044. QOUL IMAM AS-SYAFI’I YANG DISALAH PAHAMI

Pertanyaan:
assalamualaikum saudra ku semua ny.
    di sini sya cuman menyampai sedikit nasehat.terutama untuk sya sendri.
   jgn slah phm dgn perkataan imam syafi'i
yg kata ny.
    jika ada pendpat ku yg berselisih dgn Hadist.mka ambillah hadis.
   di sini adlah bentuk ketawaduan beliau
kepda Rasulullah.
   jgn smpai kita menghujat beliau slh dlm menjatuh kn hukum.krna tidk lh beliau menjatuh kn hukum melain kn semua bersumber dri Al-qur'an dn hadist.
   ad nasehat dri seorg ulama'.
jika Al-qur'an dn Hadist berselisih. mka ambil lh Hadist.karna Rasulullah lebih memahami Al-qur'an dri pda kita ummad ny.
  dn jika ad Hadist besrselisih dgn pendpt ulama' mka ambil lh ulama'.karna ulama' lebih menguasai dn lebih memahami 
   akn Hadist dri pda kita yg awam.
semoga brmanfaat agr kita jgn smpai menyalh kn ulama'
[Putra Bungsu]

Jawaban:
Walaikumsalam

Berikut tanggapan Ulama Syafi'iyah terkait ucapan imam Syafi'i:

إِنْ صَحَّ الْحَدِيْثُ فَهُوَ مَذْهَبِيْ

“Jika hadits tersebut shahih, maka itu adalah madzhabku.”


وَهَذَا الَّذِي قَالَهُ الشافعي ليس معناه ان كل أحد رَأَى حَدِيثًا صَحِيحًا قَالَ هَذَا مَذْهَبُ الشَّافِعِيِّ وَعَمِلَ بِظَاهِرِهِ: وَإِنَّمَا هَذَا فِيمَنْ لَهُ رُتْبَةُ الِاجْتِهَادِ فِي الْمَذْهَبِ عَلَى مَا تَقَدَّمَ مِنْ صِفَتِهِ أَوْ قَرِيبٍ مِنْهُ: وَشَرْطُهُ أَنْ يَغْلِبَ عَلَى ظَنِّهِ أَنَّ الشَّافِعِيَّ رَحِمَهُ اللَّهُ لَمْ يَقِفْ عَلَى هَذَا الْحَدِيثِ أَوْ لَمْ يَعْلَمْ صِحَّتَهُ: وَهَذَا إنَّمَا يَكُونُ بَعْدَ مُطَالَعَةِ كُتُبِ الشَّافِعِيِّ كُلِّهَا وَنَحْوِهَا مِنْ كُتُبِ أَصْحَابِهِ الْآخِذِينَ عَنْهُ وَمَا أَشْبَهَهَا وَهَذَا شَرْطٌ صَعْبٌ قَلَّ من ينصف بِهِ: وَإِنَّمَا اشْتَرَطُوا مَا ذَكَرْنَا لِأَنَّ الشَّافِعِيَّ رَحِمَهُ اللَّهُ تَرَكَ الْعَمَلَ بِظَاهِرِ أَحَادِيثَ كَثِيرَةٍ رَآهَا وَعَلِمَهَا لَكِنْ قَامَ الدَّلِيلُ عِنْدَهُ عَلَى طَعْنٍ فِيهَا أَوْ نَسْخِهَا أَوْ تَخْصِيصِهَا أَوْ تَأْوِيلِهَا أَوْ نَحْوِ ذَلِكَ
“Bukanlah maksud dari wasiat Imam Syafi’i ini adalah setiap orang yang melihat hadits yang shahih maka ia langsung berkata inilah sebenarnya mazhab Syafi’i dan langsung mengamalkan dhahir hadits. WASIAT INI HANYA DITUJUKAN KEPADA ORANG YANG TELAH MENCAPAI DERAJAT IJTIHAD DALAM MAZHAB, sebagaimana telah terdahulu (kami terangkan) kriteria sifat mujtahid atau mendekatinya. Syarat seorang mujtahid mazhab baru boleh menjalankan wasiat Imam Syafi’i tersebut adalah telah kuat dugaannya bahwa Imam Syafii TIDAK MENGETAHUI HADIST TERSEBUT ATAU TIDAK MENGETAHUI KESAHIHAN HADISTNYA. Hal ini hanya didapatkan setelah menelaah semua kitab Imam Syafi’i dan kitab-kitab pengikut beliau yang mengambil ilmu dari beliau. Syarat ini sangat sulit di penuhi dan sedikit sekali orang yang memilikinya. Para ulama mensyaratkan demikian karena Imam Syafi’i mengabaikan makna eksplisit dari banyak hadits yang beliau temukan dan beliau ketahui namun itu karena ada dalil yang menunjukkan cacatnya hadits itu atau hadits itu telah di nasakh, di takhshish, atau di takwil atau lain semacamny”
[Al Majmuu' Syarh al Muhadzdzab I/64]

Sekarang semakin jelas apa yang dimaksud perkataan imam Syafi'i itu bukan seperti yang salah dimaknai oleh aliran Wahabi.

Walllahu A'lamu Bis Showaab

(Dijawab oleh: Ismidar Abdurrahman As-Sanusi)

Link Diskusi:

Komentari

Lebih baru Lebih lama