar Ramli (Nihaayah Al Muhtaaj)”

وَيُكْرَهُ أَنْ تُقَامَ جَمَاعَةٌ فِي مَسْجِدٍ بِغَيْرِ إذْنِ إمَامِهِ الرَّاتِبِ قَبْلَهُ أَوْ بَعْدَهُ أَوْ مَعَهُ إلَّا إذَا كَانَ الْمَسْجِدُ مَطْرُوقًا أَوْ لَيْسَ لَهُ إمَامٌ رَاتِبٌ أَوْ لَهُ رَاتِبٌ وَأَذِنَ فِي إقَامَتِهَا أَوْ لَمْ يَأْذَنْ وَضَاقَ الْمَسْجِدُ عَنْ الْجَمِيعِ، وَمَحَلُّ الْكَرَاهَةِ إذَا لَمْ يَخَفْ فَوْتَ الْوَقْتِ شَرْحُ الرَّوْضِ. اهـ. مَرْحُومِيٌّ.

“Dimakruhkan mendirikan shalat jama'ah di masjid tanpa izin imam ratib baik sebelum, sesudah maupun besertanya kecuali pada masjid Mathruq atau tidak ada imam ratib atau ada imam ratib tapi ia mengizinkan melakukan shalat jama'ah atau tidak mengizinkan tapi masjid sempit untuk menampung semuanya. Letak kemakruhan tersebut bila tidak dikhawatirkan habis waktu, Penjelasan dari kitab Syarh Ar Raudh, Habis Kutipan dari Marhumiy”
[Hasyiyah Al Bujairami Ala Al Khatib II/161]

ولو لم يحضر الراتب أو لم يأذن ولم يظن رضاه .. سن الإرسال إليه ليحضر، أو يأذن، فإن خيف فوت أول الوقت ولا فتنة ولا تأذ .. أمَّ القوم أحدهم، فإن ضاق الوقت .. جمعوا مطلقاً، وهذا في مسجد غير مطروق، وإلا .. فلا تكره فيه الجماعة مطلقاً وإن تعددت في وقت واحد

“Apabila tidak hadir imam ratib atau dia tidak mengizinkan atau tidak ada sangkaan ridhanya sunah mengutus seseorang untuk menghadirkannya, kendatipun bila khawatir Habis awal waktu dan tidak pula karena fitnah dan juga ada faktor menyakiti bisa di imami salah seorang dari jama'ah, jika waktu shalat mepet mereka diperkenankan melakukan shalat jama'ah secara mutlak. Ini pada Masjid yang bukan Mathruq dan jika tidak maka tidak Makruh melakukan shalat jama'ah padanya secara mutlak meskipun berbilang shalat jama'ah pada satu waktu bersamaan”

أَمَّا حُكْمُ الْمَسْأَلَةِ فَقَالَ أَصْحَابُنَا إنْ كَانَ لِلْمَسْجِدِ إمَامٌ رَاتِبٌ وَلَيْسَ هُوَ مَطْرُوقًا كُرِهَ لِغَيْرِهِ اقامة الجماعة فيه ابتداء قبل فوات مجئ إمَامِهِ وَلَوْ صَلَّى الْإِمَامُ كُرِهَ أَيْضًا إقَامَةُ جَمَاعَةٍ أُخْرَى فِيهِ بِغَيْرِ إذْنِهِ هَذَا هُوَ الصَّحِيحُ الْمَشْهُورُ وَبِهِ قَطَعَ الْجُمْهُورُ وَحَكَى الرَّافِعِيُّ وَجْهًا أَنَّهُ لَا يُكْرَهُ ذَكَرَهُ فِي بَابِ الْآذَانِ وَهُوَ شَاذٌّ ضَعِيفٌ وَإِنْ كَانَ الْمَسْجِدُ مَطْرُوقًا أَوْ غَيْرَ مَطْرُوقٍ وَلَيْسَ لَهُ إمَامٌ رَاتِبٌ لَمْ تُكْرَهْ إقَامَةُ الْجَمَاعَةِ الثَّانِيَةِ فِيهِ لِمَا ذَكَرَهُ الْمُصَنِّفُ

“Adapun hukum permasalahan pada uraian ini maka para Sahabat kami berkata: Bila Masjid yang ada imam ratib dan bukan Mathruq Makruh selainnya mengadakan shalat jama'ah untuk memulai sebelum datang imamnya, bila imam itu sudah memimpin shalat Makruh juga mengadakan shalat jama'ah yang lain tanpa izinnya. Ini adalah pendapat yang Shahih lagi Masyhur dan yang ditetapkan Jumhur. Rafi'i menceritakan sebuah pendapat yang tidak memakruhkan Beliau menuturkannya pada bab Adzan itu adalah pendapat yang Syadz lagi pendapat yang Dha'if. Sedangkan bila masjid Mathruq atau bukan Mathruq yang tidak ada imam ratib tidak Makruh mendirikan jama'ah Kedua padanya sebagaimana dituturkan oleh pengarang”

وَهَذَا فِي مَسْجِدٍ غَيْرِ مَطْرُوقٍ بِأَنْ لَا يُصَلَّى فِيهِ كُلُّ وَقْتٍ إلَّا جَمَاعَةً وَاحِدَةً ثُمَّ يُقْفَلُ، وَإِلَّا فَالرَّاتِبُ كَغَيْرِهِ، وَلَوْ بِحَضْرَتِهِ فَلَا تُكْرَهُ جَمَاعَةٌ غَيْرَهُ لَا مَعَهُ، وَلَا قَبْلَهُ وَلَا بَعْدَهُ. اهـ. بِرْمَاوِيٌّ.

“Ini pada Masjid yang bukan Mathruq seperti yang tidak melakukan shalat setiap waktu kecuali sekali kemudian di kunci dan jika tidak maka imam ratib seperti lainnya dan jika dengan hadirnya maka tidak Makruh melakukan shalat jama'ah selainnya dan tidak pula besertanya, tidak sebelumnya maupun sesudahnya, habis Kutipan dari Birmawi”
[Hasyiyah Al Jamal Ala Syarh Al Manhaj I/532, Hasyiyah Al Bujairami Ala Syarh Al Manhaj I/312]

وقال الشافعية (1): يكره إقامة الجماعة في مسجد بغير إذن من الإمام الراتب مطلقاً قبله أو بعده أو معه، ولا يكره تكرار الجماعة في المسجد المطروق في ممر الناس، أو في السوق، أو فيما ليس له إمام راتب، أو له وضاق المسجد عن الجميع، أو خيف خروج الوقت؛ لأنه لا يحمل التكرار على المكيدة.
_____________
(1) مغني المحتاج:234/ 1، المهذب:95/ 1.

“Syafi'iyah berkata: Dimakruhkan mendirikan shalat jama'ah tanpa izin imam ratib secara mutlak sebelum, sesudah ataupun besertanya dan tidak Makruh berulang shalat jama'ah pada Masjid Mathruq yang dilewati oleh manusia atau pada pasar, atau tidak ada imam ratib, atau sempit Masjid untuk menampung jamaah atau khawatir Habis waktu karena tidak searti Bentuk kecurangan”(Mughni Al Muhtaaj I/234, Al Muhadzdzab I/95)”

Wallahu A'lamu Bis Shawaab


Link Diskusi:

Artikel terkait:

Komentari

Lebih baru Lebih lama