0150. HUKUM KEPUTIHAN DAN TATA CARA WANITA YANG KEPUTIHAN


ISMIDAR ABDURRAHMAN AS-SANUSI·3 NOVEMBER 2016
 
Shalat Wanita Yang Keputihan
Hasil Bahts Masail LBM NU Mojokerto

Permasalahan:
Cairan putih yang keluar dari kemaluan seorang wanita, akibat penyakit  keputihan apakah termasuk haid? Najis ataukah tidak? Dan bagaimana  caranya shalat bagi wanita tersebut?

Jawaban:
Tidak termasuk haid. Cairan putih sebab keputihan hukumnya najis, karena  keluar dari dalam farji. Untuk masalah shalat bagi wanita yang  menderita keputihan, apabila cairan itu keluar terus menerus seperti orang beser, maka berlaku hukum seperti orang yang beser.
Cara yang harus dilakukan adalah dengan mensucikan kemaluan/farji, setelah itu disumbat dengan pembalut atau kapas. Barulah kemudian berwudlu dengan menyegerakan shalat. Penderita keputihan dan orang yang beser tidak boleh menunda-nunda shalat setelah berwudlu, kecuali untuk kemaslahatan shalat seperti menjawab adzan atau menunggu jamaah.

Dasar Pengambilan

Hasyiyah Jamal II hal. 149

( قَوْلُهُ وَرُطُوبَةٍ فَرْجٍ ) هِيَ مَاءٌ أَبْيَضُ مُتَرَدِّدٌ بَيْنَ الْمَذْيِ وَالْعَرَقِ  وَمَحِلُّ ذَلِكَ إذَا خَرَجَتْ مِنْ مَحَلٍّ يَجِبُ غَسْلُهُ ، فَإِنْ  خَرَجَتْ مِنْ مَحِلٍّ لَا يَجِبُ غَسْلُهُ فَهِيَ نَجِسَةٌ ؛ لِأَنَّهَا رُطُوبَةٌ جَوْفِيَّةٌ وَهِيَ إذَا خَرَجَتْ إلَى الظَّاهِرِ يُحْكَمُ بِنَجَاسَتِهَا وَإِذَا لَاقَاهَا شَيْءٌ مِنْ الطَّاهِرِ تَنَجَّسَ

(pernyataan cairan dalam kemaluan)  yaitu cairan putih yang ambigu antara madzi dan keringat. Titik tekan  masalah ini, yaitu ketika cairan itu keluar dari tempatnya yang wajib  membersihkannya. Apabila cairan itu keluar dari tempat yang tidak wajib dibersihkan  maka dihukumi najis, karena hal itu merupakan cairan dari dalam.  Apabila cairan itu keluar dari anggota dzahir, maka dihukumi najis.  Apabila sesuatu yang suci bersentuhan dengannya maka menjadi mutanajis.
Minhaj al Tullab I hal 26

والاستحاضة كسلس فلا تمنع ما يمنعه  الحيض فيجب أن تغسل مستحاضة فرجها فتحشوه فتعصبه بشرطهما فتطهر لكل فرض  وقته وتبادر به ولا يضر تأخيرها لمصلحة كستر وانتظار جماعة

Istihadzah (darah penyakit) itu seperti orang yang beser, maka orang yang istihadzah tidak tercegah melakukan sesuatu yang tidak boleh dilakukan oleh orang yang haid. Maka wajib bagi seorang yang istihadzah untuk mensucikan farjinya, menyumpal dan membalutnya sesuai dengan syarat-syaratnya, kemudian berwudlu. Hal ini wajib dilakukan setiap akan menjalankan shalat fardlu dan bersegera menjalankannya. Mengakhirkan shalat (setelah wudlu) diperboleh bila untuk kemaslahatan seperti menutup aurat atau menunggu jamaah.
http://solusinahdliyin.net/daerah/lbm-kab-mojokerto/290-shalat-wanita-yang-keputihan.html

DOKUMEN FB:
https://www.facebook.com/notes/diskusi-hukum-fiqih-berdasarkan-empat-madzhab/0150-hukum-keputihan-dan-tata-cara-wanita-yang-keputihan/1141288679252449/

Komentari

Lebih baru Lebih lama