0358. HUKUM MEMANFAATKAN BARANG GADAIAN

ISMIDAR ABDURRAHMAN AS-SANUSI·3 NOVEMBER 2016

PERTANYAAN  
> Ahmadh Syaifuddin
Assalamualaiqum,,,mau tanya sob,,,bAgaimana hukumnya mengambil manfaat dari barang gadaian,, mkasih

JAWABAN
> Ismidar Abdurrahman As-Sanusi 
Wa'alaikumussalam

Dalam  hal memanfaatkan barang gadaian para Ulama berselisih pendapat tentang  kebolehannya. Namun, sebagian pendapat menyatakan halal bila tidak  disebutkan syarat di dalam akad, karena menurut pendapat yang masyhur  adat di suatu masyarakat tidak termasuk  syarat. Sebagian yang lain berpendapat HARAM karena termasuk hutang yang  memungut manfaat. Sebagian yang lain lagi berpendapat Syubhat (tidak  jelas halal dan haramnya) karena Ulama berselisih pendapat dalam masalah  ini.

و منها : لو عم في الناس اعتياد إباحة منافع الرهن للمرتهن فهل ينزل منزلة شرطه حتى يفسد الرهن قال الجمهور : لا و قال القفال : نعم

Jika  sudah umum dikalangan masyarakat kebiasaan kebolehan memanfaatkan  barang gadaian oleh pemilik gadai apakah kebiasaan tersebut sama dengan  pemberlakuan syarat (kebolehan pemanfaatan) sampai barang yang  digadaikan tersebut rusak ? Mayoritas Ulama menyatakantidak sama sedang  Imam ql-Qaffal menyatakan sama.
Asybah wa an-Nazhooir I/192

(  و ) جاز لمقرض ( نفع ) يصل له من مقترض كرد الزائد قدرا أو صفة والأجود في  الرديء ( بلا شرط ) في العقد بل يسن ذلك لمقترض…. وأما القرض بشرط جر نفع  لمقرض ففاسد لخبر كل قرض جر منفعة فهو ربا
( قوله ففاسد ) قال ع ش ومعلوم أن محل الفساد حيث وقع الشرط في صلب العقد
أما لو توافقا على ذلك ولم يقع شرط في العقد فلا فساد

Diperbolehkan  bagi sipemberi pinjaman untuk memanfaatkan (sesuatu kelebihan) yang  diperoleh dari si peminjam seperti pengembalian yang lebih baik ukuran  ataupun sifat dan lebih baik pada pinjaman yang jelek asalkan tidak  tersebutkan pada waktu akad sebagai persyaratan bahkan hal yang demikian  bagi peminjam disunahkan (mengembalikan yang lebih baik dibandingkan  barang yang dipinjamnya)
Adapun peminjaman dengan syarat  boleh mengambil manfaat oleh peminjam maka hukumnya rusak/haram sesuai  dengan hadits “semua peminjaman yang menarik sesuatu (terhadap yang  dipinjamkanny maka termasuk riba”
Dengan ini  diketahui akan rusaknya akad tersebut jika memang disyaratkan dalam  akad. Sedangkan jika keduanya (Si peminjam dan yang dipinjami uang)  saling sepakat dan tanpa ada persyaratan tertentu dalam akad maka akad  itupun tidak menjadi rusak (hukumnya boleh)
I’aanah at-Thoolibiin III/353

Wallahu A'lamu Bis Showaab 

Komentari

Lebih baru Lebih lama